Dalam tradisi keilmuan Barat, awalnya, hermeneutik dikembangkan sebagai piranti memahami al-Kitab (Injil). Namun dalam tahapan berikutnya, hermenuetik dikembangkan secara canggih dalam kajian ilmu-ilmu humaniora (linguistik, sosiologi, politik, dan lain sebagainya). Dalam beberapa dekade terakhir, hermeneutik menjadi salah satu alat kritik bagi positivisme dan modernisme. Karena itu, hermeneutik menjadi salah satu tema diskursus keilmuan yang terus digeluti. Ujungnya, keilmuan dunia Barat terus bergerak dinamis. Baik dalam rangka kritik konstruktif, rekonstruktif, ataupun dekonstruktif. Lantas, bagaimana pemikir muslim menyikapi dan merespon diskursus hermeneutik tersebut?

Serial kajian ini ditujukan untuk mengupayakan dialog metodologis. Terbuka untuk melihat dinamika keilmuan Barat, sekaligus berani menilik dan menyelami kekayaan intelektual dunia Islam. Jika Barat memiliki hermeneutik, maka Timur juga memiliki tradisi keilmuan tafsir, syarah, dan hasyiah. Jika hermeneutik klasik setia terhadap analisa bahasa sebuah teks, maka tafsir ataupun syarah juga ketat dalam analisa bahasa. Keketatan analisa bahasa ini terwadahi dalam kajian Balaghah dan Ushul Fikih.

Dalam rangka mendialogkan dua tradisi keilmuan, maka kajian ini akan membincangkan keduanya secara seimbang dan mendasar. Masing-masing tradisi dirunut mulai dari akar sejarah, konsep dasar, istilah-istilah teknis, dinamika pro kontranya, hingga bentuk penerapan masing-masing. Harapannya, dapat saling memperkaya. Ataupun saling hormat antar satu tradisi dengan tradisi lainnya.

Secara teknis, kajian ini terdiri dari dual level; level I dan II. Masing-masing terdiri dari 8-9 pertemuan (1 bulan). Di level I akan dipilih referensi dasar. Fokus pada dua buku; Dasar-Dasar Hermeneutika; antara Intensionalisme dan Gadamerian (2008) karya Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo, M.Si. dan buku Studi Pengantar Hermeneutika; Kajian Pengantar (2016) karya Dr. Edi Susanto, M.Fil.I. Sedangkan di level II akan dikaji referensi yang lebih kompleks dan detail. Yakni buku Seni Memahami; Hermeneutik dari Schleiermacher sampai Derrida (2015) karya F. Budi Hardiman.

Sedangkan teks pendampingnya adalah kitab “al-Risalah” karya Imam al-Syafi’i (150-204 H), “al-Mustashfa min Ilmi al-Ushul” karya Imam al-Ghazali (450-505 H) dan “al-Thuruq al-Shahihah fi Fahmi al-Sunnah al-Nabawiyyah” karya Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. (1952-2016).

Lantas tertarikkah anda?

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *