Dua besan bertengkar dan kita semua terlibat — partai umat berdiri, dua matahari di bilik sempit Islam reformis, tak tau saya harus berucap hamdalah atau istighfar.
*^^^**
Saya tetap saja Muhammadiyah ortodoks, empat puluh tahun saya berkhidmah tak pernah beranjak dan tergoda oleh politik. Saya berkeras menjaga dan merawat ortodoksi Muhammadiyah sejauh yang saya mampu.
Saya tetap konsist dengan gerakan pemikiran dan pergerakan Kyai Dahlan — meski hanya tiga masjid kampung, satu mushala kecil pinggir kali dan dua PAUD dan satu TK di desa terpencil yang bisa saya wakafkan untuk Persyarikatan dari harta keluarga.
Jika boleh saya pilah, genologi Islam politik atau politik santri ada dua macem : santri tradisional dan Islam reformis. Yang pertama kokoh dan solid. Yang kedua mengeras dan menyusut.
*^^^*
Saya tak bisa berhitung dengan kalkulasi politik macam apa Partai Amanat National yang hampir tak lolos batas ambang itu kini dicacah lagi — dukungan politik darimana lagi yang akan diraih. Di luaran sudah penuh sesak.
Kekuatan politik Islam reformis kian susut, mengeras dan terus mengecil—-sementara politik santri tradisional makin solid, kuat dan kokoh bekerja sama kekuatan nasionalis sekuler yang mengatur rezim.
Ironisnya lawan politik Islam reformis bukan santri tradisional sebagai rival atau nasionalis sekuler tapi dirinya sendiri, konflik abadi yang terus berulang ulang. Prediksi Dr Alfian peneliti dan Ketua LIPI tahun 80 han masih sangat relevan. Terlalu banyak orang pintar gak ada yang mau jadi makmum— sindiran tajam Greg Barton pada politiisi Islam reformis.
*^^^^*
Politik santri seperti belantara, saling memangsa berebut depan. PPP PKB PKS PBB PAN yang merepresentasi politik santri tak pernah akur. PAN yang sudah kecil itu kini jadi dua— suara politik warga muhammdiyah yang sangat kecil direbutkan dapat apa ? Selain capek. Energi politik santri tersedot habis oleh konflik dan pertengkaran internal.
Dengan kondisi psikologis macam begini mana mungkin bisa memimpin umat. Dengan sesama iman saja tak akur mana mungkin dengan yang di luar iman. Ini bangsa besar dengan ratusan keyakinan, bahasa adat bukan seperti ngurus takmir, ranting atau cabang yang homogen.
*^^^^*
Saya bukan pendukung atau simpatisan partai manapun, hanya tak suka jika energi negatif partai politik masuk Persyarikatan. Dan yang kedua, maaf kehadiran partai umat tak akan berpengaruh siginifikan terhadap peta politik nasional. Partai Umat hanya internal urusan PAN sebuah partai yang pada pileg kemarin kesulitan mempertahankan ambang batas.
No responses yet