Saat sekarang ini kita mendengar banyak kabar tentang berpulangnya para ulama sepuh bahkan yang masih dikatakan muda. 

Dengan wafatnya para sepuh, orang yang lebih muda secara sukarela atau terpaksa, mau tidak mau harus diangkat menjadi sepuh sebagai gantinya.

Hal ini menunjukkan kebenaran isyarat yang jauh hari dikatakan oleh Al-Qur’an berikut:

أولم يروا أنا نأتي الأرض ننقصها من أطرافها والله يحكم لا معقب لحكمه وهو سريع الحساب.

Dalam ayat lain juga disebutkan:

أفلا يرون أنا نأتي الأرض ننقصها من أطرافها أفهم الغالبون

Pada kedua ayat itu ditekankan agar melihat dan berfikir bahwa Allah akan mendatangi bumi dan mengurangi daerah-daerah bumi itu sedikit demi sedikit dari tepi-tepinya. 

Sedangkan yang dimaksud dengan mendatangi bumi dan menguranginya adalah Allah akan mewafatkan para ulama sedikit demi sedikit, sehingga nantinya bumi tanpa ulama satu pun.

Sebagian ulama memahami bahwa yang dimaksud dengan mendatangi dan mengurangi bumi pada ayat tersebut adalah bahwa agama islam sedikit demi sedikit akan datang dan menjadi agama seluruh lapisan manusia di belahan bumi manapun. 

Pemahaman yang kedua inilah yang sering kita dengar dari penjelasan Syaikhona Maimoen Zubair. Seperti disebutkan dalam kitab Tafsir berikut:

وقيل: بفتح بلدان المشركين، ونقصهم في أموالهم وأبدانهم.

Di satu sisi kita temukan di berbagai daerah bahwa Islam semakin hari semakin banyak dipeluk oleh penduduk bumi. Tetapi di sisi yang lain kita temukan banyak para ulama yang semakin hari semakin berkurang.

Bila ada ulama yang meninggal, maka ilmu-ilmu yang Allah anugerahkan kepadanya akan menemaninya di dalam kubur. Yang masih tersisa di dunia adalah ilmu-ilmu yang dulu pernah mereka sampaikan dan menancap di dalam dada para muridnya.

Saat ngaji “Ahadan” Tafsir Jalalain surat Al-Anbiya’ ayat 71-84, Syaikhona Maimoen Zubair menjelaskan bahwa hari ini atau waktu sekarang ini adalah zaman yang sudah hampir rusak. 

Kerusakan itu terjadi karena bercampurnya hal baik dengan perkara yang buruk atau batil.

اختلاط الحق بالباطل

Hal itu terjadi karena para ulama atau kyai sudah mulai habis. Ada kalanya karena banyak ulama yang meninggal, ada pula karena kurangnya pemahaman terhadap Nabi. 

Padahal ulama adalah pewaris para Nabi.

العلماء ورثة الأنبياء.

Kita tahu bahwa para Nabi itu berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Bahkan secara keutamaan pun berbeda-beda. Seperti disebutkan dalam ayat yang sering kita baca.

تلك الرسل فضلنا بعضهم على بعض، منهم من كلم الله ورفع بعضهم درجات.

Walaupun masalah penghormatan kepada ke-ulama’an-nya kita tidak membedakan antara satu dengan yang lain.

لا نفرق بين أحد منهم.

Oleh karena aneh saat ada seorang kyai berkata kepada kyai lain: “Saya ikut kepada anda Mbah”. Kyai itu sudah diberikan ilmu, bahkan diberikan ilham oleh Allah. Kalau semua disuruh untuk sama dengan kamu, ya rusak jadinya. Rusaknya itu sebab harus sama dengan dirinya.

Kadang ada seorang alim bertanya: “Hari raya kyai A Selasa atau Rabu?”. “Bodhone kyai kono Seloso opo Rebu?”.

Permasalahan seperti itu seharusnya bisa dipecahkan sendiri dengan ijtihad dan ilmunya.  Walaupun secara kontek keindonesiaan kita wajib mengikuti ketetapan pemerintah, dalam hal ini kementerian agama RI. 

Ketaatan ini adalah sebagai bentuk taat kita kepada Allah dan Rosulnya. Kepatuhan ini juga sebagai perwujudan kita sebagai orang yang beriman. 

يا أيها الذين آمنوا أطيعوا الله وأطيعوا الرسول وأولي الأمر منكم

Oleh karena itu, bahasa yang digunakan oleh Allah saat menjelaskan hal itu adalah dengan menggunakan kata يا أيها الذين آمنوا, bukan dengan kata يا أيها الناس. 

Walaupun keadaan yang begini, kita tidak boleh berputus asa, selama kita berjalan di jalan Allah, maka kita masih dicatat sebagai orang yang muhsin yang mendapatkan pertolongan dari Allah.

 والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا.

Ayat tersebut diakhiri dengan kata-kata:

وإن الله لمع المحسنين.

Yang mempunyai arti bahwa Allah bersama orang-orang yang Ihsan (orang-orang yang baik) dengan menolong, membantu dan memberikan pahala.

Pengertian ini bila kata “لمع” terdiri dari dua kata yaitu:

1. Lam Ibtida’ yang masuk pada khobarnya إن yang berfungsi sebagai taukid penguat.

وبعد ذات الكسر تصحب الخبر * لام ابتداء نحو إني لوزر

2. Kata مع yang berstatus sebagai Dhorof.

Ada sebagian ulama yang memahami bahwa kata “لمع” adalah Fi’il Madli yang mempunyai makna menyinari atau menerangi orang-orang yang berbuat ihsan.

Semoga kita dijadikan oleh Allah sebagai orang yang asing secara kualitas atau diistilahkan dengan Ghoribun Fil Kaifiyyah, sebagai mana zaman dahulu para shahabat adalah asing secara kuantitas atau diistilahkan dengan Ghoribun Fil Kammiyyah.

بدأ الدين غريبا وسيعود غريبا كما بدا فطوبى للغرباء.

Kramatsari 3 Gg 7.

Ahad Kliwon 12 Dzul Hijjah 1441 H/ malam 2 Agustus 2020 M.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *