Kenapa ada yang tak suka ketika hari kelahiran nabi saw dirayakan dan dikabarkan kepada semesta, hari lahirnya dirayakan di bilang bid’ah, dijadikan bahan olok dan karikatur antum diamkan — ada apakah ?

^^^^
Di surau itu kami duduk melingkar menunggu bapakku berkisah tentang Nabi akhir jaman. Tentang anak yang ditinggal mati ayahnya ketika masih dalam kandungan ibunya. Disusukan pada Halimah Sya’diyah hingga ‘diculik’ Jibril as sesaat sebelum dibedah dan dicuci hatinya.

Kemudian ibunya juga meninggal saat berusia enam tahun. Ia di asuh kakeknya Abdul Muthalib untuk beberapa waktu. Abu Thalib menggantikan ketika sang kakek yang sangat dihormati itu juga wafat. Si anak yatim ini begitu berat hidupnya. Ujian silih berganti.

Banyak cerita tentang Nabi akhir jaman itu. Dan kami selalu sabar menunggu cerita dilanjutkan esuk harinya. Di surau kecil di depan rumah kakekku itu kami biasa berkumpul untuk shalat, mengaji dan mendengar cerita haru tentang Nabi akhir jaman.

^
Memasuki bulan Maulid kami diajari beberapa ‘pujian’ tentang Nabi saw yang biasa dilantunkan bada adzan sebelum shalat. Kami bersuka cita. Apalagi diiringi bedhug dan kentongan bambu. Syair itu begitu berkesan menghunjam. Itu syair yang pertama kami aku dengar dan nyanyikan sebelum kemudian lagu Chrisye, Pance Pondaag, Ebiet dan Oma Irama menggantikan.

Kami hanya orang kampung tak banyak tahu informasi tentang manusia pilihan itu. Samar terdengar tapi kami percaya. Dan kami mencintainya dengan cara yang kami bisa. Termasuk Emakku yang selalu menyembelih ayam jantan saat menjelang tanggal 12 Rabi’ul Awal untuk dimakan bareng di surau selepas maghrib. Tapi itu dulu.

Tak paham, apa ada korelasi sembelih ayam, nasi di cobek, makan bersama dengan kelahiran Nabi akhir jaman. Di keraton Jogja dan Solo ada sekaten, gerebek Maulid: gunungan dan tumpeng. Di Banyuwangi ada tradisi endog-endog-an, di Minang ada nginang sarempak dan masih banyak lainnya. Semua dilakukan sebagai bentuk cinta kepada Nabi saw.

^
Emakku dan orang kampung punya cara sederhana untuk mengenalkan kami kepada Nabi junjungan itu: berkumpul di surau mendengar bapakku cerita tentang Nabi akhir jaman sambil bawa makanan di kenduri bareng. Lalu kami menyebutnya mulud-an. Cara gampang untuk mengingat.

Beragam cara dilakukan untuk mengenalkan Nabi akhir jaman itu, sembelih ayam dimakan bareng itu hanya cara memberi tanda suka cita bahwa hari itu telah lahir manusia pilihan. Kita berada pada jarak waktu dan tempat yang sangat jauh. Tapi terasa sangat dekat.

Sebelum kenduri—Dibacakan pula kisahnya. Agar mengenal lebih dekat. Cinta terhadapnya tumbuh. Berbagai ekspresi diperlihatkan. Tak urung bila Syaikh Ibnu Tayimiyah berkata mungkin mereka telah melakukan perbuatan mengada-ada tapi mereka mendapatkan pahala karena cintanya kepada Nabi saw.

Apakah membaca SIROH maulid nabi itu berlebihan, apakah membawa opor ayam dalam cobek dimakan bareng itu syirik, apakah merayakan kelahiran manusia teragung itu bid’ah ? Kenapa antum baper jika kelahirannya dirayakan sebagai tanda suka cita dan sukur, bukankah itu sunah hasanah ?

^^^^
Seperti halnya beberapa tetanggaku yang tidak mengerjakan shalat apalagi puasa ramadhan tapi ia rajin datang dengan seekor ayam jantan besar di bumbu opor saat Maulid diselenggarakan. Hanya itu yang dia mampu lakukan. Sebagai tanda cinta kepada Nabi junjungan. Jadi jangan kesusu menilai ini itu sebab Mulud–an adalah salah satu cara agar kami mengenal Muhammad saw lebih dekat—Wallahu a’alam

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *