Selepas selesai dari al Azhar Mesir dan UKM Malaysia saya selalu di nasehati ayahanda agar meneruskan perjuangan beliau yaitu menjadi guru ngaji, ayahanda selalu mengisahkan bagaimana kakek saya KH.Sirojuddin mulai 1942 mengkhidmahkan hidupnya untuk mengajar ngaji, dengan membuka pesantren di tegal koneng, beliau juga selalu keliling mengajar ngaji pasaran di berbagai desa sekitar, itulah yang membuat ayahanda KH. Anas Sirojuddin bersemangat meneruskan perjuangan kakek dengan membuka pesantren al-ikhlas 1967 di tempat yang sama.
Sayangnya entah kenapa saat itu saya tidak berminat menjadi guru ngaji, saya memilih menjadi dosen honorer, itupun tidak lama hanya 1 tahun, setelah itu 2005 saya terjun menjadi wiraswasta dan pengusaha, membuka perusahaan dan bergelut dalam bisnis memang terasa pas banget dengan karakter saya yang suka tantangan dan resiko, PT. Fikruna Center, PT.Global Overseas, PT Global Media, dan PT.Global Tour and Travel diantara perusahaan rintisan yang saya dirikan dan kelola dengan kantor di Jakarta, Depok dan Bandung, alhamdulillah allah mudahkan, ternyata capaian itu tidak membuat ayahanda senang hati justru beliau bersedih dan tidak bergeming “memohon saya kembali ke kampung dan meneruskan mengajar ngaji”
Dengan niat membahagiakan orang tua, pada 2013 saya ikuti permohonan beliau, dengan kesepakatan membubarkan pesantren dan seluruh lembaga formal yang didirikan ayahanda, saya membikin lembaga baru bernama pesantren bina insan mulia, dengan pendidikan formal baru, dan seluruh tanah yang ada saya beli dari ayahanda, ibu dan kaka2, saya tidak mau terima wakaf tanah dan bantuan apapun dari keluarga bahkan melarang keluarga terlibat termasuk ngasih saran atau pendapat, hal ini karena saya akan membuat pesantren “antri mainstream”, ini cara saya menghindari konflik dengan berbagai ide without the box di kepala saya.
Akhirnya sayapun menjadi guru ngaji permanen, ternyata guru ngaji itu jauh lebih nikmat lahir batin dari dosen dan pengusaha sekalipun (khususnya untuk saya). Saya sangat bersyukur allah tunjukan jalan terbaik dengan wasilah ” ayahanda”, kedepan salah satu harapan saya adalah “mencetak sebanyak mungkin guru ngaji” yang meneruskan jalan ini. Dan saya senang sekali mayoritas alumni pesantren kami bercita-cita menjadi guru ngaji seperti saya, setidaknya itu bisa terbuktikan dengan 96 siswa kami kelas 3 tahun ini memilih melanjutkan studi ke al azhar mesir.
Insya allah menjadi guru ngaji penuh barokah, kami merasakannya betul. Selamat hari guru !!!
No responses yet