oleh : Dr. Ngatawi Al-Zastrouw

Literatur Sejarah
Jejak Islam di Barus banyak disebut dalam buku sejarah. Beberapa buku sejarah sering menyebut kata “Barus”, dengan banyak istilah dan penyebutan lainnya. Buku-buku tersebut diantaranya “Sejarah Raja-Raja Barus” kaya Jane Drakard, Begitu juga dalam “The History of Sumatera” karya William Marsden (1754-1836) yang diterbitkan tahun 1784.

Kehidupan masyarakat hibriditas Islam di Barus juga pernah dilaporkan Marcopolo, yang sempat menyinggahi Barus pada abad ke-12. Barus juga tercatat dalam literatur Arab, India, Tamil, Yunani, Syiria, Armenia, China, dan lainnya pada awal abad Masehi.

Artefak Islam di Barus
Dijelaskan Jhon Fawer, Direktur Pusat Kajian Sejarah dan Budaya Sumatera, dari buku Nuchbatuddar karya Addimasqi, Barus adalah pintu masuknya agama Islam di nusantara sekitar abad ke-6-7 Masehi. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya makam kuno di kompleks pemakaman Mahligai, Barus.

Sejarawan lain yang meneliti tentang Barus adalah Claude Guillot adalah peneliti asal Perancis yang menulis buku Lobu Tua Sejarah Barus. Di makam itu tertulis bahwa Syaikh Rukunuddin wafat tahun 672 Masehi dan terdapat pula makam Syaikh Ushuluddin yang panjangnya kira-kira 7 meter. “Ini memperkuat dugaan bahwa komunitas muslim di Barus sudah ada pada era itu,

Makam 44 Wali
Seain itu, di Barus ada makam 44 aulia yang menjadi artefak sejarah Islam di Barus. Makam ini tersebar di sejumlah tempat, antara lain, di Desa Patu Pangan, Papan Tinggi dan di Desa Dakka. Di Desa Patu Pangan, tepatnya di simpang tiga menuju Barus kota-Sibolga, terdapat makam Tuan Ibrahim Syah. yang menurut buku “Sejarah Raja-Raja Baru” karangan Jane Drakard, disebut juga Tuan Syekh Batu Badan. Batu nisannya dihiasi kaligrafi bernuansa Arab.

Beberapa nama terdata dari ke 44 aulia itu diantaranya; Syekh Rukunuddin, Tuanku Batu Badan, Tuanku Ambar, Tuan Kepala Ujung, Tuan Sirampak, Tuan Tembang, Tuanku Kayu Manang, Tuanku Makhdum, Syekh Zainal Abidin Ilyas, Syekh Ahmad Khatib Sidik, dan makam Imam Mua’azhansyah.

Selanjutnya makam Imam Chatib Miktibai, Tuanku Pinago, Tuanku Sultan Ibrahim bin Tuanku Sultan Muhammadsyah Chaniago, dan makam Tuanku Digaung. Menurut Kronik Hilir, yang menjadi salah satu sumber data buku “Sejarah Raja-raja Barus” itu, Tuan Ibrahim Syah adalah pembuka kerajaan sekaligus raja pertama serta pelopor agama Islam di Barus.

Perjalanan al-Mas’udi Ke Nusantara
Salah satu penjelajah Arab yang pernah ke Nusantara adalah al-Mas’idi. Catatan perjalanannya mejelajahi dunia ditulis dalam buku Muruj al-Dhahab. Buku ini telah diterbitkan di Paris (1861-1877) dan Kairo (1303 H) sebanyak 9 jilid. Ia merupakan karya al-Mas’udi yang terbesar telah ditemukan dan ada sampai ke hari ini.

Dalam buku ini dia menyebutkan beberapa tempat di Asia Tenggara, termasuk di antaranya Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa. Dalam tulisannya ia menyebutkan kekayaan dan kejayaan kerajaan Sribuza yang tak lain adalah Sriwijaya. Digambarkan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan besar yang kaya raya, dengan tentara yang sangat banyak. Disebutkan kapal yang tercepat dalam waktu dua tahun pun tidak cukup untuk mengelilingi seluruh pulau wilayahnya.

*Materi ini disampaikan Dr. Ngatawi Al-Zastrouw di Kajian Islam Nusantara Center (INC). Sabtu 11 Januari 2020.

》》 Simak Rekaman LIVE STREAMING di FB Islam Nusantara Center INC

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *