Nah, sebagaimana tulisan sebelumnya, karena alam yg sifatnya serba mungkin (jaiz) ini, maka makrifat terhadap Dzat dan Af’al Gusti Allah saja ternyata gak cukup untuk menjadikan kita bertawakal. Buktinya banyak orang Islam yg sholat tapi masih korupsi, main tipu, main curang karena pingin cepet kaya dan takut miskin.
Menurut Imam Ghozali, ini karena orang belum yakin penuh terhadap pihak yang dipasrahi urusannya, yaitu Gusti Allah. Atau bisa juga karena mentalnya aja yg pengecut dan lemah.
Harusnya seperti kalo kita nyewa akuntan untuk mengelola uang kita. Kita pasti percaya si akuntan itu mampu. Karena kita udah tau portofolio si akuntan.
Begitu juga ketika kita bertawakal pada Gusti Allah. Karena kita sudah paham wujud kekuasaan-Nya lewat makrifat kita, maka kita harusnya punya sikap percaya sepenuhnya. Dengan kuasa-Nya, mampu memberi yang terbaik buat kita.
Maka, Imam Ghozali menetapkan bahwa rukun tawakal kedua adalah Hal atau sikap, perilaku dan ketetapan hati.
Sikap dalam tawakal menurut Imam Ghozali mencakup
أن تكل أمرك إلى الله عز وجل، ويثق به قلبك، وتطمئن بالتفويض إليه نفسك، ولا تلتفت إلى غير الله أصلا
“Memasrahkan urusanmu pada Gusti Allah, mempercayai Gusti Allah dalam hatimu, muncul ketenangan dalam jiwamu saat memasrahkan urusanmu, tidak berpaling (menggantungkan diri) kepada selain Gusti Allah secara hakikat”
Jadi rukun hal (sikap) tawakal itu punya cerminan sikap, berupa :
- Sikap memasrahkan urusan pada Gusti Allah berarti tidak terlalu memaksakan diri untuk berkecimpung dengan hal yang tidak bisa kita jangkau. Misal kita mengajukan bantuan, yg hanya bisa kita lakukan ya menyiapkan syaratnya. Urusan jadi atau gak, sukses atau gak, itu bukan ranah kita. Kita serahkan pada Gusti Allah. Gak perlu main lobby2 yg curang.
- Lalu kita munculkan sikap percaya bahwa selama kita berbuat yang terbaik, kita akan mendapatkan yg terbaik menurut Gusti Allah sesuai janji-Nya. Terbaik menurut Gusti Allah tentu bukan ranah kita. Namun kita harus percaya terbaik menurut Gusti Allah, tentu akan baik bagi kita walau kita menganggapnya buruk.
- Kalo udah percaya, kita harus punya sikap tenang dalam jiwa, tidak terusik dengan was-was, omongan orang dan kekhawatiran yg gak penting. Logika kita, saat kita memasrahkan sesuatu pada Gusti Allah, tentu kita udah tau bagaimana kekuasaan dan luasnya rahmat Gusti Allah. Jadi ya tenang saja, kalo udah dipasrahkan ya gak usah dipikir banget2. Kita kudu husnudzon secara penuh pada Gusti Allah.
- Agar tidak luntur husnudzon tersebut, maka kita jangan mencari-cari pertolongan selain Gusti Allah secara hakikat. Dalam arti tidak menggantungkan diri lahir batin secara penuh kepada selain Gusti Allah.
Kalo sekedar kita ngurus surat biar dapet bantuan misalnya, itu masih ranah kasab/usaha yang dibolehkan. Tapi kalo kemudian yakin dan menganggap tanpa bantuan BLT, kita akan merana, sehingga terus menerus bergantung pada BLT, ini yang problem.
Maka, sebagai orang yang percaya Gusti Allah, sikap percaya sepenuhnya itu harus ada. Udah tau Gusti Allah Maha Segalanya, Tuhan Pencipta seluruh alam, kok belum mau percaya sepenuhnya, ini kan aneh namanya.
***
Kita kirim bacaan surat Al-Faatihah untuk Mbah Amak Winoto yang wafat semalam. Beliau sarkuber Surabaya, suka dan disukai orang sholeh, banyak membantu orang dan suka menyenangkan hati orang. Semoga dengan semua sifat2 itu, beliau terdaftar jadi salah satu kekasih Gusti Allah. Aamiin.
Lahul Faatihah..
No responses yet