Sebuah foto langka, diambil pada bulan April 1907 di Konsulat Belanda di Jeddah. Saat itu Jeddah dan wilayah Hijaz lainnya masih berada di bawah kontrol Turki Usmani. Tampak sosok pada foto (dari kiri ke kanan): Raden Aboebakar Djajadiningrat dari Pandeglang (yang menjadi kolega setia ketika Snouck Hurgonje berada di Jeddah-Makkah pada 1884-1885 dan setelahnya), Mas Muhammad Hasyim, Husain, Konsul Belanda N. Scheltema, Muhammad Saleh a.k. Soerjadi, Agoes Salim dari Padang (kelak Menteri Luar Negeri RI Pertama), dan Ahmad bin Husain.

Dalam laporannya pertahun 1910, Aboebakar Djajadiningrat mengabarkan beberapa nama ulama Indonesia yang terdaftar sebagai pengajar resmi di Masjidil Haram di Makkah dan menerima gaji dari pemerintahan Turki Utsmani. Mereka itu adalah: (1) Syaikh Mukhtar Atharid Bogor, Syaikh Ahmad Djaha (?), (3) Syaikh Marzuqi Banten, (4) Syaikh Abdul Hamid Kudus, (5) Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, (6) Syaikh Abdul Qadir (b. Shabir) Mandailing. Di bawah nama-nama tersebut, terdapat juga nama-nama ulama Nusantara lainnya yang berpengaruh besar di Makkah, seperti (7) Syaikh Umar Sumbawa, (8) Syaikh Syadzili Banten, (9) Syaikh Asy’ari Bawean, (10) Syaikh Abdullah Nawawi (?), (11) Syaikh Ahmad Nahrawi Muhtarom Banyumas, (12) Syaikh Mahfuzh Tremas.

Ada beberapa nama besar ulama Nusantara lainnya yang tidak termuat dalam catatan itu, yaitu Syaikh Hasan b. Abdul Syakur Surabaya, Syaikh Muhammad Baqir b. Nur Jogja, Syaikh Syadzili b. Wasi’ Banten, Syaikh Husain b. Abdul Ghani Palembang, dan Syaikh Muhammad Nur Pattani.

Jakarta, Maret 2018
Alfaqir A. Ginanjar Sya’ban