Oleh: Muhammad Fadel Rizky (Ponpes Al-Awwabin Depok)

Pekalongan selama ini kita kenal dengan ciri khas batiknya yang mendunia. Tidak heran batik dijadikan sebagai salah satu ikon berbusana yang paling banyak diminati oleh masyarakat luas. Dengan warnanya yang memanjakan mata,motifnya yang beraneka ragam dan juga perpaduan seni yang tiada habisnya membuat batik semakin hari tidak habis ataupun hilang ditelan zaman. Disamping itu,Pekalongan juga mempunyai salah satu tokh bangsa Indonesia,siapa lagi kalau bukan Maulana Habib Luthfi bin Yahya.
Siapa yang tidak kenal dengan beliau,salah satu tokoh kharismatik yang sangat disegani dan dihormati di Indonesia. Bukan karena beliau salah satu keturunan Nabi Muhammad SAW,bukan karena beliau selalu memakai Imamah di setiap beliau ada acara,melainkan beliau sangat disegani dan dihormati karena nasehat atau dawuh yang menyentuh di setiap elemen masyarakat terutama tentang betapa pentingnya nilai-nilai cinta tanah air dan selalu menjunjung tinggi perdamaian sesama umat manusia.
Habib Luthfi bin Ali bin Yahya lahir di kota Pekalongan pada 27 Rajab1367 H/10 November 1947 dari pasangan Habib Ali al Ghalib dan Sayidah al Karimah Syarifah Nur. Sedari kecil Habib Luthfi memperoleh pendidikan langsung dari kedua orangtuanya. Selain itu pada pada umur 12 tahun,Habib Luthfi kecil mulai mengembara untuk mencari ilmu. Pendidikan pertama beliau tentu saja dari abahnya yaitu Habib Ali al Ghalib
Pada masa itu pula,beliau masuk madrasah Salafiah yang diisi oleh guru-guru besar pada zaman itu antara lain :

  • Habib Ahmad bin Ali bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas
  • Habib Husain bin Hasyim bin Umar bin Thaha bin Yahya (paman beliau sendiri)
  • Habib Abu Bakar bin Abdullah bin Alawi bin Abdullah bin Muhammad Al-Atthas Ba ‘Alawi
  • Sayyid Muhammad bin Husain bin Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas Ba ‘Alawi

Dari guru-guu beliau inilah,beliau mendapat berbagai ijazah dalam berbagai macam fan ilmu agama,baik ijazah Khas (khusus) maupun ijazah ‘Am (umum) untuk menyebarkan dakwah Nabi Muhammad SAW,menyebarkan syariat agama baik dalam ilmu tasawuf,thariqah,hadits dan berbagai macam fan ilmu lainnya. Beliau juga mendapat ijazah untuk membai’at seseorang untuk mengikuti thariqah.
Tak lama,beliau mendapat kesempatan untuk belajar ke Hadramaut selama tiga tahun. Kesempatan itu tidak beliau sia-siakan untuk menggali ilmu sedalam-dalamya. Setelah tiga tahun beliau belajar di Bumi Seribu Wali tersebut,beliau kembali ke tanah air dan nyantri lagi di sejumlah pesantren,yaitu Ponpes Kliwet Indramayu,ponpes asuhan Kyai Said di Tegal dan Kyai Muhammad Abdul Malik bin Muhammad Ilyas bin Ali di Purwokerto. Beliau juga pernah berguru kepada salah satu ulama besar di Rembang,yaitu Kyai Ma’shum atau orang biasa sebut Mbah Lasem. Mbah Lasem merupakan ayah dari salah satu kyai pengarang kitab Amtsilatut Tasrifiyah yaitu Kyai Ali Ma’shum Krapyak,yang mana kitab tersebut menjadi bahan pembelajaran untuk memahami ilmu Sharaf.
Setelah itu,beliau dinikahkan dengan seorang gadis yang masih tergolong satu keluarga dengan beliau,yaitu Syarifah Salma bin Hasyim bin Yahya. Lewat pernikahan tersebut beliau dikarunia dua anak laki-laki yang bernama Syarif Muhammad Bahauddin dan Syarif Husain,dan tiga anak perempuan yang bernama Syarifah Zaenab,Syarifah Fatimah dan Syarifah Ummi Hanik.
Habib Luthfi dikenal dengan sosok yang akrab dengan semua kalangan.beliau tidak pernah sedikit pun merasa sombong meskipun beliau sendiri adalah keturunan Rasulullah. Hal ini berkat didikan para guru beliau untuk mencetak kepribadian yang luhur serta tidak merasa jumawa dengan garis keturunan yang beliau miliki. Ini sesuai dengan salah satu maqalah/perkataan yaitu “Kemuliaan dapat diraih dengan adab/rasa hormat bukan dengan nasab/garis keturunan.”
Di samping itu,di dalam setiap ceramahnya,beliau selalu berpesan betapa pentingnya menjaga nasionalisme dan rasa persatuan di dalam berbangsa dan bernegara. Karena apabila rasa nasionalisme dan rasa persatuan semakin kuat ditegakkan di bumi Indonesia,maka tidak ada satu orang pun yang mampu meruntuhkan kedaulatan ataupun ideologi bangsa Indonesia.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *