“Ramadhan hadirmu adalah anugerah dari Sang Maha Rahman, dengan mu beribu-ribu dosa dihapuskan, semua amalan dilipatgandakan bagi ummat Rasulullah”

Ini adalah bait syair lagu dengan judul Ramadhan yang dinyanyikan Mustafa Atif asal Mesir, lagu ini viral di you tube. Syair ini mengambarkan betapa luar biasanya Ramadhan, Ramadhan adalah edisi khusus dengan paket tanpa batas atau unlimited yang hanya diberikan Allah kepada Ummat Muhammad, nama lain dari bulan ini sering disebut dengan sayyid al-syuhur. Jika diibaratkan hadiah, Ramadhan adalah kado terindah yang diberikan Allah, apalagi dengan kewajiban melaksanakan puasa selama satu bulan lamanya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 183.

Dijelaskan dengan pendekatan dunia pendidikan, Ramadhan dapat ditamsilkan dengan kelas khusus dan istimewa, kelas yang dihadirkan hanya sekali dalam sepanjang tahun pelajaran yang berjumlah dua belas bulan. Uniknya lagi, kelas ini hanya menetapkan satu syarat saja, yaitu amanu (beriman). Siapa saja dalam dirinya terdapat syarat ini, pasti dengan tanpa paksaan akan ikut berpartisipasi untuk menempuh pendidikan dalam kelas khusus ini. Terkait pendidikan, segala sesuatu yang dilakukan harus didasari dengan kesadaran. Inilah makna pendidikan yang diterjemahkan para ahli sebagai usaha sadar manusia untuk memperbaiki kualitas kehidupan. Begitu juga dengan partisipasi dalam kelas khusus Ramadhan, maka harus dilakukan dengan kesadaran penuh dan sungguh-sungguh.

Menjadi pelajar pada kelas Ramadhan adalah kebutuhan bagi kita semua, kebutuhan untuk memperbaiki gejala kelainan yang terjadi dalam kehidupan. Gejala tersebut antara lain, pemimpin yang tidak memperdulikan rakyatnya, cendikiawan yang tidak lagi mencerdaskan, orang kaya yang hilang sifat dermawan, orang miskin yang tidak lagi sabar dalam kemalangan yang ditimpa atasnya, rakyat biasa hidup dalam sumpah-serapan dan upat caci karena kebimbangan akibat ulah para politisi yang kadang ingkar janji. Disederhanakan, kelas Ramadhan adalah kebutuhan untuk mengembalikan tatanan kehidupan yang sudah centang perenang, mengindikasikan bahwa manusia tidak lagi berusaha dengan kesadaran, sehingga yang tidak patut pun dikerjakan.

Signal penting dan besarnya hikmah Ramadhan terdeteksi dalam do’a yang selalu kita amalkan yaitu, ”Ya Allah berikan kami keberkatan dalam bulan Rajab dan Syakban, serta sampaikan kami dalam Ramadhan”. Jika ramadhan tiba sekolah dan madrasah pasti menyelenggarakan program pesantren kilat, pembelajaran yang hanya fokus pada kajian ilmu agama saja, harapannya agar peserta didiknya memahami agama seperti halnya santri yang belajar di Pesantren. Belajar pada kelas Ramadhan sejatinya harus ada pesan yang membekas, sehingga usaha sadar untuk memperbaiki kualitas hidup dapat diwujudkan.

Pesan kelas Ramadhan

Syekh Ali Ahmad Al-Jurjawi dalam hikmatut at-tasyri wa falsasafatuh menyebutkan bahwa diwajibkan puasa sebagai pernyataan syukur manusia kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan. Tidak hanya puasa, semua ibadah yang diwajibkan oleh Allah kepada manusia menjadi bukti syukur manusia. Ibadah tidak hanya menyangkut shalat, puasa, zakat, dan haji saja, melainkan mencakup semua rangkaian perbuatan yang diridhai oleh Allah, baik menyangkut dengan Allah, manusia, alam dan lingkungan. Dalam konteks dunia sekarang, rasa syukur sudah mulai terkikis oleh gaya hidup mewah, kompetisi materil (harta kekayaan) dan kedudukan. Akibatnya, kehidupan ini centang perenang akibat keserakahan manusia.

Puasa adalah ibadah rahasia (sirriyah) yang mengajari manusia untuk menjaga dan menunaikan amanat. Orang yang berpuasa dengan lapar dan haus yang dirasakannya, jika berada di tempat sunyi seorang diri lalu makan dan minum karena dorongan hawa nafsunya dan merasa tidak ada yang mengawasi, berarti ia berbuat khianat kepada Allah. Sebab, Allah memerintahkan orang yang berpuasa agar menahan diri dari yang membatalkan puasanya, amanah Allah yang Maha Melihat saja dia langgar, lalu bagaimana dengan amanah manusia lain yang dititipkan kepadanya? Pasti akan turut dilanggarnya.  Ia layak mendapat siksa sebagaimana layaknya hukuman pengkhianat. Tidak akan sanggup dibayangkan andai penyakit pengkhianat amanah hinggap dalam sanubari mereka yang memegang kendali Negara dan urusan kemaslahatan rakyat, pasti akan sulit untuk dijelaskan.

Pesan penting lainnya dari pendidikan kelas Ramadhan adalah mengendalikan sifat binatang yang dimiliki manusia, yaitu sifat kecenderungan kepada makan dan minum. Nafsu akliyah yang diberikan kepada manusia jika tidak dapat dikendalikan akan menimbulkan petaka, manusia akan lebih buas dan beringas daripada binatang. Dalam dimensi sosial, merasakan lapar dan dahaga akan mengantarkan manusia merasakan kepedihan yang dialami oleh fakir-miskin, sehingga akan lahir kepekaan sosial. Al-Habib Abdullah ibn Alwi al-Haddad dalam kitab An-Nashaihud Diniyah Wal Washaya Al-Imaniyah menerangkan bahwa “salah satu adab orang yang berpuasa adalah tidak memperbanyak tidur siang, tidak memperbanyak makan di waktu malam, sederhana dalam makan dan minum sehingga benar benar merasakan lapar dan haus, agar terdidik nafsunya dan melemah syahwatnya, sehingga bersinarlah hatinya”.

Apa yang disampaikan sahib ratib al-Haddad ini tentu berbeda dengan kondisi kita sekarang yang sangat konsumtif saat puasa Ramadhan. Akibatnya, setiap tahun kita melewati puasa ramadhan, namun kepekaan sosial hanya tumbuh seiring munculnya kepentingan, kepekaan sosial hanya hadir pada waktu waktu tertentu, seperti menjelang pemilihan umum. Selebihnya, kita hanya mampu berorasi menyampaikan filosofi-filosifi philantropi dan kepekaan sosial, tanpa merealisasikannya dengan nyata.

Sebahagian Ulama menyebutkan bahwa Ramadhan dengan kewajiban berpuasa di dalamnya merupakan riyadah ruh (latihan rohani) atau menurut istilah kedokteran dikenal dengan ‘ilaj an nafs (terapi jiwa). Pada bulan Ramadhan suasana sekitar kita adalah suasana iman, nasehat nasehat menyentuh jiwa hadir mengisi ruang dengar manusia, mereka yang berbuat kesalahan mencoba mengurangi dan mengendalikan kesesatan yang dilakukannya. Banyak orang yang mengkhususkan diri untuk benar benar melakukan taubat dengan tulus ikhlas, sehingga amal kebaikan begitu mudah dilaksanakan dalam bulan Ramadhan. Tradisi kebaikan yang dipraktikkan dalam Ramadhan jika berhasil dipertahankan usai ramadhan, mampu menjadi tradisi yang dilalui sepanjang hidup maka sungguh akan terasa indah kehidupan ini.

Semoga pesan kelas Ramadhan membekas dalam kehidupan kita, sehingga usaha sadar untuk mengubah dan meningkatkan kualitas kehidupan menjadi nyata hasilnya. Jika tidak, rugilah belajar pada kelas khusus, apalagi kelas khusus tersebut adalah anugerah terindah dari Tuhan yang bernama Rahman.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *