Syekh Jamaluddin al-qasimi (W. 1914) salah satu keturunan dari syekh Abdul Qadir al-Jilani, ulama besar Damaskus pada masanya menaruh perhatian khusus pada kopi, dan menulis sebuah kitab kecil yang berkaitan dengan kopi yang dibagi 6 bab.

Dalam awal pembahasan kopi, beliau memaparkan bahwa kopi asal bahasa nya merupakan salah satu nama dari khamr. Kopi dalam bahasa Arab dinamakan dengan “qahwah” karena kopi dapat menahan lapar orang yang meminum nya sebagaimana keterangan dalam ash-shahhah. 

Dalam bab selanjutnya, beliau mulai menerangkan tentang komponen kopi yang berasal dari bijian yang tumbuh di pohon yang berasal dari daerah yang beriklim panas, seperti Yaman. Dalam kitab irsyadul Ikhwan hal 12 karya syekh Dahlan jempes beliau menyinggung asal muasal kopi ini, beliau mengatakan:

قال النجم الغزي في تاريخه في ترجمة أبي بكر بن عبد الله الشاذلي  المعروف بالعيدروس كان أول من اتخذ القهوة لما مر في سياحة بشجر البن فوجد فيه تخفيفا للدماغ و اجتلابا للسهر و تنشيطا للعبادة فاتخذه قوتا و طعاما ثم انتشر في البلاد.

Artinya: An-Najm al-ghazi dalam kitab sejarah nya menerangkan biografi dari Abu Bakr bin Abdillah Asy-Syadzili yang dikenal dengan al-aidrus bahwasanya beliau adalah orang yang pertama kali menjadikan kopi minuman. Ketika beliau sedang melewati suatu jalan dan menemukan biji kopi, kemudian beliau mengerti bahwa biji tersebut dapat  merefresh otak, dan membatu untuk bergadang dan menguatkan ibadah, akhirnya ia jadikan kopi tersebut sebagai konsumsi, dan tersebar ke pelosok negri.

Adapun menurut syekh Jamaluddin, bahwa sebetulnya kopi sudah dipakai di Persia sejak tahun 261 H. Pada tahun 922 Sultan Selim I membawa kopi ke konstantinopel dan mulai digunakan disana.

Dalam bab kedua, beliau menjelaskan bentuk dari pohon kopi. Mulai dari tinggi nya sekitar 15 hingga 20 kaki, dedaunan nya berwarna hijau, dan buah nya akan keluar setelah 4 bulan keluar nya bunga.

Dalam salah satu bab yang menjelaskan khasiat dari kopi, beliau mensifati kopi dengan minuman para santri dan para pencinta kitab, juga minuman yang cocok bagi orang yang lambat dan pemalas. Beliau mengatakan:

و هو مشروب الكتاب و المدرسين و المطالعين للكتاب و المعلمين للعلوم. و قال: و هذه القهوة تناسب بالاكثر أصحاب الامزجة الباردة و الأشخاص البطيئة حركاتهم و السمان الثقال الأذهان الكسالى.

Khilaf Antara Ulama Dalam Menghukumi Kopi.

Syekh Jalaluddin menukil pendapat Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab al-i’ab bahwa kopi sudah menjadi khilaf para ulama. Ibnu Hajar sudah melebarkan pembahasan khilaf dalam kitab tersebut dan memberikan kesimpulan bahwa kopi hukum nya mubah selama tidak dibarengi tujuan yang haram ketika meminumnya.

Syekh Ali al-Hakim al-Kazruni dan khatib Madinah Syekh Syamsuddin al-Qaththani beliau berdua memiliki kitab yang ditulis khusus untuk menerangkan haram nya minum kopi. Kemudian dibantah oleh syekh Fakhruddin bin Abi Yazid Al-Makki dalam kitab nya Ijabad ad-da’wah bi nushrah al-qahwah.

Syekh Ihsan Dahlan dalam Irsyadul Ikhwan menukil pendapat imam Ramli dalam hasyiah al-Asybah bahwa pengharaman kopi ini tidak ada pendapat yang diunggulkan.

Link risalah syekh Jamaluddin al-qasimi:

https://archive.org/details/rsadrsad/page/n6/mode/2up

Link kitab Irsyad Al-ikhwan syekh Ihsan Dahlan jempes:

https://archive.org/details/ulin_631/mode/1up

————————————–

Fahrizal Fadhil 

8 Agustus 2020, Kairo.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *