Categories:

Oleh: Zahra Difa Hattamimi (Mahasiswi semester 5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

         Sebagai seorang manusia pasti kita ingin mejalani kehidupan kita dengan tenang dan bahagia, dan dalam menjalani kehidupan yang seperti itu kita memerlukan tuntunan, yaitu agama. Karena dengan agama hidup kita jadi lebih terarah serta dituntut untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Dalam agama islam kita mengenal yang namanya islam dan iman, maka dari itu dalam tulisan ini saya akan membahas mengenai manuskrip “samarqandi” yang berisi tentang “ma’rifatu al-islâm wa al-îmân”

          Membaca manuskrip memang bukanlah hal yang mudah, karena ada saja tulisan yang tidak terbaca karena faktor usia naskah ataupun kotor karena sebab lain, harus menerjemahkan ke bahasa kita untuk memahami maknanya, belum lagi apabila sedang asyik membaca ada saja halaman yang robek dan hilang. Tapi itulah ujian dalam mencari ilmu, semua tidak instan melainkan butuh sebuah perjuangan.

         Tak perlu buru-buru dalam membaca manuskrip, pelan-pelan saja dalam memulainya, pertama mulai dari satu kata dahulu, dari satu kata akan menjadi satu kalimat, dari satu kalimat akan menjadi satu paragraf, dari satu paragraf itu akan bertambah paragraf-paragraf yang lainnya, dan tidak sadar bahwa kita telah tamat dalam membaca manuskrip tersebut. Seperti yang saya lakukan dalam membaca manuskrip Samarqandi ini.

Tentang Naskah

          Saya menemukan manuskrip digital ini dari website https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/ Naskah tersebut merupakan koleksi Museum Banten Girang dengan nomor 1072/BB/Aa/I/195)/898 KBN. kebanyakan naskah merupakan naskah salinan, begitipun juga naskah yang saya temukan, ini merupakan naskah yang disalin dari ulama besar yaitu Syeikh Al-Imam Al-Ajal Az-Zahid Abu Al-Lais Muhammad ibnu Abi Nashr ibni Ibrahim as-Samarqandi. namun tidak diketahui nama penyalinnya dikarenakan halaman depan dan akhir naskah yang sudah hilang, naskah ini berjumlah 48 halaman yang setiap halamannya berisi 5 baris, tidak memiliki nomor halaman, ditulis dengan tinta hitam dan merah, dan bahasanya menggunakan bahasa arab, ada arti dibawah tulisan arab yang menggunakan arab pegon yang berbahasa jawa.

Isi Naskah

         Naskah ini membahas tentang keimanan dan keislaman, sebagaiama tertera pada halaman kedua naskah yang terdapat tulisan bâb ma’rifatu al-islâm wa al-îmân, hal tersebut juga dijelaskan dengan menyertai keterangan bagaimana para sahabat mendapatkan penjelasan tentang keimanan dan keislaman.

Sumber: https://lektur.kemenag.go.id/manuskrip/web/koleksi-detail/lkk-banten2013-mbg02.html#ad-image-2

Naskah ini seperti tanya jawab antara nabi dan seseorang yang mendatanginya, sebagaimana tertera pada halaman kedua naskaha tadi, hal yang dipertanyakan pertama kali dalam manuskrip  ini tentu saja tentang iman dan islam, berikut ini yang tertulis dalam manuskrip:

يا محمد أخبرني عن الإسلام فقال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم الإسلام ان تشهد أن لاّ اله إلاّ الله وأشهد أنّ محمدا رسول الله وتقيم الصّلاة وتؤتي الزّكاه وتصوم رمضان وتحجّ البيت ان استطاع اليه سبيلا

Wahai Muhammad  beritahu aku apa itu islam? Nabi menjawab Islam itu apabila kamu bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan bersaksi bahwa nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.

أخبرني عن الإيمان فقال الإيمان بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر والقدر خيره وشره من الله تعالى

Beritahu aku apa itu iman? Nabi menjawab iman itu percaya kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qodo dan qodar mau itu baik dan buruknya dari Allah SWT.

           Keunikan dari manuskrip ini terdapat dibeberapa lembar halaman, yaitu kata mas’alatun yang bertinta merah dan itu menandakan bahwa ada sebuah pertanyaan baru,  setelah pertanyaan sudah tertulis ada kata fa-aljawâbu yang merupakan jawaban dari pertanyaan tadi.

           Naskah ini sangat penting dan mudah dipelajari bagi para pemula atau untuk para mualaf, karena dalam naskah ini sering muncul masalah akidah yang sering dipertanyakan, seperti berapa para pengemban syariat itu?, berapa jumlah para nabi?, berapa jumlah para nabi yang menjadi rasul?, apakah mengetahui nama dan jumlah mereka merupakan syarat keimanan?,

كم كانوا من اصحاب الشرائع فاالجواب ستة ادم ونوح وابراهيم وموسى و عيسى ومحمد صلوات الله عليهم اجمعين وكل شريعة منسوخه بشريعة محمد و شريعته باق الي يوم القيامه

Berapa para pengemban syariat? Jawab, ada 6 yaitu Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad, sholawatullah atas mereka semua, setiap syariat dihapus dengan syariat nabi Muhammad SAW, dan syariat beliau kekal sampai hari akhir.

كم كانوا من الانبياء فالجواب مائة الف واربع عشرون الف نبي

Berapa jumlah para nabi? Jawab, 124.000 nabi.

كم كانوا من الانبياء المرسلين فالجواب ثلاث مائة و ثلاثة عشرة  رسلا

Berapa jumlah nabi yang menjadi rasul? Jawab, 313 Rasul

معرفة اسمائهم وعددهم لنا شرط الايمان ام لا فالجواب معرفة  اسمائهم وعددهم ليس عندنا شرط الايمان لقوله تعالى تصاميم منهم من قصصنا عليك ومنهم من لم نقصص عليك

Mengetahui nama dan jumlah mereka apakah merupakan syarat keimanan bagi kita? Jawab, Mengetahui nama dan jumlah merekabukanlah syarat keimanan bagi kita, sebagaimana yang dikatakan oleh Allah SWT “diantara mereka ada yang kami ceritakan padamu dan dianta mereka juga ada yang tidak kami ceritakan kepadamu.

         Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain dalam manuskrip tersebut seperti Bagaimana beriman pada hari akhir?, bagaimana berimana pada qada dan qodarnya Alllah? Dll.

Wallahu a’lam bi al-Showâb…

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *