Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri. Dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran, karena inilah yg diperintahkan oleh suri tauladan kita, Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam.

Mengingat mati adalah salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Jika melakukannya, membuat kita sadar  bahwa suatu ketika manusia akan mati juga. Dengan begitu, kita termotivasi untuk menyiapkan bekal sebanyak2nya sebelum meninggal dunia.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda  :

ﺃَﻛْﺜِﺮُﻭﺍ ﺫِﻛْﺮَ ﻫَﺎﺫِﻡِ ﺍﻟﻠَّﺬَّﺍﺕِ ‏ ﻳَﻌْﻨِﻰ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ

“Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan yaitu kematian” (HR. Ibnu Abi Syaibah rahimahullah 8/ 128, Imam Tirmidzi rahimahullah Imam Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman 8/129).”

Untuk itulah kita perlu melakukan aktivitas yang berhubungan dgn kematian. Mengingat kematian juga memiliki beberapa manfaat, beberapa ulama menyebutkan manfaat2 tsb. 

Salah satu santri utamanya ulama besar sufi di khurasan Abu al-Qasim Ibrahim bin Muhammad bin Mahmuwaihatau Imam Ibrahim al-Nashrabazi rahimahullah (wafat 367 H / 977 M di Makkah) dan juga guru dari Abul Qasim ‘Abdul Karim bin Hawazin bin ‘Abdul Malik bin Talhah bin Muhammad al-Qusyairi al-Naisaburi al-Syaf’i Al-Asy’ari atau Imam Al-Qusyairi rahimahullah (986 – 1074 M di Naisabur, Iran), yaitu Imam Al-Hasan bin Muhammad bin ʻAli ibn Muhammad ibn Ishaq Ad-Daqqaq al-Naysaburi Al-Asy’ari atau Imam Abu ʻAli al-Daqaq rahimahullah (wafat 412 H / 1021 M) mengatakan : 

من أكثر من ذكر الموت أكرم بثلاثة أشياء: تعجيل التوبة، وقناعة القلب، ونشاط العبادة. ومن نسي الموت عوقب بثلاثة أشياء: تسويف التوبة، وترك الرضى بالكفاف، والتكاسل في العبادة

“Barangsiapa yg banyak mengingat kematian, dia akan dimuliakan dengan tiga perkara, yaitu: 

1. Bersegera dalam bertaubat,

2. Hati yg qanaah, 

3. Bersemangat melakukan ibadah. 

Barangsiapa yg lupa mengingat kematian, dia akan dihukum dgn tiga perkara, yaitu: 

1. Menunda2 taubat, 

2. Tidak ridha terhadap pemberian (takdir) Allah, 

3. Malas beribadah.” 

(Termaktub dalam kitab At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa umur al-Akhirah (Buku Pintar Alam Akhirat), Juz 1 halaman 27 karya Imam Abu ‘Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr Al-Anshari al-Qurthubi al-Maliki atau Imam Al-Qurthubi rahimahullah, wafat 29 April 1273 M, Mesir)

Kegiatan baik dalam rangka beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala, baik ibadah mahdhah ritual maupun ibadah ghoiru mahdhah termasuk ibadah sosial, selayaknya dijadikan perbuatan yg terbaik di persembahkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala karena siapa tahu itu adalah perbuatan terakhir menjelang kematian kita, dan tidak bisa punya kesempatan melakukannya lagi.

Jika itu dilakukan secara sadar istiqomah dgn mengingat kematian, bisa membantu kita dalam khusyu’ dalam beribadah dan kebaikan lainnya. Contoh dalam ibadah shalat. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam pernah bersabda :

اذكرِ الموتَ فى صلاتِك فإنَّ الرجلَ إذا ذكر الموتَ فى صلاتِهِ فَحَرِىٌّ أن يحسنَ صلاتَه وصلِّ صلاةَ رجلٍ لا يظن أنه يصلى صلاةً غيرَها وإياك وكلَّ أمرٍ يعتذرُ منه

“Ingatlah kematian dalam shalatmu, karena jika seseorang mengingat mati dalam shalatnya, maka ia akan memperbagus shalatnya. Shalatlah, seperti shalat orang yg tidak menyangka bahwa ia masih punya kesempatan melakukan shalat yg lainnya. Hati2lah dgn perkara, yg kelak malah engkau meminta uzur (meralatnya) (karena tidak bisa memenuhinya).” (HR. Imam Abu Manshur Ad Dailami Al-Hamdzani Asy-Syafi’i rahimahullah wafat 558 H /1162 M) dalam kitab Musnad Al Firdaus)

Mengingat kematian, juga akan membuat seseorang memperbaiki hidupnya. Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam bersabda :

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian), karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang. Dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dgn dunia (sehingga lalai akan Akhirat).” (HR. Imam Ibnu Hibban rahimahullah dan Imam Al Baihaqi rahimahullah).

Abu Darda’ Al-Anshari atau Uwaimir bin Amir bin Mâlik bin Zaid bin Qais bin Umayyah bin Amir bin Adi bin Ka`b bin Khazraj bin al-Harits bin Khazraj Radhiyallahu Anhu (580 M, Madinah – 652 M, Aleksandria, Mesir) pernah berkata : “Jika mengingat mati, maka anggaplah dirimu akan seperti orang2 yg telah meninggalkanmu.”

Yang lebih menakjubkan, keterangan dari salah satu ulama tabi’in senior yg dikenal paling zuhud di masanya dan orang yg sangat khusyuk dalam shalatnya. Beliau orang Arab asli yg nasabnya bertemu dgn baginda Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam pada kakeknya, yaitu Ilyas dan Mudhar. Termasuk salah seorang murid dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu, yaitu Imam Ar Robi’ bin Khutsaim al-Thawri (wafat 682 M di Kufah)

Ia pernah menggali kubur di rumahnya. Jika dirinya dalam kotor (penuh dosa), ia bergegas memasuki lubang tsb, berbaring dan berdiam di sana. Lalu ia membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala :

رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ

“(Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al-Mu’minuun: 99-100). Ia pun terus mengulanginya dan ia berkata pada dirinya, “Wahai Robi’, mungkinkah engkau kembali (jika telah mati) !!

Salah satu amaliah Sunnah guna mengembalikan ingatan kepada setiap orang tentang hakikat hidup di dunia ini dgn menganjurkan dan melakukan ziarah kubur, sbg sarana mengingatkan akan kehidupan akhirat.

Ziarah kubur merupakan amalan yg dianjurkan dalam Islam. Dengan berziarah, melantunkan zikir dan doa2 menjadi sarana (wasilah) seorang hamba untuk menghormati para pendahulu, mendoakan mereka, atau merenungi hidup yg kelak pasti akan berakhir. Anjuran ziarah kubur tsb, dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Turmudzi rahimahullah (824 – 892 M, Termez, Uzbekistan) di mana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

عن علقمة بن مرثد عن سليمان بن بريدة عن أبيه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قد كنت نهيتكم عن زيارة القبور فقد أذن لمحمد في زيارة قبر أمه فزوروها فإنها تذكر الآخرة

“Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, sungguh (dulu) aku telah melarang kalian untuk berziarah kubur, kemudian telah diizinkan bagi Muhammad untuk berziarah ke makam ibunya, maka berziarah kubur kalian, karena sesungguhnya ziarah kubur dapat mengingatkan akan akhirat.”

Semoga, dgn memperbanyak ziarah kubur, kita dapat mengambil pelajaran dan menambah keimanan, dalam mempersiapkan kehidupan kelak di akhirat. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin. Wallahu ‘alam bisshowab.

اَللّٰهُمَّ اِنَّانَسْئَلُكَ سَلَامَةًفِى الدِّيْنِ، وَعَافِيَةًفِى الْجَسَدِوَزِيَادَةًفِى الْعِلْمِ وَبَرَكَةًفِى الرِّزْقِ وَتَوْبَةَقَبْلَ الْمَوْتِ وَرَحْمَةًعِنْدَالْمَوْتِ وَمَغْفِرَةًبَعْدَالْمَوْتِ،اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِيْ سَكَرَاتِ الْمَوْتِ، وَنَجَاةًمِنَ النَّارِوَالْعَفْوَعِنْدَالْحِسَابِ

Written from various sources by Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala Kabupaten Gresik

CHANNEL YOUTUBE SARINYALA

https://youtube.com/channel/UC5jCIZMsF9utJpRVjXRiFlg

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *