Banyak yang mengatakan bahwa Islam datang ke Cina pada abad ke 7, dengan begitu hadis pun ikut menyebar ke Cina. Misalnya, sebuah batu nisan di Quanzhou pada Dinasti Tang bertuliskan hadis-hadis Nabi berbahasa Arab. Hal ini menunjukkan bahwa hadis pun turut tersebar di Cina pada saat itu.

Pada Dinasti Ming, ada sebuah sekolahan yang bernama 中国穆斯林的传统教育 (Sekolah Tradisional Cina Muslim) yang mengajarkan hadis-hadis Nabi. Misalnya terdapat dua dari tigabelas bahan ajar adalah hadis. Menurut Qi Xueyi dalam artikelnya 中国的圣训译介与研究 (Penerjemahan dan Penelitian Hadis di Cina), menyatakan hadis-hadis yang diajarkan di sekolah tersebut Arbain Nawawi, yang dikhususkan pada moralitas agama dan filosofi kehidupan. Meski demikian, pengkajian hadis di Cina agak tersendat. Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh Qi Xueyi, salah satunya karena Muslim Cina bermazhab Hanafi tetapi hadis-hadis yang tersebar disusun oleh ulama-ulama non-Hanafi, sehingga tidak mudah diperkenalkan. Sehingga hadis-hadis tersebut sudah lama tidak disebarluaskan di Cina.

Penerjemahan Hadis di Cina

Ketika awal-awal Islam masuk Cina teks-teks hadis tidak diterjemahkan ke bahasa Mandari. Seperti yang dikatakan oleh Yang Zhaojun, meski Islam sudah masuk ke Cina pada abad 7, namun tidak ada terjemahan hadis ke dalam bahasa Mandarin. Namun pada akhir abad ke-12 dan awal abad 13, seorang penyair dari Uygur Ahemati Yugenike yang menulis kumpulan puisi, banyak hadis yang dikutip di dalamnya dan diterjemahkan ke dalam bahasa Uygur.

Pada akhir Dinasti Ming dan awal Dinasti Qing, teks-teks keislaman mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Mandari, termasuk hadis-hadis. Misalnya Wang Daiyu (1584-1670) mengutip 17 hadis untuk menjelaskan 正教真诠 (interpretasi yang benar dari agama ortodoks). Selanjutnya Ma Zhu (1640-1711) juga mengutip hadis dalam bukunya 清真指南 (Panduan Halal). Liu Zhi (1655-1745) mengutip 28 hadis untuk menjelaskan doktrin agama surga. Ma Daxin (1794-1874) juga mengutip hadis dalam bukunya 四典要会 (empat pertemuan klasik) yang membahas pentingnya salat.

Meski sudah ada kutipan-kutipan hadis dan terjemahannya namun tidak ada terjemahan lengkap buku-buku hadis. Baru pada abad ke-20 terjemahan hadis berkembang. Mulanya pada tahun 1923 terjemahan hadisn bahasa Mandarin dimulai dan terus berkembang.

Pengkajian Hadis

Pada awal abad ke-20, kajian hadis sangat luar biasa. Terutama sejak reformasi dan keterbukaan, para sarjana Cina telah membuat prestasi luar biasa dalam penerjemahan dan penelitian hadis, dan menerbitkan serangkaian makalah tentang studi hadits.

Misalnya, pengantar singkat Li Xinghua tentang Hadis dalam Jurnal 世界宗教资料, 1981, edisi 1), rangkuman Hadis Muhammad Faruk Nabhan dalam Jurnal 中国穆斯林, 1984, No. 3, diterjemahkan oleh Yan Jiubu,Zhou Shunxian’s “hadis Buhari” (阿拉伯世界, No. 3, 1985), dan “studi tentang kata-kata Islam” Ma Zhongjie (中国穆斯林, 1988, edisi 2), Wang Yin “ikhtisar masalah hukum dalam Hadis” (西北第二民族学院学报, 1994, issue 4), “hadis Buhari dan catatan hadisnya” Ding Jun (西北民族研究 , 1995, No. 2), dan lain sebagainya.

Dari sini jelas bahwa pengkajian hadis di Cina sudah berkembang terutama sejak tahun 1923. Mungkin cukup sekian dulu.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *