Categories:

Oleh: Muhammad Saifullah Yusuf (Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Kisah yang membuat kita untuk tidak sembrono menaruh perasaan dan tidak menjadi lelaki yang sedang trendi pada zaman ini, dengan sebutan fakboi.

Dikisahkan oleh Ibnu Habib, ada seorang laki-laki bersumpah tidak akan menikah hingga ia meminta saran kepada seratus orang. Semuanya dilakukan karena sikap kerasnya dan kehati-hatian terhadap perempuan. Ia telah meminta saran kepada sembilan puluh sembilan orang, tersisa satu orang lagi. Sampai ia menemui seseorang yang terakhir untuk dimintakan saran. Seseorang itu adalah orang gila yang membuat rantai dari tulang belulang, menghitamkan wajahnya dan menaiki rotan seperti kuda.

Laki-laki itu mengucapkan salam kepadanya seraya berkata, “Aku ingin bertanya kepadamu tentang suatu masalah, tolong jawab.”

Orang gila itu menjawab, “Tanyalah apa yang ingin engkau tanyakan, tetapi jangan tanyakan sesuatu yang tidak penting.”

Laki-laki itu berkata, “Aku seorang laki-laki yang telah menemui banyak masalah dengan perempuan. Aku telah memutuskan untuk tidak akan menikah hingga aku meminta saran kepada seratus orang. Dan engkau adalah orang yang ke seratus. Apa pendapatmu?”

Ia menjawab, “ Ketahuilah bahwa perempuan itu terbagi menjadi tiga;

Pertama, baik untukmu

Kedua, tidak baik untukmu

Ketiga, tidak baik untukmu dan tidak pula baik terhadapmu.

Perempuan yang baik untukmu adalah perempuan yang cantik dan lembut, tidak ada laki-laki lain yang mengenalnya sebelum engkau. Jika ia melihat sesuatu yang menyenangkan maka ia akan memuji dan jika ia melihat sesuatu yang tidak menyenangkan maka ia menutupinya.

Adapun perempuan yang tidak baik untukmu, perempuan yang mempunyai anak bukan darimu, ia merampas hartamu kemudian ia berikan kepada anaknya. Ia tidak akan berterima kepadamu meskipun engkau telah berbuat banyak dan berkorban untuknya.

Sedangkan perempuan yang tidak baik untukmu dan tidak pula baik terhadapmu adalah perempuan yang telah menikah dengan laki-laki lain sebelum denganmu, jika ia melihat sesuatu yang menyenangkan, ia berkata, “Ini yang kami sukai” , jika ia melihat sesuatu yang tidak menyenangkan, ia akan mengatakan, “Aku rindu kepada suamiku yang pertama”.

Aku menjelaskan kepadamu agar engkau mengerti. Jika engkau mau ingin menikah, maka pilihlah dari para perempuan itu. Jika tidak mampu, maka jangan lakukan.

Laki-laki itu bertanya, “Demi Allah, siapakah engkau?”

Orang gila itu pun menjawab, “Bukankah aku telah katakan kepadamu agar jangan bertanya tentang sesuatu yang tidak penting?!”

Demikian suatu kisah yang bisa merubah pola pikir kita, khususnya para pemuda dan pemudi zaman sekarang untuk tidak mudah mengatakan bahwa “Aku telah mencintaimu, bila kau butuh bukti, lihatlah pengorbanan ku !” ,tetapi ingat! Bahwa cinta tidak ada kata pengorbanan, semua yang dilakukan itu dengan ikhlas dan sukarela. Seperti penyair Sudjiwo Tedjo katakan “Cinta itu bukan kalkulasi, di dalam cinta tidak ada (kata) karena karena”.

Disamping itu ada pelajaran lain yang dapat diambil yaitu, “Ambil lah hikmah walaupun keluar dari mulut anjing”. Tidak memandang siapa yang mengatakan, selama perkataan nya mengandung pelajaran dan hikmah sekalipun dari orang gila.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *