Beberapa hari yang lalu saya dikunjungi dosen Ma’had ‘Ali Tarbiyah Islamiyah Canduang: Dr (c). Etri Wahyuni dan Ust. Elfi Yandi, M.Pd. Kunjungan ini mengingatkan saya dengan Kuliyah Sya’iyyah Canduang, yang pernah eksis puluhan tahun lampau di Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang. Kuliyah Syar’iyyah merupakan kelanjutan dari Madrasah Tarbiyah Islamiyah Candung. Apabila seorang anaksiak telah menyelaikan belajar ilmu agama selama 7 tahun, dengan berbasis kitab mulai matan sampai hasyiyah, berbagai macam ilmu dan telah memperoleh ijazah, maka ia berkesempatan meneruskan pelajarannya pada Kuliyah Syar’iyah yang lama masa belajarnya ialah 2 tahun. Di sana anak-anaksiak dididik betul menjadi ulama, dengan mendalami dan mendiskusikan kitab-kitab mu’tabar di kalangan Syafi’iyah.

Guru saya, Alm. Abuya Drs. H. Ahmad Zaini (1938-2018) bercerita, pada Kuliyah Syar’iyah tsb dikaji kitab-kitab lebih mendalam. Kebanyakan yang menghadiri ialah yang sudah memakai sorban, artinya sudah dikenal sebagai ulama. Sedangkan dosen-dosennya ialah ulama-ulama kenamaan seperti Syaikh Sulaiman Arrasuli Canduang (w. 1970) sendiri, Buya H. Mansur Dt. Nagari Basa (w. 1997 dan pernah menjadi rektor IAIN Padang), Buya Baharuddin Rusli, dan lain-lain.

Beberapa hari lampau, kunjungan tersebut memberikan saya kabar gembira kehadiran Ma’had ‘Ali Canduang, perguruan tinggi yang dikelola oleh pondok pesantren, sebagai kelanjutan pesantren-pesantren yang ada. Di antara yang mengajar ialah al-‘Allamah al-Faqih Syaikh H. Zamzami Yunus, Lasi.

Ini ibarat sinar harapan besar bahwa pesantren-pesantren kita akan mempunyai perguruan tinggi, yang memiliki nilai plus, kajian kitab yang merupakan tradisi hakiki dari keilmuan Islam itu sendiri. 

Ma’had Ali Canduang akan mengambil spesialisasi khas, yaitu ilmu Mantiq dan ilmu Balaghah, di samping ilmu-ilmu agama lainnya.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *