وَفِي الْإِفْصَاحِ: أَنَّ الْإِجْمَاعَ انْعَقَدَ عَلَى تَقْلِيدِ كُلٍّ مِنْ الْمَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ وَأَنَّ الْحَقَّ لَا يَخْرُجُ عَنْهُمْ وَيَأْتِي فِي الْعَدَالَةِ لُزُومُ التَّمَذْهُبِ بِمَذْهَبٍ وَجَوَازُ الِانْتِقَالِ عَنْهُ

“Di dalam Al-Ifshah : Sesungguhnya telah terjadi ijma’ untuk taqlid (mengikuti) setiap salah satu dari empat madzhab dan sesungguhnya kebenaran tidak keluar dari mereka. Dalam “Al-Adalah” disebutkan : Wajibnya bermadzhab dengan salah satu mahdzhab yang empat dan bolehnya berpindah darinya (masih dalam lingkup madzhab yang empat).” 

 Imam Al-Hathab Ar-Ruani Al-Maliki –rahimahullah- (wafat : 954 H) di dalam “Mawahibul Jalil” (1/30) berkata :

 قَالَ الْقَرَافِيُّ: وَرَأَيْت لِلشَّيْخِ تَقِيِّ الدِّينِ بْنِ الصَّلَاحِ مَا مَعْنَاهُ أَنَّ التَّقْلِيدَ يَتَعَيَّنُ لِهَذِهِ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعَةِ دُونَ غَيْرِهِمْ؛ لِأَنَّ مَذَاهِبَهُمْ انْتَشَرَتْ وَانْبَسَطَتْ حَتَّى ظَهَرَ فِيهَا تَقْيِيدُ مُطْلَقِهَا وَتَخْصِيصُ عَامِّهَا وَشُرُوطُ فُرُوعِهَا فَإِذَا أَطْلَقُوا حُكْمًا فِي مَوْضِعٍ وُجِدَ مُكَمَّلًا فِي مَوْضِعٍ آخَرَ 

“Al-Qarafi berkata : Aku melihat perkataan Syaikh Taqiyyuddin Ibnu Shalah yang maknanya sesungguhnya taqlid kepada imam yang empat merupakan suatu keharusan, tanpa yang selain mereka. Karena madzhab mereka telah tersebar, meluas sehingga tampak di dalamnya pembatasan sesuatu yang bersifat mutlak, pengkhususan sesuatu yang bersifat umum, dan syarat-syarat furu’nya. Maka apabila memereka memutlakkan suatu hukum di suatu tempat, maka akan didapatkan yang menyempurnakan di tempat lain.” 

 Imam Syihabud Din Ahmad bin Ghanim An-Nafrawi Al-Maliki –rahimahullah- (wafat : 1126) berkata : 

الفواكه الدواني على رسالة ابن أبي زيد القيرواني (جز ٢ صحيفة ٣٥٦

) وَقَدْ انْعَقَدَ إجْمَاعُ الْمُسْلِمِينَ الْيَوْمَ عَلَى وُجُوبِ مُتَابَعَةِ وَاحِدٍ مِنْ الْأَئِمَّةِ الْأَرْبَعِ: أَبِي حَنِيفَةَ وَمَالِكٍ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ – وَعَدَمِ جَوَازِ الْخُرُوجِ عَنْ مَذَاهِبِهِمْ، وَإِنَّمَا حَرُمَ تَقْلِيدُ غَيْرِ هَؤُلَاءِ الْأَرْبَعَةِ مِنْ الْمُجْتَهِدِينَ، مَعَ أَنَّ الْجَمِيعَ عَلَى هُدًى لِعَدَمِ حِفْظِ مَذَاهِبِهِمْ لِمَوْتِ أَصْحَابِهِمْ وَعَدَمِ تَدْوِينِهَا “

Sungguh, ijma’ muslimin telah terjadi hari ini, akan wajibnya mengikuti salah satu dari imam yang empat : Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’i, dan Ahmad bin Hambal –radhiallahu ‘anhum- dan tidak bolehnya keluar dari madzhab-madzhab mereka. Yang dilarang, hanyalah taqlid kepada mujtahid selain imam yang empat, walaupun semuanya di atas petunjuk. Dikarenakan madzhab mereka (selain imam yang empat) tidak terjaga disebabkan kematian para pemiliknya dan tidak tertulis dengan baik.”  Jika berbagai madzhab besar yang pernah ada di zaman itu saja sudah tidak direkomendasikan oleh Imam Ibnu Muflih dan yang selain beliau, apalagi madzhab “tarjih mu’ashirin” (madzhab yang melahirkan pendapat dengan menguatkan salah satu pendapat dari berbagai pendapat yang ada dan dari berbagai madzhab yang dilakukan oleh para ulama’ saat ini), tentu lebih tidak direkomendasikan lagi. Bahkan menjadi larangan keras. Kenapa ? karena hakikatnya, ini belum termasuk “katagori ideal” suatu madzhab yang layak untuk diikuti oleh kaum muslimin. Selain itu, ulama di zaman ini, belum masuk level ulama’ mujtahid mutlak mustaqil yang layak untuk melahirkan rumusan-rumusan madzhab.  Yang lebih parah lagi, sudah tidak bermadzhab, sekaligus mengharamkan bermadzhab secara mutlak serta menuduh bahwa hal ini termasuk dalam katagori sikap ta’ashub (fanatik buta) yang tercela dan dilarang dalam agama. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Ayo sruput video sibolang atau kunjungi kedai Youtube sibolang tv

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *