Paijo merasa belum sepenuhnya siap menerima tamu-tamu khusus Yuk Tin yang memang secara rutin datang mendoakan para jama’ah. Ketika yuk Tin masih ada, kedatangan mereka selalu diwarnai kejadian aneh seolah sebagai pesan awal bagi Yuk Tin sebagai tuan rumah. Sore itu tiba-tiba angin bertiup sangat kencang, mendung begitu pekat seolah tak kuat menahan hujan. Tapi anehnya hujan tak segara turun, hanya angin saja yang terus menghembus keras. Lalu tiba-tiba hilang entah pergi kemana ketika suara salam berkumandang dari depan warung. Kebetulan warung sedang sepi karena baru saja tutup. Sehingga hanya Paijo yang menjawab salam itu, dengan gemetaran karena sudah tahu siapa yang datang.

Paijo : “Waalaikumsalam, Monggo kiai pinarak”.

Kiai : “Alhamdulillah, terimakasih Jo, bagaimana kabarmu setelah ditinggal Yuk Tin?”

Paijo : (Dalam hati Paijo bergumam) “Ya Allah beliaunya sudah tahu, padahal belum pernah diceritakan oleh Yuk Tin dan dirinya kecuali pada sepasang suami istri yang membantu Yuk Tin selama ini, serta pada para santri yang memang dipanggil khusus oleh Yuk Tin untuk datang ke warung ini.”

Kiai : “Jo kamu nggak perlu bertanya dari mana saya tahu Yuk Tin uzlah, itu kebiasaan kami jika ditinggal guru terkasih. Kami tidak menangis karena itu sudah kami tumpahkan sebelum guru kami kembali pada Nya.   Kami ini harus kuat menerima beban fitnah duniawi yang ditinggal beliau-beliau guru kami. Sama seperti kamu yang dibebani untuk mengurus warung ini. Karena Yuk Tin sudah tidak mungkin kembali ke maqam penjaga warung lagi. Amanahnya sudah melampaui warung ini. Sekarang giliran kamu yang harus menggantikan Yuk Tin.”

Paijo : (Dengan raut tegang) “Maaf kiai apa kami ini pantas menerima amanah berat ini?  Kami tahu Yuk Tin bukanlah sembarang orang,  melihat kesabaran beliau merawat kami. Kami merasa tak pantas menjaga warung ini. Sedangkan kami ini berasal dari kalangan  orang awam sahaja. Bukan anak kiai.”

Kiai : “Kamu ini  sudah kenal Yuk Tin bukan orang biasa, tapi masih saja ragu menjalankan amanahnya. Itu tandanya kamu orang waras. Kamu tahu Jo, bahkan para nabi pun kadang merasa tak mampu.menjalankan amanah Allah. Karena itu sering kemudian diingatkan Allah agar tidak menyerah. Padahal para nabi tahu Allah yang mengutusnya Maha Kuasa atas segala sesuatu. Konon itu adalah bukti bahwa nabi pun seorang manusia, sehingga kita tak perlu merasa takut menjalankan apa yang diajarkan pada kita. Karena itu pula kita diperintah Allah untuk saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran. Mari kita jalankan saja tugas itu, jangan pernah ragu melakukan kebaikan. Karena itu sama dengan meragukan Allah.” 

Paijo : “Astaghfirullah, njeh pak Kiai. Monggo Niki kopi dan pisang gorengnya. (Sang kiai tersenyum lega dan tahu Paijo cukup bisa diandalkan menjaga warung ini). #SeriPaijo 

Tawangsari 7 Januari 2021.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *