Oleh : Aufa Hibatullah Dimas Prambudi (Mahasiswa Universitas Dirgantara Mrsekal Suryadarma)
Surah Ar-Rahman ( الرّحْمنن) adalah surah ke-55 dalam al-Qur’an. Surah ini tergolong surat makkiyah, terdiri atas 78 ayat. Dinamakan Ar-Rahmaan yang berarti Yang Maha Pemurah berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari surah ini menerangkan kepemurahan Allah swt.
Kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat nanti. Ciri khas surah ini adalah kalimat berulang 31 kali Fa-biayyi alaa’I Rabbi kuma tukadzdzi ban (Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?) yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan karunia Allah yang diberikan untuk manusia.
Surah Ar Rahman menerangkan tentang penciptaan alam semesta, dimana seluruh alam semesta tunduk kepada satu hukum yang seragam, dan segala bagian suku cadangnya membentuk struktur dan gerakan yang amat serasi. Jika keserasian atau kesetimbangan antara berbagai benda itu sedikit saja terganggu, niscayalah seluruh jagat raya akan jatuh dan pecah berkeping-keping. Namun, semua hukum yang menata alam ini senantiasa dikendalikan oleh Allah swt Sendiri, di luar jangkauan kemampuan manusia. Sebagaimana terdapat keserasian meliputi segala sesuatu di seluruh jagat raya ini, begitulah manusia – yang merupakan mahkota dan tujuan di balik segala penciptaan –pemerintahan supaya memelihara timbangan secara adil, dan memperlakukan sesama manusia tanpa berat sebelah dan dengan adil, dan memberikan kepada setiap orang gaknya dan menghindarkan tindakan-tindakan keras dan mengikuti cara-cara yang bijaksana dalam melaksanakan tugas kewajibanyan terhadap Al-Khalik, Sang Pencipta-nya.
Akan tetapi, manusia agaknya demikian rupa peri keadaannya, daripada mengambil manfaat dari pengharapan mencapai kemajuan serta perkembangan ruhani tidak terhingga yang diulurkan kepadanya oleh Sang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, ia – karena rasa sombong dan angkuhnya – malah mengabaikan dan bahkan menentang hukum Ilahi; maka sebagai akibatnya kemurkaan Allah swt. menimpa dirinya. Pembangkangan dan penentangan terhadap hukum Ilahi, demikian diisyaratkan oleh surah ini, akan memperoleh bentuk paling mengerikan kelak pada suatu waktu yang rupanya tampak dewasa ini dan pada waktu itu, manusia akan ditimpa azab Ilahi, yang begitu menghancurkan dan memusnahkan sehingga tidak pernah disaksikan sebelumnya azab semacam itu. Akan tetapi, sementara hukuman yang akan ditimpakan kepada orang-orang durhaka lagi aniaya sangat menyedihkan dan mengerikan sekali, pada pihak lain karunia Ilahi yang akan dilimpahkan kepada orang-orang takwa – pada abad ketika dewa-dewi kekayaan sedang ramai dipuja dan kebanyakan manusia asyik mencari kesenangan duniawi – juga akan tidak terhingga; dan dengan demikian azab Ilahi dan karunia Ilahi kedua-duanya akan menunjukkan bahwa pada suatu pihak Allah swt. “cepat dalam menghisab,” pada pihak lain Dia adalah “Pemilik segala kemegahan dan kemuliaan.”
Surah Ar Rahman kemungkinan pembahasan utamanya adalah ketika kekuasaan dan pamor bangsa-bangsa Barat sedang mencapai puncak kejayaan. “Maka, yang manakah di antara nikmat- nikmat Tuhan kamu berdua, yang kamu dustakan?” (Surah Ar Rahman, 55: 78). Bahwa ayat di atas telah dipergunakan 31 kali dalam Surah Ar Rahaman ini bukanlah tanpa mengandung arti.
Sepertiya Surah Ar Rahman ini secara khusus menyebutkan rahmat dan nikmat besar yang dilimpahkan oleh Allah swt. kepada manusia. Mengingat akan bermacam-macam dan berlimpah-limpahnya nikmat itu maka penggunaan ayat ini secara berulang-ulang agaknya sangat tepat. Tetapi, kemudian Surah Ar Rahman ini pun mengutarakan juga tentang azab Ilahi yang dahsyat dan sebelumnya belum pernah terjadi, yaitu dalam bentuk peperangan nuklir yang akan menimpa manusia, bila ia tidak bertobat dan mengubah cara hidupnya.
No responses yet