Categories:

Kontributor: Lilah Fitriani (mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Dalam hidup semua orang pasti pernah merasakan sakit, baik sakit jasmani ataupun rohani. Namun jika dilihat dari adat atau kebiasaan manusia apalagi di wilayah pedesaan serta lingkungan yang jauh dari perkotaan dan alat-alat transfortasi, cenderung lebih memilih melakukan pengobatan herbal dan percaya kepada doa-doa keramat peninggalan nenek moyang masyarakat itu ketimbang pergi kerumah sakit dan diperiksa oleh dokter spesialis.

Menurut saya, kepercayaan masyarakat terhadap doa-doa keramat atau bacaan-bacaan kuno peninggalan nenek moyang mereka bukanlah suatu kekeliruan ataupun kekufuran, khususnya bagi umat islam. Orang sunda biasa menyebut hal itu dengan sebutan “ngamumule tur ngariksa sajarah baheula” yang jika di artikan ke Bahasa Indonesia adalah membudidayakan serta menjaga sejarah terdahulu. Jadi jika kita perhatikan, tulisan-tulisan kuno yang ditulis oleh nenek moyang kita pada masa lampau biasanya berisi pesan-pesan atau amanah untuk anak cucu mereka agar di kehidupan selanjutnya bisa hidup lebih baik dan bermanfaat bagi masyarakat lainnya.

Berikut akan sedikit saya jelaskan mengenai manuskrip, guna memenuhi tugas kuliah filologi.

Menurut KBBI V, manuskrip adalah naskah tulisan tangan yang menjadi kajian filologi (tersimpan di museum, dan belum pernah diselidiki) atau naskah baik berupa tulisan tangan (dengan pena, pensil) maupun ketikan bukan cetakan.

Ada juga yang mengatakan bahwa manuskrip adalah naskah kuno yang berusia lebih dari lima puluh tahun dan isinya berupa nasihat yang disampaikan oleh orang-orang terdahulu dalam bentuk tulisan tangan.   Jenis kertas untuk menulis manuskrip salah satunya adalah daluwang, kolopon, ada juga yang menggunakan kertas Eropa, Sedangkan bahasa yang digunakan oleh penulis zaman dulu itu bermacam-macam mungkin karena masyarakatnya yang berasal dari suku yang berbeda-beda serta bahasa yang beraneka ragam pula makanya tulisan-tulisan manuskrip yang banyak ditemukan oleh pakar filolog indonesia khususnya beraneka macam pula.

Gambar diatas adalah salah satu contoh teks manuskrip nusantara yang berasal dari ciamis, jawa barat yang saya ambil dari https://lektur.kemenag.go.id . Menurut puslitbang Lektur dan khazanah keagamaan Badan Litbang dan Diklat KEMENTRIAN AGAMA, naskah ini tidak mencantumkan judul maupun nama penulis. Adapun judul diperoleh dari isi naskah yaitu berupa kesembuhan dan keselamatan. Naskah dengan judul mujarobat ini, ditulis menggunakan huruf arab dan hurup Pegon atau Arab Melayu, doa-doa yang terkandung di dalamnya ditulis menggunakan Bahasa arab sedangkan penjelasannya ditulis dengan Bahasa sunda dan Bahasa jawa.

Adapun isi dari teks diatas adalah :

Du’a sulaeman… lamun hayang ngajauhkeun ing satruna atawa sato sing galak, atawa seuneu, maka dibaca du’a salapan balik…

Lamun hayang alus sorane maka dibaca kana Kalapa dibeuleum, ka koneng temen ka bawang beureum maka didahar.

Lamun aya anu ngajuru… bijilna budak maka dibaca kana cai nu herang tilu balik, diinumkeun, insya allah ta’ala tereh bijilna. Ieu du’a na allahuma in dakhala fii surati sulaiman wa mulka…?

Yang jika di alih bahasakan ke dalam Bahasa Indonesia artinya adalah :

Do’a Sulaiman… jika ingin menjauhkan diri dari musuh atau hewan berbahaya, atau api, maka do’anya dibaca berulang sebanyak Sembilan kali…

Jika menginginkan suara bagus maka dibaca (do’a nya) kedalam kelapa dibakar, tambah kunyit dan bawang merah lalu dimakan…

Jika ada yang melahirkan… keluar bayi maka dibaca doanya tiga kali barengan dengan air putih lalu diminumkan, insyaallah bayinya cepat keluar, ini do’a nya allahuma in dakhala fii surati sulaiman wa mulka…?

Naskah mujarobat ini berisi tentang doa-doa yang manfaatnya bagi pelakunya, seperti doa bagi orang yang melahirkan, menghindari api, menghadapi binatang buas, atau jika ada orang yang ingin memiliki suara yang bagus maka dibaca doa Sulaiman tersebut sebanyak tiga atau sembilan kali. Doa lainnya yang terkandung dalam naskah ini antara lain:

  1. Doa Syarabah (untuk menyembuhkan segala macam penyakit), diawali dengan al-ikhlash, al-falaq, an-nash dan dilanjutkan dengan doa.
  2. Ayat hafdzh (untuk penjagaan dari serangan musuh), seperti tidak mempan di bacok serta tidak mempan ditembak.
  3. Doa Yusuf (Dibaca dengan tujuan laris dagangannya dan agara anak nurut sama orang tua)

Alasan kenapa doa Sulaiman hanya ssampai lafadz “wa mulka” saja dituliskan oleh penulis disini dikarenakan lafadz tersebut dalam teks manuskripnya tidak bisa dibaca (teksnya buram).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidak semua jampi-jampi yang disertai dengan bacaan-bacaan atau doa-doa kuno masuk kedalam kategori kemusyrikan, melainkan jika dilihat dari keanekaragaman negara kita Indonesia,serta beragamnya suku dan tradisi yang ada di negara kepulauan ini, bisa dimasukan kedalam suatu tradisi atau kepercayaan suatu kelompok masyarakat tertentu yang diyakini kemujarabannya dalam menghalau atau meringankan rasa sakit serta mempermudah suatu urusan dan masalah yang sedang dihadapi.

*Tulisan ini pernah dimuat di IBTimes.ID

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *