Namanya KH. Salamun, lahir tahun 1917 qiila 1915 dan wafat tahun 2005. Beliau berasal dari Turipinggir, Megaluh, Jombang. KH. Salamun adalah santri dari para muassis NU. Mondok di Denanyar selama 10 tahun di bawah asuhan KH. Bisri Syansuri dan digelari Kiai Bisri sebagai santri yang pinter. Selanjutnya mondok di Tambakberas selama dua tahun yang diasuh KH. Wahab Chasbullah, dan terakhir mondok di Tebuireng selama setahun di bawah asuhan KH. Hasyim Asy’ari.

KH. Salamun bercerita kepada putranya, H. Misbahus Shudur (mantan Ketua MWC NU Megaluh), suatu saat sekitar tahun 1930-an, diadakan rapat NU di alun-alun Jombang. Seluruh santri dari pondok Jombang berjalan pawai menuju alun-alun. Sesampai di alun-alun para kiai telah berkumpul dan Kiai Wahab Chasbullah naik panggung yang tinggi untuk berpidato membakar semangat untuk perjuangan negeri dan NU.

Selesai acara, para santri pulang dengan pawai menuju pondoknya masing-masing. Hal yang menarik, saat pawai baik berangkat maupun saat pulang dari alun-alun Jombang, para santri menyanyikan lagu cinta negeri di bawah ini.

Mas Misbahus Shudur sampai saat ini masih hapal lagu tersebut sebagaimana diajarkan abahnya (lihat rekamannya), baitnya adalah:

قوموا ايها الشبان الكرام
خدمة لوطنكم
بكم يرتقي الوطن 2x
وافضلوا زهدكم نيل الأماني
جمعا وفيرا
ايها الشبان الكرام

Para santri saat pawai (longmarch) menyanyikan syair cinta negeri di atas tanpa harus ada embel-embel bela Islam, tapi jangan ragukan kecintaan dan totalitas dalam perjuangan membela Islam dan negeri. Tidak kayak sekarang saat para pendemo yang seringkali teriak teriak bela Islam, bela ulama, bela umat, tapi ternyata…

***

Saat Mas Mishbah saya tanya apakah abahnya menceritakan syair di atas ciptaan siapa? Dia tidak tahu pasti, sambil bilang “Mungkin ciptaan Kiai Wahab”. Kalau dihubungkan dengan cerita Mbah Maimun Zubair bahwa kalau di NU ada syair dengan redaksi wathonnya biasanya ciptaan Kiai Wahab.

***

KH. Salamun juga meriwayatkan tentang pujian tolak pagebluk li khomsatun yang beliau peroleh dari KH. Hasyim Asyari. KH. Salamun mendawamakan atau istiqomah pujian li khomsatun di masjid desanya.
***

Rumah KH Salamun di Turipinggir juga pernah dijadikan tempat persembunyian KH. Wahid Hasyim selama enam bulan saat penjajahan. 

Baca : Persinggahan KH Wahid Hasyim di Turipinggir

Kiai Wahid Hasyim tidak hanya pernah bersembunyi di Turipinggir Jombang, beliau juga pernah bersembunyi di Poleng, Nganjuk (Ndalem Kiai Zen). Kamarnya masih terpelihara rapi.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *