Sungguh senang, terharu dan bangga menyaksikan tayangan Hafiz Indonesia. Anak-anak yang baru umur 4 tahun, 5 tahun, 6 tahun dan 8 tahun sudah menghapal Al-Qur’an beberapa juz, ada 3 juz, 8 juz, 15 dan ada yang hapal 25 juz. Sungguh luar biasa. Semoga Allah panjangkan umur mereka, diberi kesehatan dan kecerdasan, selain menghapal juga bisa memahami Ilmu dan Tafsir Al-Qur’an.
Ketika sedang menonton tayangan aksi anak-anak Indonesia dengan hapalan Al-Qur’an yang tak sebanding dengan umurnya ini, saya teringat kepada:
- Guru Besar saya di kampung halaman bernama KH. Mahdi Buraerah (wafat 26 Pebruari 1998), sekitar tahun 1986 saya belajar dan membaca kitab Tanwir al-Qulub bagian III tentang Tasawuf sama Beliau, di sela-sela penjelasannya, Beliau selalu mengatakan bahwa nanti suatu saat Al-Qur’an sangat gampang dihapal termasuk oleh anak-anak kecil.
Sepertinya apa yang Beliau sampaikan 34 tahun lalu itu, gejala dan fenomenanya sudah ini mulai tampak, termasuk banyaknya Pondok Tahfizh Al-Qur’an, Rumah Tahfizh Al-Qur’an, ada dimana-mana, tapi sangat sedikit dan susah ditemukan Pondok Ulumul Qur’an, Pondok Tafsir Al-Qur’an. Kenapa ya?
- Dua “bocah” murid saya bernama Thariq usia 4 tahun sudah hapal Al-Qur’an 4 Juz lebih dan kakaknya Abdurrahman usia 5 tahun sudah hapal Al-Qur’an 6 Juz.
Tahun 1993 ayahnya bernama Syekh Ali Ibrahim dari Mesir sedang mengajar di Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar meminta kepada saya untuk mengajar memperkenalkan huruf-huruf Hijaiyah kepada dua puteranya ini.
Kami berdua biasa gantian menjadi imam shalat di Masjid Al-Azhar Komp. Monginsidi Baru. Kalau Dr. H. Abdurrahman Basalamah Rektor UMI Makassar tidak sempat hadir.
Saya tanya ayahnya Syekh Ali Ibrahim, mengapa saya diminta mengajari puteranya membaca Al-Qur’an, padahal sudah hapal Al-Qur’an?
Beliau jawab, dua putraku bisa hapal Al-Qur’an tapi belum bisa membaca Al-Qur’an, mereka belum tahu huruf Hijaiyah: alif, ba, ta, tsa, Jim, dan seterusnya.
Saya tanya anaknya, Abdurrahman, mengapa Anda bisa menghapal Al-Qur’an, padahal Anda belum bisa baca Al-Qur’an?
Jawabnya, setiap ayahnya mendaras hapalannya (yakni Syekh Ali Ibrahim yang hapal Al-Qur’an 30 Juz). Abdurrahman bersama adiknya Thariq duduk di samping ayahnya mendengar hapalan ayahnya. Hasil pendengaran yang terus menerus inilah sehingga mereka bisa menghapal Al-Qur’an walaupun belum bisa membaca.
Pembiasaan dan ketajaman pendengaran adalah suatu modal kekuatan sumber hapalan dan ilmu. Demikian juga Penglihatan yang ditopang oleh kebeningan Hati.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa.
وجعل لكم السمع والابصار والافئدة لعلكم تشكرون
Dan Allah memberi kamu PENDENGARAN, PENGLIHATAN dan HATI agar kamu bersyukur. (QS. An-Nahl: 78).
Ayat ini menjelaskan filsafat ilmu dari segi epistemologi ilmu, yakni sumber lahirnya ilmu melalui pendengaran, penglihatan dan hati.
Keberhasilan anak-anak yang masih kecil sudah menghapal Al-Qur’an dalam acara Hafiz Indonesia, juga karena tiga potensi dan sumber kekuatan yang disebutkan dalam ayat tersebut sudah diasah dengan baik.
Pontianak, 16 Ramadhan 1441 H/8 Mei 2020
No responses yet