Berbicara tentang NU (Nahdlatul Ulama) kita akan membicarakan suatu komunitas Islam tradisional yang turut berperan penting dalam menentukan pemikiran dan gagasan tentang negara bangsa bernama Indonesia. Sejarah NU dari sudut pandang peneliti atau pengamatnya sendiri sangat penting, untuk menghindari ketersesatan sejarah.

Bagi Gus Dur sendiri, sejarah tidaklah “semata” kegiatan ilmiah seperti dipraktekkan para sejarawan atau penulis dan pengumpul fakta-fakta. Sejarah terutama adalah humaniora, yakni pengetahuan yang bertujuan mengantarkan manusia lebih manusiawi, membuat manusia lebih berbudaya dan berprikemanusiaan, lebih arif dan bijaksana. Bukan sebaliknya, untuk memupuk prasangka dan kecurigaan atau mereproduksi dendam dan sikap negatif bagi generasi selanjutnya.

Baca Juga Resensi dari Munawir Aziz : Membangun Pondasi Historiografi Pesantren

Membangun  historical trajectory

Banyak karya indonesianis yang telah mengungkap peranan NU dalam berbagai periode sejarah Indonesia, meski masih banyak pula peranan NU yang belum terungkap di dalamnya.  Meski tidak banyak data sejarah yang tersedia, namun kita harus terus meraba-raba masa lampau kita sendiri dengan cara pandang kita sendiri.

Dalam buku “Fragmen Sejarah NU, Menyambung Akar Budaya Nusantara” Abdul Mu’im menyuguhkan fragmen-fragmen sejarah dan mencoba menawarkan cara pandang dan jalan melihat sejarah Nu.

Meski sebuah Fragmen, Abdul Mun’im Dz berhasil meramu dan menyajikan data sejarah yang sangat berguna untuk melacak dan memahami pendulum sejarah yang diperankan oleh NU. Dalam mengkontruksi sejarah NU perlu membaca dan mempertimbangka berbagai fragmen sejarah yang masih berserakan. Peran sosial politik atau kesejarahan NU banyak dilupakan, tersembunyi bahkan banyak disembunyikan, akhirnya bisa digali dan dibuktikan serta dikontruksi ulang dengan menggunakan sekumpulan fragmen sejarah yang ada. (hlm. 2)

Dalam pengakuannya Abdul Mun’im menuliskan “apa yang saya tulis ini bukan cerita pelipur lara, tetapi sebuah fakta sejarah” . Buku ini menghadirkan sebuah cerita-cerita yang langka meskipun beralur tidak kronologis namun mampu memberikan gambaran tentang komitmen dan konsistensi NU dalam menjaga NKRI dan mengembangkan politik kebangsaan. 194 penggalan kisah yang dihadirkan di buku ini menjadi potret yang baik untuk memahami sekaligus menemukan ketersambungan akar budaya Nusantara dalam rangka memperteguh tradisi Islam Nusantara.

Dialektika sejarah terbukti telah membentuk pencapaian kesadaran bersama yang lebih tinggi. Gagasan negara bangsa ini adalah buah dari pahit getir pengalaman sejarah Nusantara sendiri. Dalam dialektika sejarah yang sebagian diwarnai oleh tragedi demi tragedi (perang, pengkhianatan, pemberontakan, pembunuhan, dan lain-lain), kita akan menemukan insight (wawasan) atau semacam “wahyu”, yang kemudian dapat kita gunakan untuk memproyeksikan bagi kehidupan masa depan.

Oleh karenanya, meski berupa penggalan-penggalan peristiwa, buku ini berupaya untuk menemukan, mengarahkan sekaligus membangun  historical trajectory terebut. Abdul Mun’im Dz telah lama mengabdikan diri menelusuri jejak-jejak NU baik melalui arsip, berkas, dokumen, bahkan menemui para pelaku sejarah, untuk mendokumentasikan narasi-narasi yang berserak, sehingga buku ini hadir menjadi pendobrak ingatan kita akan pentingnya sebuah sejarah yang disusun oleh kita sendiri.

Buku ini dimulai dengan menegaskan akan relevansi fragmen sebagai tengara sejarah NU, sebuah dobrakan kepada warga NU untuk menulis sejarahnya sendiri. Pada korasan kedua, kita dibawa untuk menyimak kisah-kisah unik dalam gerak organisasi baik dalam agenda formal seperti Muktamar NU maupun hubungan-hubungan informal yang sejatinya untuk terbangunnya sebuah jam’iyah ulama yang kuat.

Ada 12 prinsip sejarawan NU yang dapat menjadi panduan dalam menulis sejarahnya sendiri. Seorang ilmuan ataupun sejarawan disebut sebagai ilmuan dan sejarawan NU jika memiliki atau berpegang pada Prinsip NU yaitu tegas dalam memandang, memahami dan menyikapi berbagai persoalan sebagaimana yang dirumuskan oleh pemikir NU (hlm. 28).

Kemudian dilanjutkan dengan berbagai strategi budaya yang cukup kaya, meski acak dan tidak tersistematis, namun memiliki jalur dan koridor yang konsisten dalam menjaga kebhinekaan di Indonesia dan karakter yang moderat. Strategi ini terlihat jelas bagaimana para tokoh-tokoh NU menampilkan dirinya dalam ranah sosial, politik dan ekonomi.

Strategi kebudayaan NU itu meliputi tiga hal; Pertama, akomodatif. Kedua, selektif. Ketiga, baru melakukan langkah integratif yaitu mengintegrasikan unsur budaya yang telah diseleksi menjadi satu kesatuan. Itulah yang disebut budaya Islam Ahlussunnah wal Jamaah atau sekarang ini dikenal dengan nama budaya Islam Nusantara.(hlm. 97)

Peran-peran ekonomi yang berorientasi kemaslahatan ummat terus dikembangkan dalam menghadapi kekuatan kapitalisme dan komunisme. Meski dalam deburan ombak ideologi-ideologi transnasional, namun NU selalu dapat memberikan solusi dan kontribusi yang tepat dalam peran kebangsaan dan politik kenegaraan. Inilah yang menjadi tema utama dalam korasan-korasan berikutnya hingga berakhir pada slogan utama, NKRI harga mati.

Pengembangan ekonomi di lingkungan para kiai tidaklah sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam menghadapi monopoli ekonomi kolonial Belanda, para ulama Pesantren mendirikan gerakan ekonomi Nahdlatut Tujjar (Gerakan kaum saudagar) santri. Hal ini menjadi etos kerja kaum santri, maka tidak heran kalau di dalam komunintas NU muncul berbagai sentra industri dan sentra perdagangan yang ternama. (hlm. 220-221).

Buku ini hadir menjadi pendobrak ingatan kita akan pentingnya sebuah sejarah yang disusun oleh kader NU sendiri. Diharapkan dapat memberikan oase dan semangat baru bagi warga NU, utamanya para kader penggerak NU sekaligus wawasan baru bagi para akademisi maupun pengamat NU. Khususnya para peneliti NU, untuk mengembangkan apa yang disuguhkan Abdul Muin dalam fragmen-fragmen ini.

Data Buku :

Judul: Fragmen Sejarah NU: Menyambung Akar Budaya Nusantara
Penulis: Abdul Mun’im DZ
Penerbit: Pustaka Compass
Cetakan: Januari 2017
Tebal: xxii+413 hal
ISBN: 978-602-60537-2-5
Peresensi:Moh. Taufiq S.Ip

 

 

 

 

2 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *