Suatu dhuhur, saya dengan Javed Mohammedy dan Dimitry Mohammedy naik sepeda motor menyusuri kampung-kampung sekitar Tambakberas untuk mencari kolam renang. Ternyata tidak ada kolam renang. Ada kolam renang di Dapur Kejambon yang lama sudah tidak saya kunjung, tapi tutup. Akhirnya pulang dan lewat makam desa yang sepi tapi cukup rimbun.
Saya ajak anak anak masuk makam, siapa tahu mendapatkan “wangsit” (he he he). Di pekuburan umum itu terdapat makam ibunya tokoh babad Jombang, sang Kebo Kicak atau Joko Tulus yang merupakan putra salah satu Patih Majapahit, yakni Panggulang Jagad. Nama ibu Kebo Kicak adalah Wandan Wanguri yang merupakan putri dari Ki Ageng Buwono.
Menarik penggalan kisah Kebo Kicak terkait banteng tracak kencono. Hewan inilah yang menjadi penyebab pertempuran sengit sekali para tokoh atau pendekar di belantara Jombang. Dua pendekar itu adalah pendekar sakti mandraguna, Kebo Kicak melawan pendekar digdaya, Surontanu. Padahal awalnya mereka dulu adalah rekan seperguruannya dalam menuntut ilmu.
Pertempuran ini bermula dari melihat bahwa banteng tracak kencono itu dianggap sebagai sumber pagebluk. Sedang pihak lainnya melihat banteng itu adalah teman sejatinya. Akhirnya terjadi perselisihan dan pertempuran berdarah-darah.
Tragisnya, dua rekan seperguruan yang sama sama hebat dan ahli (dalam dunia kependekaran) ini akhirnya meninggal semua. Meninggalnya bukan karena pagebluk adanya banteng tracak kencono, tapi karena perselisihan yang mengakibatkan pertempuran dahsyat.
Saya melihat dua tokoh ini saling kukuh mempertahankan pendapatnya tentang banteng tracak Kencono. Andaikan mereka mau sedikit mengendurkan pendapat demi kebaikan bersama. Tapi entahlah, karena ini babad ya kita ambil nilai ibrahnya atau hikmahnya saja.
Kisah Kebo Kicak ini bisa dicari di google atau lihat di:https://radarjombang.jawapos.com/read/2020/08/25/210547/kebokicak-karang-kejambon-cerita-rakyat-di-kehidupan-warga-jombang
No responses yet