Oleh: Radiatul Ada Bia Shaleh (Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)
Di dalam Al-Qur’an, hijrah didefenisikan sebagai bentuk perpindahan atau dapat menjadi sesuatu yang harus bahkan wajib dilakukan , ketika itu sudah mengancam keselamatan pribadi, nyawa maupun akidah. Adapun hijrah dalam arti lain yaitu perubahan dari yang kurang baik menjadi lebih baik, dari yang berpakaian vulgar menjadi tertutup, dan meninggalkan segala kesalahan dan dosa lalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan berhijrah juga kita dapat memperoleh rezeki yang banyak dan diluaskannya tempat berhijrah, juga pahala dari Allah Swt. Sebagaimana dalam Al-Qur’an dikatakan:
وَمَنْ يُهَاجِرُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدُ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةٌ وَمَنْ يَخْرُجُ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Dan barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh pahalanya telah ditetapkan disisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100).
Media sosial bisa menjadi tempat efektif penyebaran nilai-nilai positif. Apalagi di zaman sekarang banyak masyarakat khususnya anak muda yang menjadikan media sosial sebagai bagian dari kehidupannya, adapula yang ingin hijrah melalui media sosial itu sendiri dan membentuk komunitas hijrah untuk mengajak banyak orang. Banyak juga para ulama sekarang yang memanfaatkan media sosial sebagai tempat untuk berdakwah. Seperti ustadz Abdul Somad, Adi Hidayat, Hanan Attaki dan lainnya. Dakwah di media sosial terkadang menjadi pusat perhatian masyarakat apalagi bagi mahasiswa yang menjadikan pro dan kontra yang kemudian memberikan respon yang berbeda dari setiap individu.
Namun tidak dapat kita pungkiri bahwa kerapkali orang menyalahgunakan istilah hijrah, yaitu dengan menggunakan hijab hanya sekedar konten atau sebagai gaya hidup saja. Adapula yang berhijrah hanya untuk ketenaran semata, dan sebagai publik figur yang hanya membutuhkan dukungan dari masyarakat. Seperti halnya saat mereka membagikan sebuah konten yang berisi dakwah islami dan satunya pun melakukan hal yang sama, kemudian ada yang menghasilkan banyak likers dan adapula yang hanya sedikit. Namun ini tidak menunjukkan bahwa orang tersebut lebih berhasil dimata Allah dibandingkan dengan orang yang satu lagi. Jika kita ikhlash dalam menyampaikan sebuah kebaikan maka itulah keberhasilan.
Sebagai pengguna media sosial yang ingin menyebarkan ilmu atau nilai-nilai ajaran islam, kita harus memiliki niat yang baik yaitu diniatkannya karena Allah Swt. Dengan ini ilmu yang kita sebarkan mendapat ridho dari Allah Swt. dan berdampak baik kepada kita untuk kedepannya. Karena segala apa yang kita kerjakan jika diniatkan dengan baik akan menghasilkan suatu kebaikan pula.
Sebagaimana hadits nabi:
إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Begitupula dengan masyarakat yang menggunakan sosial media sebagai wadah untuk menerima dakwah atau berguru, kita harus menggunakan akal pikir untuk memilih kajian atau guru yang akan kita ambil ilmu darinya. Dengan terbukti keahliannya dalam mengajar, dan bermadzhab karena guru tersebut memiliki pemahaman khusus terhadap suatu madzhab. Ini dapat meminimalkan risiko kesalahan interprestasi dan memberikan panduan yang lebih konsisten sesuai dengan keyakinan agama yang kita anut.
Ketika membagikan kajian islami di media sosial dengan niat yang baik dan dapat menyebar luas, dan masyarakat tertarik untuk menuju ke jalan yang benar melalui kajian tersebut maka itu dapat menjadi amal jariyyah yang akan terus mengalir. Dengan membantu orang lebih memdekatkan diri kepada Allah Swt., meningkatkan kesadaran spiritual, dan memperkuat ketaqwaan. Apalagi jika orang tersebut juga menyebarkan ilmu yang dia dapat, maka semakin baik pula.
Sebagai masyarakat kita harus berhati-hati dalam menggunakan media sosial, karena dapat membahayakan dan dapat pula menjadi sesuatu yang bermanfaat. Jika menggunakannya dengan baik atau untuk menerima dakwah dan kajian, jelas kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Namun sebaliknya, ketika kita menyalahgunakan media digital untuk menuju kepada hal-hal yang tidak benar justru dapat menjerumuskan kita kedalam aliran yang ekstrem.
Jadi, mari kita memperbaiki niat dalam melakukan sesuatu, karena itu dapat menjadi penentu nasib kita kedepannya. Khususnya dalam menggunakan media sosial sebagai tempat menyebar dan mendapatkan kebaikan. Fokuslah pada konten yang mendukung nilai-nilai positif, berbagi pengetahuan, dan memperkuat hubungan sosial dengan baik. Hindari konten yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain, serta pertahankan etika dalam berinteraksi online.
No responses yet