Oleh: Nazwa Siti Fatihah dan Nur Vinka Utami (Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah prof. Dr. Hamka)
Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya memiliki perilaku yang baik, dan setiap orangtua juga mempunyai caranya masing-masing untuk mendidik anak mereka. Karna orangtua memiliki peran yang sangat penting dalam mendidik anaknya terutama permasalahan agama seperti menanamkan nilai akhlakul karimah, agar kedepannya mereka memiliki pondasi yang kuat untuk menjalani kehidupannya. Dalam hal ini bukan hanya orang tua yang berperan penting dalam mengembangkan akhlak anaknya, akan tetapi mereka juga mempunyai peran yang sama pentingnya, baik dalam lingkungan pertemanan, Masyarakat, sekolah, dan terutama keluarga.
Keluarga memiliki peran yang sangat penting, fungsi keluarga dalam kehidupan manusia bersifat fundamental, keluarga juga merupakan tempat utama dalam membina dan membentuk akhlakul karimah yang sudah ditanamkan oleh setiap anggota keluarga kepada anaknya sejak dini. Akhlak merupakan gambaran atau karakter pada diri seseorang melalui perilaku maupun perkataanya, bukan karena suatu pemikiran dan bukan pula karena suatu pertimbangan. Akhlak itu sendiri juga adalah sistem moral Islam yang didasarkan pada keyakinan dan nilai-nilai yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada para nabi dan rasul, serta kepada manusia melalui Al-Qur’an dan Hadits.
Agama Islam pada intinya mengajak umat manusia agar percaya kepada Allah dan mengakuinya bahwa hanya dia-lah yang maha pencipta, pemilik, pemeliharaan, pelindung, pemberi Rahmat, pengasih dan penyayang terhadap makhluk-makhluknya. Firman Allah adalah sumber utama hukum-hukum ajaran Islam yang mengandung pengetahuan akidah, pokok-pokok akhlak, dan kemuliaan manusia.
Dalam Firman Allah dalam QS Al-Ahzab : 21 yang Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” Menjelaskan bahwasannya Rasulullah Saw adalah teladan yang terbaik yang harus diikuti, sebagaimana orang-orang beriman meyakini bahwa satu-satunya jalan untuk selamat dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Dan dari ayat di atas menunjukkan, bahwa setiap kebaikan yang dipelajari dan ditanamkan pada diri manusia itu sendiri diharapkan mampu mengembangkan potensinya dan bisa membentengi diri dari kecanggihan zaman, sehingga tidak membawa anak kedalam hal yang buruk, dengan cara menerapkan dan melaksanakannya pada kehidupan sehari-hari
Menurut Husaini dalam jurnal pendidikan dan kependidikan, secara umum akhlak terdiri dari:
- Akhlak Adil
Memberikan setiap hak kepada pemiliknya tanpa memihak, membedakan diantara mereka atau bercampur tangan yang diiringi hawa nafsu. Adil merupakan sifat yang sangat mendasar, karena adil merupakan perintah Allah Swt sesuai dengan firman Allah dalam Qs. An-Nahl ayat 90 yang artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”.
Sebagai seorang muslim itu harus adil dalam seluruh perkataan, perbuatan, hukum, dan urusan-urusan lainnya, hingga keadilan itu sendiri menjadi akhlak dan sifatnya tidak bisa lepas lagi.
- Akhlak Ihsan
Ikhlas dalam beramal dan melaksanakan amal itu sebaik-baiknya tanpa diiringi riya. Seorang muslim tidak hanya memandang ihsan sebagai akhlak terpuji saja, tetapi juga bagian akidahnya dan faktor penting dalam Islam. Ihsan antara ibadah dan pergaulan berbeda arti dan bentuk. Mengerjakan setiap ibadah seperti shalat, zakat dengan cara yang benar dan sesuai dengan syarat, rukun, dan tata caranya. Hal ini tidak akan dicapai seorang hamba kecuali ketika mengerjakan ibadah dengan tujuan mengisi kekosongan hatinya dengan pengawasan Allah swt. sehingga seolah-olah hamba itu melihat Allah atau merasa bahwa Allah itu memperhatikannya. Hanya dengan cara inilah ia dapat mengerjakan ibadah dengan baik dan meraih bentuk yang sempurna.
- Akhlak Malu
Kata malu dalam bahasa Arab adalah al-haya yang berarti hidup. Hati yang malu tentu orangnya pemalu karena ia menjadi pencegah setiap keburukan yang merusak hati sendiri. Malu tidak akan menghambat seorang muslim untuk berkata yang benar, menyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran atau menuntut ilmu, seperti dalam Qs. Al-Ahzab ayat 53 yang berbunyi : “Dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar”.
- Akhlak Jujur
Dalam Bahasa Arab jujur merupakan terjemahan dari kata shiddiq yang berarti benar. Dengan kata lain, jujur merupakan perkataan dan perbuatan sesuai dengan kebenaran. Jujur juga berarti keselarasan antara berita dengan kenyataan yang ada. Salah satu cara untuk menjadi orang yang jujur adalah dengan cara bergaul dengan orang-orang yang dikenal sebagai orang yang jujur, hal ini karena pergaulan sangat berpengaruh terhadap watak dan kepribadian seseorang.
- Akhlak Santun
Santun merupakan pembuka segala kebaikan dan penutup segala keburukan, santun juga bisa diartikan sebagai sabar. Alghazali dalam ihya mengatakan ketahuilah bahwa marah jika dibiasakan menahannya, niscaya mudah sembuh seketika. Marah juga suka kembali kedalam batin dan memadat didalamnya lalu menjadi dengki. Ada beberapa cara mengobati marah melalui ilmu dan amal yaitu :
a. Hendaklah takut kepada Allah dan siksanya
b. Hendaklah merenungi nash-nash tentang keutamaan menahan amarah, memaafkan, dan kuat terhadap ujian
c. Hendaklah berlindung dari setan yang terkutuk karena marah itu dari setan.
No responses yet