Tangerang Selatan, Jaringansantri.com -Menjadi Keynote Speaker dalam Launching & Bedah Buku karya Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, Prof. Dr. Amani Lubis mengatakan bahwa “Isinya menarik, saya beri nama kitab peradaban . Kitab peradaban ini tentu memenuhi berbagai syarat atau indikator. Kita melihat buku ini wawasannya luas. Bukan hanya wawasan NKRI tetapi juga dunia.”

“Karena banyak mengomentari hal-hal yang bersifat transnasional, maka tulisan ini penting untuk dibaca,” imbuh Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini dalam testimoninya via Zoom Meeting. Sabtu (08/08).

Buku terbitan Pustaka Compass ini berjudul “Muhasabah Kebangsaan : Renungan Atas Strategi Kultural Islam Nusantara dalam Beragama, Berkebudayaan dan Berbangsa”.

Amani Lubis mengatakan “Saya memahami bahwa Muhasabah Kebangsaan itu dilakukan untuk sebuah bidang kehidupan. Muhasabah Kebangsaan berarti membangun pilar-pilar peradaban itu tidak lepas dari ekonomi pendidikan kesehatan, politik, hukum, tentu budaya juga.”

Jadi muhasabah ini penting untuk kita semua lakukan karena mencatat tentang torehan sejarah yang sudah dialami oleh penulis, oleh kita semua, merupakan landasan bagi kita dimasa yang akan datang.

Jadi buku “Muhasabah” ini merupakan torehan sejarah penting dalam satu masa ini dan perlu dilanjutkan lagi. “Saya dorong untuk dilanjutkan. Saya kira tidak akan berhenti jiwa menulis memberi inspirasi. Saya yakin mas Sastro bisa melanjutkan perjuangannya lagi. Buku selanjutnya kita nanti. Saran-saran konstruktif bagi umat bagi negara dibutuhkan,” tandas Amani Lubis.

Tentu, lanjut Amani, bagian besar buku ini berbicara tentang NU dan mazhab NU yang menjadi dasar dari di sini disebut ada kata soliditas dan solidaritas. Ini penting sekali karena NU sebagai ormas besar dan dikagumi dunia. Untuk itu soliditas yang dicanangkan penting.

“Saya ucapkan selamat atas terkumpulnya hikmah-hikmah mutiara-mutiara pikiran-pikiran yang terlintas dalam buku ini yang katanya di tulis dalam waktu 3 tahun,” ujarnya.

Terakhi saya melihat buku ini, kata Muhasabah dimuat dalam dua bab. Muhasabah politik dan muhasabah Kebudayaan. Dua bab ini penting. Mengingatkan kembali sumber daya Indonesia ini sangat potensial. Untuk itu kita harus berkontrubisi positif.

Acara launching dan bedah buku ini diikuti oleh beberapa tokoh sebagai narasumber antara lain Dr. Ahmad Suaedy (Dekan Fakultas & Pasca Islam Nusantara UNUSIA), Yenny Wahid (Direktur The Wahid Institute), Tommy F. Awuy (Dosen Filsafat FIB Universitas Indonesia), Zainul Milal Bizawie (Sejarawan) dan Ah. Khoirul Anam, M.Sy (Akademisi UIN) sebagai moderator.

Merespon testimoni Prof. Amani, Penulis Ngatawi Al-Zastrouw mengatakan “betul kata Bu Amani tadi bahwa Muhasabah adalah intropeksi diri. “Diri” di sini adalah pengertian “diri kebangsaan” itu.

Kita dalam sedang era kontestasi, kontestasi gagasan, kebudayaan, wacana, yang begitu ketat di publik. Tulisan saya itu bagian dari kontestasi. “Saya mencoba, memaknaibrealitas sebaga bahan renungan. Kemudian sata kontestasikan di publik melalui medsos,” ujarnya.

“Konteksnya seperti itu. Sehingga ada yang bentuknya counter discours, discours prvokatif dan lain sebagainya,” terang Budayawan Sosiolog alumni UI ini.

“Buku ini merupakan refleksi yang secara subjektif saya lakukan ketika melihat kenyataan hidup yang terjadi. Bagi saya realitas itu juga ayat, ayat kehidupan itu juga ayat yang disebut dengan ayat qauniyah,” pungkasnya.(Aslam).

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *