Categories:

Kontributor: Abdul Kholiqusyahid ( Mahasiswa UIN Jakarta )

Telah kita ketahui bahwa tradisi tulis menulis telah ada sejak zaman dahulu, bahkan sebelum zaman pra-aksara. Mereka menulis melalui batu-batu, kulit binatang ataupun pelapah dari tumbuhan, dan berkembang dengan ditemukannya kertas dan tinta sebagai alat untuk menulis. Seiring berkembangnya zaman yang kemudian ditemukannya mesin ketik oleh Christopher Sholes, maka tradisi tulis menulis ini semakin mudah dan berkembang pula, bahkan sampai zaman sekarang banyak orang-orang yang mendedikasikan dirinya sebagai seorang penulis.

Bagaimana para ulama-ulama dahulu terkhusus yang berada di Indonesia menyalurkan pengetahuannya melalui sebuah tulisan. Mereka menyalurkannya dengan menulis pengetahuan itu melalui sebuah naskah yang mereka jilid sendiri sehingga tersusun rapi, adapula yang menyalinnya agar pengetahuan yang ada dalam naskah tersebut bisa tersalurkan kepada banyak orang. Naskah tersebut yang umurnya telah mencapai lima puluh tahun atau bahkan lebih, maka naskah tersebut bisa dinamakan sebuah manuskrip.

Namun seiiring berkembangnya zaman, maka manuskrip tersebut termakan usia, sehingga kertas dari naskah itu banyak yang berubah warna bahkan ada yang habis dimakan rayap sehingga ada sebagian yang tidak dapat terbaca. Seperti manuskrip yang sekarang akan saya kaji yaitu manuskrip koleksi dari Masykur yang sekarang tersimpan rapi di rumahnya di Gampong Blang Gong, Bandar Baru Pidie Jaya.

Naskah tersebut ditulis menggunakan bahasa Arab dan Jawi, sayangnya kondisi naskah ini sudah bolong-bolong, warna kertasnya juga sudah mulai berubah kecoklatan dan terdapat bekas air namun semua isi masih dapat dibaca dengan baik. Di dalam manuskrip, terdapat pembahasan mengenai fiqih. Dimana fiqih berasal dari kata faqiha-yafqahu-faqihan yang artinya faham, maksudnya upaya untuk memahami ajaran-ajaran Islam mengenai hukum syara yang bersumber dari Al Quran dan Hadis Nabi.

Dan orang yang menyerukan abstraksi adalah penyebab Gaibnya nafsu terpanggil untuk dihindari abstraksi dengan alasan apa pun, dia bertanya jadi Dia yang turun dari kemuliaan keturunan Hak untuk tinggal di mana Anda berada Sehingga Tuhan telah mewariskannya untuk Anda Niat musuh adalah meninggalkan sisi Tuhan  Dalam bentuk alasan dari Anda mengungkapkannya Atau untuk berpuas diri dengan kemalasan Tunjukkan dalam citra kepercayaan.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *