Ketika menerima wahyu pertama di Gua Hira, Nabi Saw. gemetar. Menggigil tubuhnya. Ada pengalaman baru dalam hidup yang menggetarkan batinnya. Ada tugas baru yang amat berat yang kelak akan dipanggulnya. 

Dengan dekapan yang erat, dikisahkan dalam tarih, Malaikat Jibril menenangkan batin Sang pemimpin  terpuji itu. Jibril mengulang-ulang permohonannya: Iqra’ ya Muhammad. Iqra’ ya Muhammad.

Dalam hidup, kita mengalami hal-hal baru, tanggungjawab baru, serta kisah baru. Datang silih berganti. Kearifan Jawa menggambarkannya dengan “cokro manggilingan”. Siang malam. Pagi petang. Silih berganti.

Dalam setiap pergantian, bukan hanya dimensi waktu yang berganti tetapi juga ruang, unsur kimiawi, dan sistem kesadaran. Manusia  mengalami perubahan diri karena unsur ruang dan waktu. Dan perubahan itu juga akan  berpengaruh pada unsur-unsur kimiawi dan kesadaran.

Ketika seorang bocah menangis, sang ibu dengan sigap mendekap dan menggendongnya. Tak perlu menunggu lama, berhentilah tangisannya itu. Karena ada perubahan unsur kimiawi dan kesadaran yang muncul dari dekapan sang ibu. Itulah dekapan malaikat Jibril. Dekapan yang menentramkan jiwa. 

Kearifan Jawa menggambarkannya dalam laku “memangku”. Persis yang tampak dalam logika simbol aksara Cacarakan. Lihatlah, anak-anak kita. Mereka merasa nyaman dan tentram ketika berada dalam pangkuan orangtuanya atau saudara dan kerabatnya.

Perubahan dimensi ruang dan waktu juga bisa diselaraskan dengan suara. Agama  mengisahkan tentang keragaman doa yang diwiridkan dalam dimensi ruang dan waktu. Karena dalam suara mengandung energi dan doa adalah harapan pada keselarasan. Sunan Kalijaga dengan kreatif dan baik telah mendemonstrasikannya dalam gubahan “Kidung Rumekso Ing Wengi”.

Kisah Nabi saw. bersama Malaikat Jibril di Gua Hira adalah kisah tentang indahnya dekapan. Dekapan yang menentramkan dan membawa kebaikan.

Pada setiap perubahan dan pengalaman dalam hidup, Malaikat Jibril memang pantas hadir untuk mendekap kita. Tak perlu menyediakan ruang bagi Iblis dan Setan. Karena dekanpan makhluk yang terakhir ini hanya menjadikan kita angkuh dan bahkan menolak patuh pada titah Tuhan.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *