Saya sedang membaca kitab berjudul “Ma’a al-Thibb fi al-Qur’an al-Karim” tentang kesehatan dan pengobatan dalam al-Qur’an. Di halaman 52 ada ulasan menarik tentang  buah-buahan dan daging. Mengapa ketika Allah berbicara tentang makanan ahli surga, Allah mendahulukan penyebutan buah-buahan sebelum daging? 

Perhatikan ayat berikut ini:

وَفَاكِهَةٍ مِّمَّا يَتَخَيَّرُوْنَ ۙ 

“dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih,”

(QS. Al-Waqi’ah 56: Ayat 20)

وَلَحْمِ طَيْرٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَ ۗ 

“dan daging burung apa pun yang mereka inginkan,”

(QS. Al-Waqi’ah 56: Ayat 21) 

Lihat pula ayat lain di surat yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

وَاَ مْدَدْنٰهُمْ بِفَاكِهَةٍ وَّلَحْمٍ مِّمَّا يَشْتَهُوْنَ

“Dan Kami berikan kepada mereka tambahan berupa buah-buahan dan daging dari segala jenis yang mereka ingini.” (QS. At-Tur 52: Ayat 22) 

Mengapa pula Rasulullah bersabda bahwa jika kita berbuka puasa maka hendaklah berbuka puasa dengan mengkonsumsi kurma, karena di dalamnya ada keberkahan. Ada apa dengan buah? Mengapa ia didahulukan sebelum penyebutan daging? Segala sesuatu dalam al-Qur’an pasti ada hikmah dan rahasianya. Haruskan kita mendahulukan makan buah sebelum makan daging? 

Jawabannya  ada dalam copy teks kitab berikut ini. Selamat merenungkan  Salam, A.I. Mawardi

[8/5, 06:40] ZeEmBe: BERTEMU DENGAN “ORANG GILA” YANG WARAS 

Selalu saja saya diperjumpakan dengan orang-orang aneh. Ini bukan keluhan, melainkan pemberitahuan saja bahwa hal-hal aneh tak lazim itu bisa saja Allah kirimkan sebagai pelajaran hidup. 

Seorang lelaki pendiam yang diduga gila oleh sebagian orang karena tidak kuat mengamalkan sebuah amalan batin tiba-tiba muncul di kompleks kuburan. Menjadi hal aneh karena dia yang tak pernah terdengar bicara sama sekali, kini dengan suara lantang berbicara dengan jajaran batu nisan. Aneh, bukan? Gila? Tunggu dulu. 

Apa yang diucapkan? Dia berkata: “Wahai manusia-manusia hidup yang ada di bawah tanah….Bangunlah, berdirilah dan kembalilah aktif berbuat di atas tanah….Karena orang-orang yang kini masih ada di atas tanah sudah banyak yang mati…. tak memiliki akal dan hati.” 

Awalnya saya bingung juga memahami kata-kata itu. Setelah dipikir dan direnungkan, maka teringatlah saya pada uangkapan di sebuah kitab: “Ada banyak orang yang jasadnya meninggal, namun nama dan semangat kebaikannya tetap hidup hingga kini. Ada orang yang jasadnya masih hidup bergentayangan hingga kini, namun adanya dalam hidup ini sama dengan tidak adanya, bahkan lebih baik tidak ada ketimbang adanya.” 

Sahabat dan saudaraku, tandai hidup kita dengan mempersembahkan kebaikan-kebaikan selama hidup. Jangan hidup bagai mayat berjalan, adanya membuat takut dan gelisah orang lain. Salam, A.I.Mawardi

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *