Dahulu kala, di daerah Hijaz, khususnya Makkah dan Yatsrib, para penduduk aslinya tidak mengenal dalam tradisi ilmu pengetahuannya apa yang namanya ‘Nabi’. Bagi mereka, Ini istilah aneh dan mengada-ada, sehingga tidak bisa diterima. Sebab, mereka hanya tahu bahwa penghubung dengan ‘Yang Ghaib’ hanya melalui Al-Kahin (Paranormal) dan Asy Syair (Penyair Mistis).
Kemudian, dilahirkanlah di antara mereka sosok manusia paripurna yang diberi nama Muhammad, atau Ahmad (dalam literatur Kitab Suci terdahulu). Ia lahir dari kedua orangtua yang bernasab mulia, yakni; dari Keluarga ningrat yang sangat berpengaruh.
Akan tetapi, Ia ditinggal wafat ayahandanya sejak masih di dalam kandungan, sehingga ia lahir dalam keadaan Yatim. Begitupula, sebelum ia menyelesaikan usia balitanya, ibu kandungnya pun meninggal. Maka, genaplah ia menjadi anak yatim lagi piatu.
Dengan kondisi yang serba memprihatinkan, ia berjuang mandiri, bekerja keras, ulet dan jujur. Mulai dari usaha ternak kambing, dagang kecil-kecilan bersama Sang Paman, hingga dipercaya sebgai Pemimpin ekspedisi dagang ke negeri Syam (Siria) oleh Perusahaan ternama ‘Khodijah Coorporation’. Lalu, Ia pun menikah, memiliki keluarga yang harmonis, dan sukses dalam berwirausaha.
Kemudian, di usianya yang keempat puluh Ia dipilih oleh Allah taala sebagai Nabi dan Rasul-Nya. Semua tenaga, fikiran dan harta benda dipertaruhkannya untuk perjuangan dan penyebaran risalahnya. Di mana-mana, dan terhadap siapa saja, ia berujar;
أنا نبي لا كذب أنا ابن عبد المطلب
Aku adalah seorang Nabi, aku tidak bohong. Aku keturunan Abdul Muthalib.
Masyarakatnya pun menolaknya, mengintimidasi, memfitnah, bahkan sering mendzalimi fisiknya. Hingga puncaknya; semua harta benda miliknya pun habis. Namun ia tetap sabar, tabah dan tidak patah semangat. Ia pun harus hijrah dari Mekkah, kota kelahirannya, menuju ke Yatsrib.
Di Yatsrib, dengan susah payah ia berjuang membangun masyarakat madani. Ia pun sukses. Hingga, nama Yatsrib diganti menjadi Madinah, yang artinya kota berperadaban maju. Bahkan, Mekkah , kota kelahirannya, yang ia pernah terusir darinya, berhasil ia kuasai. Maka, Syiar dakwahnya makin melejit, mendapat banyak simpati, hingga banyak orang berbondong-bondong mendatanginya, mengikuti risalahnya, dan berbaiat (janji setia) kepadanya.
Lalu, muncullah orang dari pinggiran daerah antara Makkah-Madinah, yang disebut Yamamah. Ia bernama Musailamah ibn Hubaib dari Bani Hanifah. Ia melakukan infiltrasi, pendekatan-pendekatan, selfbranding dan lobi-lobi kemana-mana; bahwa ia adalah Sang Nabi jga.
Ia berharap; ketika usia Muhammad makin senja, lalu meninggal, maka ia menjadi penggantinya. Sehingga ia dan pengikutnya menyebarkan pundi-pundi kekayaannya, yang disertai ‘tagar-tagar’ dan slogan-slogan ganti Nabi. Ini adalah cara hard, yang jadi strateginya.
Adapun cara soft, demi untuk mendapat simpati dari pengikut-pengikut Muhammad, yaa siapa tahu ada yang mau ikut. Ia pun mengirim surat ke Muhammad, yang pada intinya ia menyatakan; ‘aku dan kamu adalah Sama, yaitu; sama-sama Nabi, jadi bolehlah kita berbagi lahan kekuasaan’.
Sesampainya surat tersebut di tangan Muhammad, maka dijawablah surat tersebut;
السلام على من اتبع الهدى
فإن الأرض لله يورثها من يشاء من عباده والعاقبة للمتقين
Salam sejahtera atas orang yang mengikuti Petunjuk Allah taala.
Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan akibat (yang baik) sesudahnya adalah bagi orang-orang yang bertakwa kepada-Nya.
Di sini, secara cerdik, elegan dan penuh percaya diri, Muhammad ingin menantang Musailamah; bahwa Keselamatan dan Kesejahteraan hanya bagi orang yang benar-benar mengikuti Hidayah Allah; Ayoo, siapa yg paling benar-benar mengikuti?? Ingatlah, bumi yang luas ini milik-Nya, dan Dia lah yang paling maha Kuasa dan maha Berkehendak untuk menentukan siapa yang diperkenankan menguasai bumi ini. Ingat, hanya orang yang paling bertakwa kepada-Nya lah yang akan mendapat hasil kebaikan sesudahnya.
Maka, firman Allah ta’ala dalam Al-Quran surah Al Isra ayat 81;
جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۚ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
Kebenaran telah datang dan yang batil telah lenyap. Sungguh, yang batil itu pasti lenyap.
Seyogyanya dimaknai, bahwa mana yang Al Haq dan mana yang Al Bathil, ini bukan sekedar klaim-klaim, tetapi harus diserahkan kepada Allah taala agar diskenariokan di kemudian waktu; mana yang Bertahan. Jelas, Al-Haq lah yang bertahan, dan Al-Bathil akan sirna.
Maka, orang ‘nomordua’ setelah Nabi, Khalifah Abu Bakar, yang terkenal paling sepuh, halus dan lembut, tiba-tiba memutuskan untuk mengirim panglima perangnya Khalid ibn Walid beserta pasukannya agar menghancurkan Musailamah dan pengikut2nya.
Sehingga, akhirnya Sang pembuat tagar ganti Nabi itu beserta pengikutnya berhasil dihancurkan di Medan Pertempuran Yamamah. Sedangkan, Musailamah sendiri mati terbunuh di tangan Sahabat Wahsyi ibn Harb. Maka, benarlah; Al Haq telah datang dan sirnalah Al Bathil.
Ini hanya bacaan Kisah Sejarah Nabi, Boleh beda baca, tetapi keyakinan kita sama bahwa Sosok nabi dan perjalanannya mengandung pelajaran, ibrah dan hikmah bagi siapapun yang sudi ikhlas merenunginya.
Wallahu a’lam bis shawab.
No responses yet