Tangerang Selatan, jaringansantri.com – Jaringan ulama nusantara sangat penting untuk terus dikaji. Mengingat kembali perjuangan ulama-ulama terdahulu dalam membangun peradaban keilmuan Islam Nusantara dan turut serta menegakkan Indonesia. Dialektika keilmuan ulama Nusantara bertemu dengan berbagai bangsa, salah satunya bertemu dengan Islam dari negeri Dagestan, Russia.
Filolog muslim, Ah. Ginanjar Sya’ban mengatakan “simpul jaringan keilmuan keulamaan Nusantara dipertemukan di Makkah al-Mukarromah. Dibuktikan dengan adanya hubungan guru murid antara ulama Nusantara dengan ulama Dagestan.”
Hal tersebut disampaikan dalam kajian turats ulama Nusantara di Islam Nusantara Center (INC), Wisma Usaha UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lt 2, Ciputat. Sabtu, (14/4). Menurut Ginanjar Sya’ban, beberapa ulama Dagestan tersambung dan memiliki hubungan jaringan intelektual dengan ulama Nusantara, khususnya pada abad ke XIX-XX.
Sanad jaringan keilmuan Nusantara, lanjut Ginanjar, telah bertemu dengan Jaringan Keilmuan Ulama Rusia yaitu Syaikh Abdul Hamid As-Syirwani Dagestani, pengarang kitab Hasyiah Asyirwani. Satu angkatan dengan Sayyid Muhamad Zaini Dahlan (Pengarang kitab Tuhfatul murid, Hasyiah Baijuri).
Kemudian melahirkan beberapa murid dari nusantara yang seangkatan dengan Syaikh Nawawi Banten, yaitu Abdul Ghani Bima, Rohmatullah al Hindi (termasuk pengelola Madrasah Saulatiyah di Makkah), Sayyid Bakri, Abu Bakar Syato (Pengarang kitab i’anatut tholibin), Sayyid Usman Betawi (mufti dari Batavia).
“Ulama-ulama tersebut membuktikan bahwa adanya keterkaitan hubungan jaringan keilmuan Islam Nusantara di Dagestan. Semuanya menjadi murid langsung dari Syaikh Abdul hamid bin Husaini As-Syirwani ad Dagestani,” terang direktur INC ini.
Ulama Dagestan sangat banyak dari masa kemasa dan tersimpan dalam biografi ulama (thabaqat) yang ditulis oleh ulama Dagestan yaitu Syaikh Nadzhir bin Muhammad ad-Durkali ad-Dagestani, ia mengarang kitab dengan judul Nuzhah al-Adzhan fi Tarajim ulama fi Dagestan.
“Dengan harapan, bahwa di Nusantara nantinya ada yang menulis untuk mengumpulkan biografi-biografi ulama dalam Thabaqat ulama Nusantara dengan judul Minhatu Khoirul Wara’ fi Tarajim Nusantara, sama seperti di Dagestan. Karena apabila tidak ada yang menulis kita akan terputus cara bepikirnya para ulama-ulama,” tandas alumni pesantren Lirboyo ini.
“Tidak heran, apabila negeri Dagestan yang wilayahnya terletak di pegunungan dan jauh dari modernitas ini menjadi salah satu jangkar Islam di federasi Rusia dari beberapa daerah,” pungkasnya.(Fithrohtul Muzayyanah).
Comments are closed