Jakarta Selatan, jaringansantri.com – Memperingati Hari Pahlawan Nasional 10 November, Islam Nusantara Center (INC) mengadakan kegiatan ziarah ulama nusantara ke makam panglima santri Laskar Hizbullah KH. Zainul Arifin di komplek Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan. Sabtu, (11/11).
Acara ziarah ini diikuti oleh peserta kelas kajian di Islam Nusantara Center bersama dengan keluarga besar KH Zainul Arifin Pohan. Hadir pula Direktur INC, Ajengan A. Ginanjar Sya’ban, Zainul Milal Bizawie (penulis buku Laskar Ulama-Santri dan Resolusi Jihad) dan Ario Hilmi, penulis buku “KH. Zainal Arifin Pohan : Panglima Santri” terbitan pustaka compass yang juga bagian dari keluarga besar.
Sebelum acara dimulai, A. Ginanjar Sya’ban mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan aplikasi dari pengenalan ulama-ulama nusantara yang diulas dalam kajian di Islam Nusantara Center (INC). “acara ziarah ini adalah upaya mengenalkan tokoh-tokoh ulama nusantara,” katanya.
“Selain kita mengkaji melalui literatur teks tentang sejarah perjuangan dan karya-karya Ulama, penting juga kita menziarahi dan mengetahui makamnya. Sebagai bentuk keseimbangan antara pengetahuan dan spiritualitas. Sehingga lebih bermakna,” imbuh Ginanjar.
Penulis buku “Mahakarya Islam Nusantara” ini juga menginformasikan bahwa ziarah ulama nusantara ini merupakan perjalanan pertama. Selanjutnya akan dilakukan secara rutin setiap bulan menziarahi makam ulama nusantara lainnya.
Bapak Ario Hilmi sebagai perwakilan keluarga, memberikan sambutan mengenang perjuangan dan sumbangsih KH Zainul Arifin untuk bangsa dan negara.
Ia mengatakan “Keluarga besar KH Zainul Arifin selalu mengambil suri tauladan almarhum yang bersahaja dengan rasa cinta tanah air. Hari ini merupakan rasa kehormatan kita bahwa keturunan beliau sudah sampai 4 generasi yang tersebar di seluruh penjuru dunia.”
“Zainul Arifin merupakan tokoh kunci pertempuran Surabaya 10 November. Dan di pertempuran-pertempuran berikutnya Zainul Arifin tetap memegang komando pasukan santri di bawah pimpinan langsung Jendral Sudirman,” tambah cucu KH. Zainul Arifin ini.
Menutup sambutannya, Ario Hilmi mengutip pidato Kh Zainul Arifin ketika menutup pelatihan Mubaligh NU di Cirebon 28 Juli 1945, “untuk mendapatkan sebutir nasi pun harus diperjuangkan. Perjuangan Diponegoro, Imam Bonjol, Teuku Umar, dan lainnya membuktikan keteguhan hati pahlawan Islam dalam memperjuangkan kebahagiaan nusa bangsa. Tasbihnya dijadikan peluru untuk menghantam musuh. Siapa berani hidup, harus berani mati. Karena hidup mati ditentukan Tuhan,” pungkasnya.
Mewakili Islam Nusantara Center (INC), Zainul Milal Bizawie memberikan sedikit refleksi sejarah perjuangan ulama-Santri. Ia mengatakan bahwa Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari tidak salah dalam memilih KH Zainul Arifin sebagaimana Panglima Santri Laskar Hizbullah. “Ia mengawal kemerdekaan Indonesia mendampingi Sukarno sampai tahun 63. Beliau tidak ada, maka Indonesia oleng ke kiri,” katanya.
Acara ini berlangsung dari pukul 09.00 – 11.00 wib dengan lancar. Seperti acara ziarah pada umumnya, dibuka dengan sambutan, tahlil dan doa penutup. Hadir juga putra terakhir dari KH Zainul Arifin bernama Burhanudin Pohan bersama keluarga. (Aditia).
Comments are closed