Syah abdurrahman yang mashur di panggil mbah yahudo adalah leluhur guru kami di Ploso, yakni dari Ibu Nyai Radliyah Jazuli.
Yai Nurul Huda Jazuli sering kirim Fatihah dengan menyebut diantara Mbah Yahudo (Pacitan) dan Mbah Mesir (Trenggalek)
ﻗﺎﻝ اﻟﺴﺒﻜﻲ: ﻭﺯﻳﺎﺭﺗﻬﺎ ﺃﻗﺴﺎﻡ
As-Subki berkata: Ziarah Kubur ada 4 macam
ﺃﺣﺪﻫﺎ ﻟﻤﺠﺮﺩ ﺭﺅﻳﺘﻬﺎ ﺑﻐﻴﺮ ﻣﻌﺮﻓﺔ ﺑﺄﺻﺤﺎﺑﻬﺎ ﻭﻻ ﻗﺼﺪ اﺳﺘﻐﻔﺎﺭ ﻟﻬﻢ ﻭﻻ ﺗﺒﺮﻙ ﺑﻬﻢ ﻭﻻ ﺃﺩاء ﺣﻖ ﻟﻬﻢ ﻭﻫﻮ ﻣﺴﺘﺤﺐ ﻟﻬﺬا اﻟﺨﺒﺮ
Pertama untuk sekedar melihat kubur (agar ingat mati)
اﻟﺜﺎﻧﻲ اﻟﺪﻋﺎء ﻟﻬﻢ ﻛﻤﺎ ﺩﻋﺎ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻷﻫﻞ اﻟﺒﻘﻴﻊ ﻭﻫﻮ ﻣﺴﺘﺤﺐ ﻟﻜﻞ ﻣﻴﺖ ﻣﺴﻠﻢ
Kedua untuk mendoakan ahli Kubur sebagaimana Nabi shalallahu alaihi wasallam mendoakan untuk penghuni makam Baqi’. Jenis yang kedua ini dianjurkan untuk setiap mayit yang Muslim
اﻟﺜﺎﻟﺚ ﻟﻠﺘﺒﺮﻙ ﺇﺫا ﻛﺎﻧﻮا ﺻﻠﺤﺎء ﻗﺎﻝ اﻟﺴﺎﺭﻣﺴﺎﺟﻲ اﻟﻤﺎﻟﻜﻲ: ﻭﺫﻟﻚ ﻓﻲ ﻏﻴﺮ ﻗﺒﺮ ﺑﻨﻲ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻓﻴﻪ ﻧﻈﺮ
Ketiga ziarah untuk mencari berkah dari Allah. Assarmasaji dari Madzhab Maliki mengatakan bidah jika ke selain makam para Nabi. Pendapat ini yang mengatakan bidah malah perlu ditinjau ulang (tidak di unggulkan)
اﻟﺮاﺑﻊ ﻷﺩاء ﺣﻘﻬﻢ ﻓﻤﻦ ﻟﻪ ﺣﻖ ﻋﻠﻰ ﺇﻧﺴﺎﻥ ﻳﺒﺮﻩ ﺑﺰﻳﺎﺭﺗﻪ
Keempat ziarah karena ada ikatan (seperti keluarga)
>> Faidl Al-Qadir 3/162
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
ﻭاﺧﺘﻠﻒ ﻓﻲ ﺷﺪ اﻟﺮﺣﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﻛﺎﻟﺬﻫﺎﺏ ﺇﻟﻰ ﺯﻳﺎﺭﺓ اﻟﺼﺎﻟﺤﻴﻦ ﺃﺣﻴﺎء ﻭﺃﻣﻮاﺗﺎ ﻭﺇﻟﻰ اﻟﻤﻮاﺿﻊ اﻟﻔﺎﺿﻠﺔ ﻟﻘﺼﺪ اﻟﺘﺒﺮﻙ ﺑﻬﺎ ﻭاﻟﺼﻼﺓ ﻓﻴﻬﺎ
Ulama beda pendapat dalam hal melakukan perjalanan ke selain Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. seperti ziarah ke ulama, baik yang hidup atau sudah wafat dan seperti berziaroh ke tempat-tempat yang mempuyai keutamaan dengan tujuan mencari berkah dari Allah dan shalat di tempat tersebut
ﻓﻘﺎﻝ اﻟﺸﻴﺦ ﺃﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ اﻟﺠﻮﻳﻨﻲ ﻳﺤﺮﻡ ﺷﺪ اﻟﺮﺣﺎﻝ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮﻫﺎ … ﻭاﻟﺼﺤﻴﺢ ﻋﻨﺪ ﺇﻣﺎﻡ اﻟﺤﺮﻣﻴﻦ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ اﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺤﺮﻡ
Syekh Al-Juwaini mengatakan/menghukumi haram perjalanan tersebut. Dan pendapat yang Sahih menurut Imam Haramain dan ulama yang lain dari madzhab Syafi’i adalah tidak haram
>> Fathul Bari Syarah Sahih al-Bukhari 3/65
Ziarah dengan tujuan Tabarruk ini memang dulunya ada sebagian yang menghukumi haram, Benarkah demikian? Tidak benar. Sebab kami meyakini semua keberkahan hanyalah dari Allah (HR Bukhari)
Mbah Yahudo
Memasuki pemakaman Mbah Yahudo akan disambut dengan pohon Nogosari yang cukup besar lagi rimbun. Area pemakamanya pun terasa demikian istimewa. Siapa Mbah Yahudo ?
Menggali tentang sejarah Mbah Yahudo cukup rumit. Perlu parang yang tajam untuk mbabat belukar belantaranya yang rimbun lagi tertutup dari daun verbal sejarah maupun ranting prasasti sejarah.
“Mbah Yahudo itu nama aslinya Sayid Abdurrahman” demikian yang disampaikan Kyai Fuad Habib Dimyathi bertahun-tahun silam.
Kesulitan melacak sejarah Mbah Yahudo benar-benar saya rasakan. Keluarga yang saya temui juga menggelengkan kepala. “Kalau putranya, konon ada 17 orang. Asli Pacitan, tapi orang tuanya berasal dari Jawa Tengah” demikian tutur salah satu keturunannya.
Mbah Yahudo bukanlah tokoh sembarangan. Dalam pandangan saya, atau keyakinan sementara saya, Mbah Yahudo adalah salah satu wali mastur. Konon Gus Miek sejak usia 12 tahun sudah sering ke Ngadirojo untuk ziarah ke makam Mbah Yahudo.
Kebesaran nama Mbah Yahudo seiring dengan prestasi cucunya yang bernama Mbah Ihsan Jampes. Konon Mbah Ihsan yang mbeling sadar dari kembelingannya setelah diajak ziarah ke Ngadirojo.
Karena berada di wilayah Pacitan, saya sempat mengira-ngira periode atau tahun berapa Mbah Yahudo mensyiarkan Islam ? Dan sezaman dengan siapa ?
Awalnya saya mengira bahwa Mbah Yahudo sezaman dengan Mbah Abdullah Tremas. Ini saya lambari dari usia Mbah Ihsan yang umurnya di bawah Mbah Hasyim Asy’ary Tebuireng. Bahkan murid dari Mbah Hasyim. Konon kitab Mbah Ihsan pernah dibakar oleh Mbah Hasyim. Sementara Mbah Hasyim adalah murid dari Mbah Mahfudz Tremas.
Namun analisa itu saya bantah sendiri. Sebab ada informasi yang masuk bahwa Mbah Yahudo adalah guru Pangeran Diponegoro. Jika benar guru Pangeran Diponegoro, secara otomatis Mbah Yahudo sezaman dengan Mbah Kasan Besari Tegalsari.
Jika infornasi kedua ini benar, maka Mbah Yahudo adalah tokoh yang menyebarkan Islam dan hidup sezaman dengan Mbah Abdul Manan.
Semoga ada puzzle sejarah lain yang lebih benderang.
Wallahu a’lamu bisshowab..
No responses yet