Ini adalah kitab terakhir yang ditulis Syaikh Muhammad Zain Tasak Batubara yang berjudul Miftah al Shibyan fi Aqa’id al Iman tentang ilmu tauhid. Beliau menyelesaikan kitab ini pada tahun 1366H/1947
Sebagai kitab yang ditulis terakhir, sepertinya penulis mencatat beberapa hal penting yang tidak dicantumnya di 2 kitab tauhid sebelumnya. Perlu diingat bahwa beliau menulis 3 kitab tauhid sekaligus dengan tujuan pembaca dan pelajar yang berbeda-beda. Kitab ini ditulis agak lebih mudah dan sasarannya yang merupakan masyarakat umum. Meskipun begitu, beliau tetap mengatakan seperti pendapat-pendapat gurunya bahwa belajar tauhid mesti berguru dan tidak memadai hanya dengan membaca kitab. Rata-rata kitab ini dimiliki oleh anak, cucu dan para muridnya.
Keistimewaan kitab ini menurut saya adalah gaya dan tulisannya yang khas dalam menyebutkan nama dan sanad keilmuan tauhid. Hal ini yang sudah diakui oleh Wan Muhammad Shagir Abdullah dalam karyanya Ensiklopedia Naskah Nusantara
Sanad-sanad tersebut tertulis lengkap dari halaman 71 sampai seterusnya seperti yang terlihat jelas di foto atas. Ia menuliskan: “Hamba mengambil ilmu nahwu dan fiqih dan ilmu tasawuf dan ilmu usuluddin di dalam negeri Batu Bahra Pesisir Kampung Dahari kepada Syaikhina Al walidi Al murabbi ruhi wa jasadi Al alim Syaikh Abbas Imam Al Khalidi an naqsyabandi bin Al mukarram Al haj Muhammad Lasub. Ia mengambil dari pada Syaikh Ismail bin Khatib Sikin dan dari pada Syaikh Alim Allamah Zainal Abidin Fathani dan dari pada Syaikh Muhammad Tayib Mas’ud Al Banjari dan dari pada Syaikh Ali Kedah.
Kemudian berpindah hamba kepada negeri Mekkah Al Musyarrafah, mengambil ilmu usuluddin kepada Syaikina Al Allamah Syaikh Usman Serawak dan kepada Syaikina Al Alim Al Allamah Al Muhaqqiq Al Mudaqqiq Al Fahhamah Muhammad Saleh Bafadal dan kepada Al Allamah Al Habr Al Baht Al Fahhamah Al Arif Billah Maulana wa Qudwatuna Ahmad Khatib bin Abdul Latif Minangkabau dan kepada Syaikhina Al Alim Al Allamah Al Wara’ Al nasib Syaikh Muhammad Mukhtar bin Raden Atharid Bogor. “
Namun, sanad ilmu tauhid yang sampai kepada Imam Abu Hasan Asy’ari dan Abu Mansur Maturidi hanya dituliskan dari gurunya asal Bogor tersebut dimana ia belajar berulang kali kepadanya. Sanad tersebut berbunyi: kepada Syaikh Mukhtar Bogor di Masjidil Haram, ia mengambil dari Sayyid Abubakar Syatha, dari Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, dari Syaikh Usman Dimyati, dari Syaikh Muhammad Syanwani, dari Syaikh Isa Al Batasi, dari Syaikh Ahmad Al Dafri, dari Syaikh Salim Al Basri, dari Syaikh Abdullah Al Basri, dari Syaikh Muhammad Al Vanili, dari Syaikh Ahmad Al Ganimi, dari Syaikh Muhammad Ramli, dari Syaikh Zakariya Ansari, dari Syaikh Al Rahadi, dari Syaikh Maj Al Lugawi, dari Syaikh Al Qazwini, dari Syaikh Muhammad Al Harawi, dari Imam Fakhruddin Ar Razi, dari Dhiya Al Razi, dari Al Isfarayini, dari Abu Ishaq Al Isfarayini, dari Al Bahili, dari Imam Abu Hasan Asy’ari
Kampung Lalang, Batubara di sumur bekas rumah Syaikh Muhammad Zain dan dekat makam beliau.
Hari Sabtu, 28 Desember 2019
No responses yet