Categories:

Kontributor : Agung Satrio (Mahasiswa UIN Ssyarif Hidayatullah)

Jika kita berbicara tentang sosok para Wali Allah sungguh waktu akan habis sedangkan keindahan hidup mereka tidak akan pernah selesai untuk dibicarakan. Setiap orang yang menyaksikan mereka akan mengatakan, “Mereka (wali Allah) ini ketika kita melihatnya, kita akan mengingat kepada Allah SWT. Orang yang maksiat ketika melihat wajahnya akan taubat sebelum mendengar pembicaraannya. Senyuman tidak pernah terpisah dari wajah mereka, tersenyum kepada semua orang, baik yang taat maupun yang maksiat, kepada yang dekat maupun yang jauh, kepada yang dikenal maupun tidak dikenal, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah Saw.

Sebagaimana salah satu sahabat yaitu Sayyidina Jarir bin Abdullah al-Bajali mengatakan “Sejak aku masuk Islam tidak pernah mataku ini berjumpa dengan mata Rasullullah melainkan Rasulullah melihatku dalam keadaan tersenyum”.

Inilah mereka para pewaris nabi Muhammad Saw. Seumur hidup mereka tidak pernah meninggalkan Qiyamullail, seumur hidup mereka tidak pernah mengganggu orang dengan mulutnya ataupun tangannya, baik kepada orang yang baik terhadap mereka maupun kepada orang yang jahat terhadap mereka. Bahkan menunaikan hak-hak mereka sebagai seorang muslim tanpa mempedulikan kejahatan orang lain terhadap diri mereka.

Perhiasan mereka yang mereka banggakan bukan emas bukan perak, bukan berlian bukan intan, bukan pula kekayaan, mereka tidak pernah melihat itu semua sebagai kebanggaan, sungguh tidak. Tetapi perhiasan yang paling indah yang mereka miliki adalah taqwa kepada Allah SWT. Ketika berjumpa dengan mereka maka tenteram lah hati. Seakan-akan hati ini disiram dengan air yang segar, dingin, dan tenang.

Inilah para wali Allah mereka tidak pernah kenal dengan dunia, mereka tidak pernah menyebut-nyebut tentang kabar dunia, yang ada hanyalah ilmu, zikir mengingat Allah, mengajak orang untuk dekat dengan Allah, dan mendamaikan sesama umat muslim.

Dahulu Al-Imam Sufyan bin ‘Uyainah (w. 198 H) mengatakan, “Tatkala seseorang diantara kita menyebut kaum sholihin maka turunlah rahmat Allah”. Mereka lah orang-orang yang mulia disisi Allah SWT, yang memiliki jasa besar untuk kita dan untuk umat Islam sekalian.

Begitu juga Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad (w. 1132 H) menyebutkan tentang mereka dalam syairnya, “Sungguh menceritakan tentang orang-orang yang kucintai dari kaum sholihin dan wali-wali Allah dapat membersihkan hatiku dari penyakit merusak. Jika diriku tak dapat dekat dan bertemu dengan para kekasih, maka dalam menyebut (kisah) mereka adalah sebuah ketenteraman yang menghilangkan segala kegundahan di dalam benak pikiranku”.

Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad juga mengatakan, “Mereka adalah orang yang mendahulukan Allah di atas segala-galanya, sehingga Allah mendahulukan mereka di atas segala-galanya. Sebab mereka dahulu menjadikan seluruh hidup mereka untuk Allah. Dan tatkala mereka wafat Allah muliakan nama mereka sehingga mereka tetap hidup abadi sepanjang masa”.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengatakan “Orang yang berilmu tatkala semua manusia mati, mereka tidak mati”. Mereka tetap hidup abadi dikenang selalu dan jasa mereka bagi umat Islam terus disebut-sebut. Mereka adalah manusia-manusia yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Allah SWT menjadikan mereka penyebab turunnya rahmat, anugerah, dan karunia Allah SWT. Seperti yang dikatakan oleh Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, “Jika bukan karena keberadaan mereka (wali Allah) bumi ini akan dihancurkan oleh Allah SWT disebabkan karena kemaksiatan yang terus menerus naik ke langit dari apa yang kita lakukan”. Beginilah mereka para wali Allah, sebab kasih sayang mereka yang begitu besar terhadap umat Islam, mereka senantiasa setiap saat meminta ampunan kepada Allah atas dosa-dosa yang dilakukan oleh orang lain, dan di saat yang sama mereka menganggap bahwa diri mereka sangat penuh dengan dosa dibandingkan orang lain.

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (w. 1333 H) berkata, “Kebanyakan orang mengira bahwa amal para wali Allah amat berat untuk diteladani. Jika Allah memudahkan dan memberi seseorang pertolongan, maka amal-amal mereka akan menjadi ringan. Dan pertolongan Allah akan diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dan kesungguhan seorang hamba dalam menghadap Tuhannya”. Habib Ali melanjutkan, “Wahai saudara-saudara sekalian, apabila kalian mendengarkan keistimewaan yang diberikan Allah kepada seorang wali, berjuanglah untuk meneladani amalnya dan bergiatlah, karena wali adalah manusia juga seperti kalian, dan jika kalian bersungguh-sungguh tidak akan ada yang menghalangi Allah untuk menganugerahkan kepada kalian kewalian.

Habib Hasan bin Shaleh al-Bahr (w. 1273 H) berkata “Ketika aku mulai beramal dan menempuh jalan ini, salah seorang Sayyid berkata kepadaku, ‘Kau hendak ke mana, wahai Hasan? Jangan kau payahkan dirimu. Ilmu semacam itu telah lenyap, jalan semacam itu telah sirna dan orang-orangnya pun telah meninggal dunia.’ Ucapannya ini justru membangkitkan semangatku dan membuatku semakin merindukan jalan ini”.

Maka dari itu hendaknya bagi kita agar selalu berusaha meneladani mereka dan mengikuti jalan mereka. Apa jalan mereka? Mereka ini disebutkan oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, “Mereka adalah orang-orang yang apabila datang kegelapan malam, tidak seperti kita yang sibuk dengan dosa, akan tetapi engkau akan dapati mereka berdiri bagaikan tiang-tiang masjid bermunajat kepada Allah SWT, membaca Al-Qur’an di dalam sholat mereka yang begitu panjang dengan air mata yang berlinang dari mata mereka, berharap keridhoan Allah SWT. Mereka lah orang-orang yang mulia disisi Allah SWT”.

Hingga digambarkan oleh ucapan Habib Abdullah bin Husein bilfaqih (w. 1266 H), beliau mengatakan, “Aku telah kehilangan banyak dari orang-orang sholeh yang diridhoi Allah SWT dengan wafat mereka. Sifat mereka seumur hidup mereka tidak pernah berpisah dari berdzikir mengingat Allah SWT, senantiasa setiap waktu mereka bersama Al-Qur’an, hari-hari mereka sibuk dengan membaca kitab, mengkaji ilmu yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Malam-malam mereka, mereka lalui dengan tangisan dan sujud kepada Allah SWT, karena rasa takut mereka kepada Allah SWT. Kesibukan mereka bukan dengan dunia, bukan dengan harta dan kekuasaan, bukan dengan apa yang diributkan oleh manusia saat ini. Tetapi kesibukan mereka adalah bagaimana mereka mensucikan hati mereka dari segala sifat yang dimurkai Allah SWT, dan menghiasinya dengan akhlak-akhlak yang mulia disisi Allah SWT”. Beginilah kesibukan mereka, bertakwa kepada Allah, menghamba kepada Allah dengan sebenar-benarnya penghambaan kepada Allah SWT”.

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi berkata, “Inilah Karomah yang sebenarnya. Melaksanakan perintah dan menjauhi larangan. Bukan karomah yang lain. Kalau hanya terbang di udara, burung saja dapat melakukannya”.

Selaras dengan apa yang dikatakan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad pun mengatakan hal yang sama, “Sesungguhnya karamah yang mencakup seluruh karamah secara hakikat dan gambaran adalah istiqamah dalam menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan secara lahir dan batin. Perbaiki dan sempurnakanlah istiqamahmu, maka seluruh alam semesta yang di atas dan di bawah akan melayanimu dengan pelayanan yang tidak akan menutupimu dari Tuhanmu dan tidak menyibukkanmu dari keinginan-Nya.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *