Salah satu putra dari Mbah Maimoen Zubair yang pernah dan sedang terjun di dunia politik adalah Kyai Ubab, Kyai Kamil dan Kyai Yasin. Walaupun demikian, beliau-beliau masih tetap mengajar di pondok.

Berikut kami paparkan dawuh Gus Kamil saat tindhak ke Magelang beberapa waktu lalu:

“Terjun di dalam pemerintahan itu bisa membuat kebaikan yang tidak bisa dilakukan di luar pemerintahan, walaupun mungkin bergesekan dengan yang tidak benar”.

“Salah satu yang dianggap baik adalah ditetapkannya Undang Undang Sisdiknas di Kabupaten Rembang”.

“Dengan UU Sisdiknas, siswa beragama A yang kebetulan bersekolah di Sekolah agama lain, maka pihak sekolah harus menyediakan tenaga pengajar yang sesuai dengan agama siswa. Artinya siswa harus mendapatkan pelajaran agama sesuai dengan agama yang dianutnya”.

“Walaupun sudah menjadi aturan secara nasional, bila tidak ditetapkan di level kabupaten, maka tidak akan berjalan”.

“Dengan ditetapkannya UU itu tentu menyelamatkan siswa dari upaya pemurtadan”.

(°**°)

Itulah sekelumit dawuh Syaikhina Majid Kamil bin Maimoen bin Zubair bin Dahlan bin Warijo bin Munandar saat berkunjung ke Magelang beberapa waktu lalu.

Berikut ini adalah sekelumit dawuh Gus Rojih Ubab Maimoen menceritakan pamannya.

Gus kamil selalu nderekke Mbah Yai Maimoen tindhak-tindak (bepergian), bahkan saat haji bersama Mbah Maimoen, yang diingat-ingat oleh Mbah Maimoen ya Gus Kamil. Karena yang sering nderekke Mbah Yai adalah Gus Kamil, saat tindhakaan Mbah Maimoen nyaman bersama Gus Kamil.

Kadangkala terlihat bahwa Gus Kamil itu mirip gurunya, yaitu Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki Mekkah. Walaupun Gus Kamil menjadi ketua DPRD Rembang, tetapi ke-kyai-annya tidak lantas hilang. Seakan-akan pribadi Sayyid Muhammad menempel pada diri Gus Kamil.

Sebelum beliau meninggal, ada seorang Alim Madura bernama KH. Barizi bermimpi bahwa Gus Kamil sedang bersama Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki. Begitulah robithoh atau sambungnya murid dengan sang guru. Beliau mondok di Sayyid Muhammad sekitar sepuluh tahun.

Sayyid Muhammad memberikan nama beliau “Majid”, Mbah Maimoen memberi nama “Kamil”. Maka nama beliau menjadi “Majid Kamil”.

Mulai hari raya Idul Fitri tahun ini, beliau membagi-bagikan sarung yang bagus-bagus dan baru, sehingga sarung beliau tinggal dua potong. Hal ini mengingatkan kita kepada Mbah Maimoen Zubair.

Mbah Maimoen saat hendak haji, membagi-bagikan banyak sekali uang, seolah-olah tidak takut apa-apa.

Salah satu tanda orang meninggal husnul khotimah adalah di hatinya sudah tidak ada dunia. Maka oleh para ulama diajarkan do’a:

اللهم إذا حان وقت رحلتي عن هذه الدنيا فكره إلي الدنيا بكل ما فيها.

Allohumma Idza Hana Waqtu Rihlati An Hadzihid Dunya, Fakarrih Ilayyad Dunya Bima Fiha.

“Ya ALLOH bila telah mendekati waktu bepergianku dari dunia ini, maka jadikanlah aku benci terhadap dunia dengan segala isinya”.

Beliau juga berkata kepada istrinya: “Malam Senin nanti tolong saya diwasilahi bersama Abah”.

************

Sebagai contoh: Yayasan non muslim mendirikan sekolah non muslim. Kadangkala sekolah itu didirikan di daerah yang mayoritas penduduknya adalah muslim dengan ekonomi rendah. Putra-putri muslimin kadang menjadi siswa sekolah itu.

Tanpa UU Sisdiknas maka pihak sekolah akan mengajarkan pelajaran agama yang dianut oleh pemilik yayasan kepada para siswanya.

Dengan adanya UU Sisdiknas, dalam permasalahan tersebut pihak sekolah wajib menyediakan tenaga pengajar yang dianut oleh siswa. Sehingga siswa terselamatkan agamanya.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *