Ini adalah foto inskripsi Masjid Sunan Kudus (al-Aqsha) yang terdapat di kota Kudus, Jawa Tengah. Inskripsi tertulis di atas lempengan batu dengan menggunakan bahasa Arab dan jenis khat “tsulusi”.
Inskripsi ini memuat informasi tentang sosok Sunan Kudus yang bernama asli Syaikh Ja’far Shadiq dan bergelar “Syaikhul Islam”, juga bergelar “al-Qâdhî”. Nama masjid yang dibangunnya tersebut bernama “Masjid al-Aqsha” dan selesai dibangun pada tanggal 28 Rajab 956 Hijri (bertepatan dengan 22 Agustus 1549 Masehi).
Inskripsi ini sekarang ditempel pada dinding masjid, tepat di atas mihram pengimaman. Dua sarjana Prancis, L. Kalus dan C. Gullot pernah melakukan penelitian terhadap inskripsi ini. Saya pun berhutang kepada hasil alih tulisan dan edisi teks yang dilakukan keduanya terhadap inskripsi tersebut.
Berikut ini adalah hasil edisi teks dan alih tulisan serta terjemahan bahasa Indonesia dari inskripsi di Masjid Sunan Kudus tersebut:
(1) بسم الله الرحمن الرحيم (.) بنا هذا المسجد الأقصى وبلد القدس خليفة هذا الدهر حبر مكمل
(2) يستجزئ غدا في جنة الخلد نزلا وقربا من الرحمن (؟) منزل (.) أنشأ هذا المسجد المبارك المسمى بالأقصى خليفة الله
(3) في الأرض الحاضر في أجلها والعرش شيخ الإسلام والمسلمين زين العلماء والمجتهدين العالم الكامل الفاضل
(4) المخصوص بعناية ربان الخالق القاضي جعفر الصادق (،) ابتغاء لوجه الله وعواد بره من يد الله واتباعا لسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم
(5) وكان التاريخ ثمانية وعشرين من شهر رجب في سنة ست وخمسين وتسع مائة من الهجرة النبوية (.) وصلى الله على سيدنا محمد وآله وأصحابه أجمعين
(1) Bismillâhirrahmânirrahîm. Telah membangun masjid al-Aqsha dan kota Kudus ini, seorang pemimpin zaman ini, yang ilmunya seumpama tinta dan telah sempurna
(2) Dengan berharap meminta ganjaran besok di surga yang kekal, sebagai pahala dan karunia dari Allah Yang Maha Rahman (?). Telah mendirikan masjid yang diberkahi ini yang dinamakan dengan Masjid al-Aqsha, seorang Khalifatullâh
(3) Di bumi pada zaman ini (?), Syaikhul Islam dan umat Muslim, hiasan sekalian ulama dan para mujtahidin, seorang yang alim, yang sempurna, yang memiliki keutamaan
(4) Yang mendapatkan pertolongan Sang Pencipta, al-Qâdhî Ja’far Shadiq. Membangun semata-mata hanya karena Allah (?) dan mengikuti sunnah Rasulullah SAW.
(5) Adapun tanggal (pembangunannya) adalah delapan belas (18) bulan Rajab tahun Sembilan Ratus Lima Puluh Enam (956) Hijri. Semoga Allah melimpahkan do’a keselamatan kepada Nabi kita Muhammad, juga keluarganya dan semua sahabatnya.
Melihat titimangsa pembangunan masjid di atas (956 H/1549 M), dan melihat julukan Sunan Kudus yang bergelar “Syaikh al-Islam” dan “al-Qadhi”, saya jadi memiliki dugaan kuat jika sanad, genealogi intelektual, dan jaringan keilmuan Sunan Kudus bersambung kepada Syaikh Ibn Hajar al-Haitamî al-Makkî (w. 974 H/ 1566 M), ulama sentral dunia Islam pada zamannya yang juga pengarang kitab “al-Manhaj al-Qawwîm”.
Jika benar tersambung, maka Sunan Kudus juga berjejaring dengan Syaikh Zainuddîn al-Fanânî al-Malîbârî (w. 991 H/ 1582 M), yang berjejuluk “Syaikhul Islam” dan “al-Qadhi” dari negeri Malibar, pesisir India Barat (dekat Gujarat), dan juga pengarang kitab “Fath al-Mu’în”. Syaikh Zainuddîn al-Malibârî adalah murid langsung dari Syaikh Ibn Hajar al-Haitamî.
Jika jejak sejarah hubungan dan kontak keilmuan antara Syaikh Zainuddîn al-Malibârî dengan Syaikh Ibn Hajar al-Haitamî ada banyak terlacak dalam sumber-sumber sejarah tertulis, maka tidak demikian halnya dengan sejarah hubungan dan kontak keilmuan antara Sunan Kudus dengan Syaikh Ibn Hajar tadi.
Setidaknya, inskripsi yang terdapat di Masjid Sunan Kudus di atas dapat menjadi pengantar terhadap upaya pelacakan jejak sanad, genealogi intelektual, dan jaringan keilmuan Islam Nusantara masa Walisanga dengan Timur Tengah.
Bandung, Oktober 2017 M/ Muharram 1439 H
Al-Faqir A. Ginanjar Sya’ban
Comments are closed