“Bersedihlah seperti sedihnya para Salafus Shaleh ketika ramadhan sudah mendekati akhir”. 

    Ada sebuah cerita yang sering saya dengar disaat saya kecil, bahwa para alim sebenarnya meniru akhlaq Rasullullah yang bersedih ketika hendak kembali kepada Allah karena begitu mencintai dan menguatirkan keadaan ummatnya. Para alim merasa bersedih karena ummat harus menunggu sebelas bulan lagi untuk mendapatkan keberkahan Ramadhan. Sedangkan mereka tak tega karena tahu betapa banyak ummat yang lalai dan melupakan latihan spiritual setelah ramadhan. 

Sementara bagi para alim hampir-hampir tak ada beda antara Ramadhan dan 11 bulan lainnya karena begitu takutnya mereka pada Allah. Bagi mereka melupakan Allah sedetik adalah dosa besar yang mengharuskan tobat selama hidupnya. Beberapa tahun belakangan ini banyak sekali orang alim di seluruh dunia yang wafat. Ini adalah pertanda bahwa kita orang awam akan menghadapi kehidupan dunia tanpa dukungan spiritual para alim yang sudah kembali pada sang Kekasih.

Pilihan bagi orang awam adalah bertaubat dan meningkatkan kesadaran beribadah pada level yang lebih tinggi derajatnya (washodaqo bil husna) dari sekedar menjalani sebuah kewajiban. Sehingga akan disegerakan datangnya kemudahan oleh Allah.  Atau kita akan menghadapi datangnya kesulitan hidup yang disegerakan oleh Allah. Jika kita tetap abai dan terus menjadi orang “kikir” atau egois dalam beragama alias mendustakan kebenaran akan adalah balasan kebaikan atau pahala dari amal shaleh.   #SeriPaijo

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *