Oleh : Ah. Ginanjar Sya’ban

Sebuah foto tua yang mengabadikan bentuk klasik Masjid Gedang (Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur) yang diambil pada tahun 1950-an. Di masjid kecil inilah, dulu KH. Hasyim Asy’ari menghabiskan masa penempaan keilmuan pada waktu kecilnya dengan belajar dasar-dasar ilmu keislaman kepada ayahnya, KH. Asy’ari, dan kepada kakeknya dari jalur ibunya, yaitu KH. Usman.

Di masjid kecil inilah, pada perempat terakhir abad ke-19 silam, karakter dan alam pemikiran KH. Hasyim Asy’ari terbentuk dengan sangat kokoh dan mengakar. Di sini, di bawah cahaya lampu damar yang temaram, KH. Hasyim menghabiskan malam-malam yang syahdu dan penuh keberkahan dengan belajar membaca al-Qur’an dan menghafalkannya, melalar matan Jurumiyah, mendaras kitab Safinah, mengkaji Sanusiyah, dan mengaji kitab-kitab asas lainnya yang diperuntukkan bagi kalangan mubtadi’in.

Menginjak remaja, KH. Hasyim Asy’ari lalu melanjutkan pengembaraan thalabul ilmi-nya ke pesantren-pesantren tua di Jawa dan Madura, seperti Pesantren Siwalan Panji (Sidoarjo, Jawa Timur), Pesantren Langitan (Tuban, Jawa Timur), Pesantren Darat (Semarang, Jawa Tengah), dan Pesantren Kademangan (Bangkalan, Madura) dibawah asuha Hadratul Waliy KH. Kholil b. Abdul Lathif.

Masjid Gedang sendiri konon didirikan pada tahun 1826 oleh KH. Abdussalam, buyut KH. Hasyim Asy’ari dari jalur ibu (mertua KH. Usman). KH. Abdussalam adalah seorang ulama asal wilayah Mataraman (Solo, Jawa Tengah) yang juga pasukan Pangeran Abdul Hamid Diponegoro. Setelah usainya Perang Jawa (1825-1830), KH. Abdussalam beserta sekitar 25 orang santri pengikutnya membuka hutan belantara di Kampung Gedang dan mendirikan sebuah pesantren dan masjid di sana.

Dari Pesantren Gedang inilah kemudian lahir jaringan keturunan dan murid KH. Abdussalam yang menjadi ulama agung dan mendirikan pesantren-pesantren besar di Jombang pada generasi berikutnya, seperti KH. Hasyim Asy’ari (Pesantren Tebu Ireng), KH. Hasbullah Said (Pesantren Tambak Beras), KH. Bisri Syansuri (Pesantren Denanyar), KH. Tamim (Pesantren Peterongan), KH. Maksum Ali (Pesantren Seblak), KH. Anwar (Pesantren Pacul Gowang), dan lain-lain.

نفعنا الله تعالى بهم وبعلومهم في الدارين آمين

Sumber : FB Ahmad Ginanjar Sya’ban

5 Responses

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *