Jama’ah : “Jo kenapa dalam tiga tahun terakhir kita kehilangan banyak para wali? Apa sebenarnya kesalahan kita sehingga kita ditinggalkan beliau-beliau itu Jo?”

Paijo : “Kang apakah sampeyan ingat ketika Yuk Tin pamit mau uzlah dan menyerahkan pengelolaan warung ini kepada kami para murid beliau? Kami sebenarnya sudah membaca tanda itu sebagai akan ditinggalkan untuk selamanya oleh beliau karena beliau akan menggantikan posisi gurunya. Beliau pernah berujar; “Jo ketika para ahli agama sudah lebih memilih berkhidmat di jalan dunia, saat itulah nasehat para wali tidak lagi didengar oleh mereka yang seharusnya menjadi penerus pesan para ‘ahlul khumul’ tersebut. Akibatnya para wali mulai dipanggil Sang Kekasih agar tidak terus menerus merasa sedih melihat keadaan ummat. Ada yang pamit keluar agar ummat tidak terlalu meratapi kepergiannya. Karena sebagian besar rasa belasungkawa yang mereka ungkapkan adalah kepura-puraan. Bahkan ada yang sengaja menumpang ketenaran yang lebih bernuansa duniawi daripada sebuah ketulusan. Aku pesan padamu jangan pernah unggah foto guru-guru kita dan juga fotoku jika nanti kami telah kembali kepada Allah. Sebab kamu akan sibuk melihat siapa yang telah mengucapkan kesedihan itu dan membalasnya. Bahkan dihatimu akan tumbuh pertanyaan dan anggapan bahwa yang tidak melakukannya adalah orang yang tak peduli kepada kami. Jo kami ini orang yang mencintai “ketersembunyian” dan  juga mencintai do’a-do’a yang disembunyikan dari para Kekasih.”  

Jama’ah : “Apa maksudmu bahwa mereka telah meninggalkan tanda-tanda datangnya ujian ini kepada kita sudah sedemikian lama? Namun karena kita sibuk dengan kepentingan dunia, menjadikan kita lengah tidak menyadarinya. Astaghfirullah Jo kenapa aku bisa sedemikian bodoh dan tidak peka? Aku aku ini masih terlalu terbuai dengan permainan dunia? Terutama sejak semua bisa merasa terkenal di dunia yang fana ini?” 

Paijo : “Begitulah kang, kita ini sama masih belum bisa mengamalkan ajaran Yuk Tin. Masih sibuk cari perhatian manusia ketimbang sibuk bersyukur  mencintai Tuhan. Ketika guru-guru kita sibuk uzlah. Kita malah berpesta dunia, nah sekarang kita baru sadar ketika dipaksa “uzlah” gara-gara wabah Corona. Tapi alih-alih uzlah untuk mengevaluasi diri, kita malah sibuk sembunyi dibalik keegoisan diri  dan saling menyalahkan satu sama lainnya. Itulah mungkin kenapa Allah terus memanggil para Kekasih Nya. Bukan hanya itu kang yang aku kuatirkan, tapi akan ada ujian yang lebih berat lagi untuk kita. Yaitu matinya cahaya ilmu. Kalau itu benar-benar terjadi, maka itulah musibah paling besar yang akan kita alami. Mari kita bertaubat dan berdoa agar hati, pikiran, sikap dan perbuatan kita dijauhkan dari rasa iri, dengki, munafik, riya’, takabur dan syirik  kepada Allah. “

Jama’ah : “Terimakasih Jo, aku akan ingat pesan Yuk Tin, bahwa setiap musibah selain harus disikapi dengan kesabaran, juga harus ditindaklanjuti dengan sebuah pertaubatan.” #SeriPaijo

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *