Hari ini, kopi (dan ngopi) menjadi tren dan tradisi. Ternyata, berdasarkan literatur yang ada, historiografi kopi bermula dari negara Yaman pada abad ke-9/15, lalu menyebar ke Makkah al-Mukarramah (Arab Saudi), lalu ke Syam (Syria) dan Mesir, lalu Istanbul (Turki), lalu ke kawasan Eropa, lalu kemudian ke Nusantara (Indonesia). Beberapa literatur tentang kopi antara lain:

1. Husn ad-Da’wah li al-Ijabah Ila al-Qahwah karya Abdullah bin Abdillah al-Adkawy (w. 1184/1770)

2. Nuzhah al-Ikhwan fi al-Qahwah wa ad-Dukhan karya Isa bin Ahmad al-Barawy (w. 1182/1768)

3. Al-Qahwah wa ad-Dukhan karya Muhammad bin Muhammad at-Tafilaly (w. 1191/1776)

4. Risalah fi al-Qahwah karya Muhammad bin ‘Abd al-Qadir al-Yamany (w. 1015/1606)

5. Qaul Ahl as-Sunnah fi Tahrim al-Qahwah karya Yunus bin Abdillah al-‘Itsawy (w. 978/1570)

6. Adab al-Qahwah karya Ahmad bin Ahmad al-‘Inayaty (w. 1014 H)

Di Eropa (menurut penuturan Luthf Allah Qary dalam artikelnya yang berjudul “Min Mashadir al-Mubakkirah li Tarikh al-Qahwah ‘Inda al-‘Arab), perkenalan kopi berawal dari perkelanaan seorang ilmuwan Jerman bernama Leonhard Rauwolf yang menetap di Aleppo (Syria) selama 9 bulan. Dalam periode 9 bulan ini sang ilmuwan mengenal dan mengetahui banyak hal tentang kopi dan seluk-beluknya, dan akhirnya ia bawa ke Eropa.

Sementara itu di Nusantara, kopi (dan ngopi) juga sudah sejak lama mentradisi, dan uniknnya tradisi kopi dan ngopi di Nusantara kerap dan identik dengan rokok, sebuah tradisi yang ‘doeloe’ tidak populer di dunia Arab dan Eropa. Diantara literatur tentang ini adalah karya seorang ulama besar asal Kediri bernama Syaikh Ihsan Jampes (w. 1952 M) yang berjudul “Irsyad al-Ikhwan fi Bayan Hukm Syurb al-Qahwah wa ad-Dukhan”. Kitab ini sudah diterjemah ke dalam bahasa Indonesia dengan judul “Kitab Kopi dan Rokok Untuk Para Pecandu Rokok dan Penikmat Kopi Berat”.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *