Berikut ini adalah Kitab Ahklak, yang mana kitab ini ditulis tangan oleh seorang ulama besar asal Cianjur yang bernama Kiayi Haji Ahmas Sadzili, dengan menggunakan aksara arab sunda pegon, dan adapun cara penulisan tersbut berbentuk bait, dan jumlah baitnya ada 23 bait, dan tidak hanya itu saja kitab tersebut juga sebagian berbentuk sarah. Kitab ini merupakan kitab yang sangat menarik. Mengapa demikian, karena dalam kitab ini ada salah satu judul yang fokus menjelaskan diantaranya mengenai sebutan Habib.

Kitab ahklak merupakan kitab yang sangat penting untuk dipelajari di lembaga pendikan baik yang bersifat formal maupun non formal. Terutama proses belajar mengeajar di dunia pendidikan agama. Kitab ahlaq yang masih dipakai sampai saat ini, di dunia pendidikan agama adalah  kitab ahlaqul banin dan ahlaqul banat yang di tulis oleh ulama asal Nusantara yaitu Syaikh Umar bin Ahmad Baradja. Yang ditulis dengan menggunakan bahasa Arab, dan sampai-sampai kitab ini dipelajari di berbagai seluruh pelosok Nusantara. Dan bahkan pada era tahun 1950an kitab ini dijadikan kitab yang wajib dipelajari oleh kalangan santri yang pertama masuk di dunia pesantren. Bahkan dengan kejadian ini kitab tersebut menjadi populer sehingga dapat dilihat banyak diantaranya pengalih bahasaan dalam berbabagai bahasa daerah.

Mengenai bahasa yang disampaikan dalam kitab ini, menggunakan bahasa yang sangat sederhana, walaupun kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Akan tetapi bisa dipahami oleh para santri pemula, karena keseluruhan kitab ini semuanya bersakal sehingga orang tersebut mampu dengan cepat untuk membacanya.

Berbicara menginai kitab ahklak, tentunya ini sangat menarik sekali karen saya menemukan salah satu kitab ahklak yang sangat menarik, mengapa demikian karena kitab tersebut di tulis oleh salah seorang ulama asal pasundan. Akan tetapi, ada satu yang sangat di sayangkan mengenai kitab tersebut, saya tidak mendapatkan secara utuh mengenai kitab tersebut. Karena ada beberapa lembaran yang hilang diantaranya adalah bagian cover depan dan belakang.

Sehingga untuk menngetahui mengenai siapa penulisnya tidak bisa di pastikan secara pasti. Hanya bisa saja bisa diketahui perihal orang yang menulis kitabnya dan tahun kitab itu di cetak atau tulis. Adapun yang menulis kitab ini adalah Kiayi Haji Ahmad Sadzili Cianjur pada tanggal 1 Ramadhan 1388 H mengenai perihal jumlah halamannya adalah berjumlah 20 halaman.

Adapun isi dari halaman pertama kitab adalah

الحمدلله الذى هدانا لدين الاسلام وما كنا لنهتدي لولا ان هدانا الله وصلى الله وسلام على سيدنا محمد واله واصحابح اجمعين ( اما بعد ) مك كود دى كياهوكن كو سكابيه جلم مسلمين مؤمنين مسلمة مؤمنات ارى انو جدى سمبيرنا اخلق ( بودى فكرتى ) انو مليا تيه يايت انو دى داوهكن كو كستي الله وانك لعلى خلق عظيم انو دى بندلكن كو علما-علما دينا بهاس عرب

Segala puji bagi Allah yang telah membimbing kita ke agama Islam dan kita tidak akan dibimbing kecuali Allah membimbing kita, dan semoga Shalawat dan Salam tercurahkan atas tuan kita Muhammad, keluarganya dan semua sahabatnya. Oleh karena itu, harus diketahui oleh seluruh umat Islam, mukmin, wanita muslimah, mukmin, yang merupakan sumber akhlak mulia adalah satu-satunya hal yang telah tertuang dalam al-Qur’an yang berbunyi وانك لعلى خلق عظيم .

Kitab ini ditulis dengan menggunakan bahasa Arab Sunda Pegon, sehingga dengan seperti ini maka kitab tersebut dapat dengan mudah dipahami dan di baca, karena keseluruhan kitab tersebut diberi sakal, dan penjelasannya dengan menggunakan bahasa daerah, yaitu bahasa Sunda dan bahkan kitab tersebut dapat dengan dihapal karena berbentuk si’iran. Adappun  yang di gunakan untuk membaca kitab tersebut dengan menggunakan si’iran bahar basith.

Dalam kitab ini untuk memperoleh budi pekerti atau yang dijadikan sebagai sumbernya akhlaq yang mulia, yang terpuji menurut Allah dan manusia itu harus terpenuhinya 10 sumber. Maka dengan terpenuhinya sepuluh sumber ini maka niscaya orang tersebut akan memeliki akhlaq yang terpuji dan mulia diantaranya adalah:

ان المكارم اخلق مطهرة * فالدين اولها والعقل ثانيها

استو بودى فكرتى نو سوجى ايا سفوله * بر اكام كا هجينا برعقل نو كا دوانا

والعلم ثالثها والحلم رابعها * والجود خامسها والعرف سادسها

برعلم نو كا تيلونا حام رنتيه كااوفتنا * باكران نو كلمانا امر معروف كا كنيفنا

والبر سابعها والصبر ثامنها * والشكر تاسعها وللين عاشرها

تجوه الوس كا والدين صبر انو كا دلفن * مالس بودى كا سلافن للس لمس سفولهنا

Dan didalam kitab ini juga dijelaskan mengenai konsep taubat. Karena taubat merupakan bagian dari luhurnya atau unggulnya martabat seseorang, walaupun seseorang sudah hina karena melakukan sesuatu hal yang menjadikannya hina, ketika orang tersebut dengan cepat melakukan penyesalan dengan berbuat tobat maka orang tersebut mendapatkan martabat yang sangat luhur. Karena dengan kembali jiwa nafsunya dari budi pekertinya yang buruk karena takut akan siksanya Allah, maka orang tersbut dinamakan تائب, atau حبيب الله.

Tentunya kitab ini sangat menarik, dan bahkan kitab ini sangat dengan rici menjelaskan mengenai perihal sebutan habib. Tentunya berbicara mengenai sebutan habib ini bukan perkara hal yang baru. Akan tetapi perkara itu sudah ada, dan masih sangat ramai diperbincangan sampai saat ini.

كا لوهوعن مرتبة توبة دى كموكاكن كو علما صوفية يين توبة تيه كا هج اول المامات نومر كاهجنا كافعكا تن جلم-جلم انو الوع كادوا توبة تيه فوكونا بودى فكرتى انو الوس كا تلو توبة تيه سروا حع دداسرنا فمباعونن سها-سها جلم انو هنتى ديك توبة كا الله تعلى مك ايت جلم هنتى بوك فكرتى انو الوع سروا جع هنتى بوكا كا قعكاتن انو لوهور يايت فعكة حبيب الله (ككا سيه الله) سروا جع جلما هيرفنا دي دنيا هنتى بوكا تانه (هنتى بوك تمفة كر يئن فمباعونن)

Kaluhungan martabat taubat di kemukakeun ku ulama sufiyyah, yen taubat teh no Kahijina ka pangkatan jalma jalma anu ulung, Kadua taubat teh pokokna budi pekerti anu alus Katiluna taubat teh sarua jeng dadasarna pembangunan saha-saha jalam anu hente daek taubat ka allah maka eta jalam teu boga pangarti anu ulung sarua jeng henteu boga ka pangklatan anu luhur nyaeuta pangkat حبيب الله (Kekasih allah) sarua jeng jalma hirupna di dunia hente boga taneh hente boga tempat keur nyieun pembangunan

Kebesaran martabat taubat yang di kemukakan oleh para ulama sufi, bahwa taubat itu nomor yang Pertama adalah pangkat orang orang yang unggul, Kedua taubat itu pada dasarnya adalah akhlak yang baik, Ketiga taubat itu sama dengan dasar perkembangan, siapa saja yang tidak mau bertaubat kepada Allah maka orang-orang tersebut tidak memeiliki budi pekerti yang unggul, sama halnya tidak memiliki sebuah pangkat yang luhur yaitu pangkat حبيب الله (kekasih Allah), sama halnya dengan orang yang hidupnya di dunia tidak memiliki tanah (tidak memiliki tempat untum membuat pembangunan atau perkembangan).

Ari hartina taubat teh, nyaeuta balik jiwa nafsuna jalma tina budi pengertina anu goreng di gentian ku budi pekerti anu alus, anu terpuji ku agama islam, mangka saha-saha jalma anu enggesan tina sagala kalakuan anu nyulayaan kana agama islam karena sieun ku siksana allah, maka dingaranan eta jalma the تا ئب hartina jalma anu ker balik pikiran.

Ari jalma taubat eta pangkat حبيب الله (kekasih Allah), ari jalma anu taubat tina dosana, nyaeuta sarua jeng jalma anu henteu boga dosa bae, sareng jalma anu haying menang titel  حبيب الله (kekasih Allah), maka kudu daek taubat, kudu daeuk beberesih dohirna batinna, jasmanina jeng ruhanina jeng rumah tanggana.

Taubat adalah kembalinya ruh jiwa seseorang dari akal budi yang tidak baik di gantikan dengan budi pekerti yang baik, yang terpuji oleh Islam, maka siapapun yang berhenti akan perbuatan yang melanggar agama Islam karena takut akan azab Allah, itu dinamai orang تا ئب yang berarti orang yang sudah menyadari akan perilakunya itu.

Yang bertobat adalah حبيب الله (kekasih Tuhan), mereka yang bertobat dari dosa-dosanya, setara dengan mereka yang tidak berbuat dosa, dan mereka yang ingin memenangkan gelar حبيب الله (kekasih Tuhan), maka mereka harus mau bertaubat, mereka harus suci batin , jasmani dan rohani dan dalam rumah tangga. Tentunya dalam hal ini untuk mendapatkan titel habib itu adalah setidaknya orang tersebut memiliki sifat-sifat yang baik, dalam artian harus memiliki budi pekerti yang baik, banyak diantaranya dengan menjaga lisan untuk selalu dikir kepada Allah.

Dalam hal ini tentunya saya sepakat dengan ulasan yang di kemukakan oleh Prof Quraish, beliau mengatakan bahwa sebuutan habib mempunyai makna yang dicintai sekaligus mencintai. Artinya dengan mendapatkan sebutan habib maka seharusnya orang tersebut tidak hanya ingin mendaptkan kecintaan dari seseorang, akan tetapi orang tersebut harus bisa mencintai seseorang.

Akan tetapi persoalan yang mendasar yang dijadikan penekanan oleh Prof Qurais terkait dengan sebutan habib yaitu akhlak. Ini yang menjadikan alasan bahwa tidak semua keturunan Rasullah bisa disebut Habib. Paling tidak mengenai sebutan habib ini harus melalui komunitas dengan banyaknya berbagai persyaratan yang telah disepakati. Mengenai hal ini telah diatur oleh organisasi pencatat keturunan Nabi, yang dikenal dengan Rabithah Alawiyah.

Adapun mengenai persyaratannya adalah: cukup matang dalam hal umur, memiliki ilmu yang luas, mengamalkan ilmu yang dimiliki, ikhlas terhadap apapun, wara atau berhati-hati, serta bertakwa kepada Allah. Akan tetapi yang paling mendasar mengenai penekanan terhadap sebutan habib menurut Habib Zen bin Smith adalah mengenai akhlak, karena menurut beliau akhlak yang baik menjadi satu alasan utama keturunan Nabi disebut habib.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *