Tsabit bertanya kepada sahabat Anas bin Malik: “Apakah tanganmu menyentuh tangan Rasulullah?” Beliau menjawab: “Iya.” Tsabit kemudian meminta dengan sopan dan penuh harap: “Perlihatkan tanganmu kepadaku, aku ingin menciumnya.” Begitulah cinta dan rasa rindu Tsabit kepada Sang Rasul Agung, semua yang bersentuhan dan berkaitan dengan Rasulullah adalah sesuatu yang istimewa di matanya.
Bagaimana dengan cinta dan rindu kita kepada Rasulullah? Tak senangkah kita menyebut-nyebut nama beliau dalam shalawat dan doa kita? Tak sukakah kita duduk berkumpul mendengarkan kisah-kisah teladan tentang beliau? Tak senangkah kita duduk bersama dengan orang yang pikiran dan hatinya bersambung dengan beliau? Lalu, apa bukti cinta dan rindu kita kepada beliau?
Kalaulah setiap kata dan kalimat yang terucap manusia itu mengeluarkan bau sesuai dengan nilai kata itu, niscaya shalawat adalah kata dan kalimat yang paling harum mewangi baunya. Kalaulah setiap nama yang disebut itu mengeluarkan cahaya terang sesuai dengan nilai kemuliaan sang pemilik nama, niscaya disebutnya nama beliau akan menerangi jagat ada semua yang ada di alam jagat raya ini. Tak hendakkah kita menyebut-nyebut nama beliau Rasulullah Muhammad SAW?
Kita sedang berada di bulan Rabi’ul Awwal, bulan kelahiran beliau. Mari kita terus belajar cara mendidik hati kita untuk semakin cinta kepada beliau, cinta meneladaninya, cinta untuk mengikuti petunjuk dan arahannya, cinta untuk melanjutkan dakwah risalahnya, bersemangat untuk mempersembahkan manfaat sebanyak-banyaknya kepada manusia dan segenap makhluk Allah. Indahnya menjadi ummat beliau, bahagianya jika kita berjumpa dan bersama sang Rasul. Allah ya Rabb, sambungkan hati kami dengan Rasulullah Muhammad KekasihMu dengan sambungan cinta dan rindu. Salam, AIM
No responses yet