Beliau ialah “min kibar ulama al-Jawi”, salah seorang ulama besar Asia Tenggara di Mekkah abad 19 yang berasal dari Simabur, Batusangkar. Beliau merupakan murid ulama kesohor, Maulana Syaikh Khalid Naqsyabandi “dzil Janahain, tokoh besar Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Jabal Abi Qubaisy. Memperoleh ijazah Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah dari pengganti Maulana Khalid, yaitu Sayyid Abdullah Afandi.
Dapat dikatakan, bahwa Syaikh Isma’il merupakan simpul utama Sanad Keilmuan Ulama di Minangkabau abad 19. Murid-muridnya menjadi ulama-ulama besar di berbagai daerah, seperti Maulana Syaikh Abdurrahman Batuhampar – Payakumbuh (kakek Moh. Hatta), Syaikh Muhammad Shaleh Silungkang, Syaikh Mushtafa al-Khalidi Sungai Pagu, Syaikh Muhammad Yatim Padang, Syaikh Abdul Halim Labuah Simabur, Syaikh Muhammad Thahir Barulak, dan lain-lain. Murid-murid beliau inilah yang menjadi “pejuang agama” lewat surau, sebelum adanya Ittihad Ulama Sumatera 1916, dan Persatuan Tarbiyah Islamiyah 1930.
Alhamdulillah, hari ini saya mempunyai koleksi lengkap dari karya-karya Syaikh Isma’il al-Khalidi Simabur yang pernah tercatat, yaitu: 1) Syarah al-Muqaddimah al-Kubra(2) Mawahib Rabbil Falaq Syarah Qasidah Bintil Milaq(3) Al-Manhal al-Adzib(4) Kifayatul Ghulam(5) Risalah Muqaranah Niat(6) Tarjamah al-Rahmatul Habithah (tarjamah Arab Melayu)(7) Tarjamah Qasidah Syaikh Abu Bakar al-Bashri (tarjamah Arab Melayu)(8) Nazham Tawassul li-Ahlit Thariqah al-Naqsyabandiyah al-Khalidiyah
Dari bacaan saya terhadap Syaikh Isma’il al-Minangkabawi, beberapa poin digarisbawahi:
- Beliau merupakan diantara ulama Sumatera yang produktif menulis risalah untuk memenuhi permintaan masyarakat di Dunia Melayu
- Beliau ialah salah satu tokoh utama yang meletakkan dasar-dasar tarjamah Arab Melayu, dengan dhawabit terjemah surau, di Minangkabau
- Beliau ialah sosok yang alim dalam fiqih dan thariqat, dan diakui, diantaranya oleh Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau sendiri. Hal ini membantah sebagian kawan yang menganggap beliau ulama “gadungan” (maklum, kawan kita ini terpengaruh kritikan Habib Salim Sumair, Syaikh Nawawi Banten, dan Sayyid Usman Betawi, tertulis dalam buku sarjana Belanda, Karel Steenbrink)
- Karya-karyanya, hingga saat ini masih populer, meskipun sudah hampir 2 abad lamanya. Di antara karya populer itu ialah Kitab kifayatul Ghulam dan Nazham Tawassul. Nazham Tawassul (berbahasa Arab, memakai Bahar Rajaz) hingga sekarang dilantunkan di surau-surau Pedalaman Minangkabau.
- Selain menjadi pengembang Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, Syaikh Isma’il al-Minangkabawi juga menyebarkan Thariqat Syadziliyyah di Minangkabau melalui murid-muridnya.
- Beliau, Syaikh Isma’il, adalah diantara sedikit ulama yang mempunyai kemampuan menulis nazham dan syi’ir multazim sesuai taf’ilah bahar-bahar Arudh. Artinya, beliau mempunyai pengetahuan mendalam terhadap bahasa Arab, khususnya karang mengarang.
- Konon sampai akhir usianya, ia tidak pulang ke Minangkabau. Penghubung dirinya dengan tanah kelahirannya ialah murid-muridnya yang cukup banyak dan menjadi soko guru ulama setelahnya. Syaikh Isma’il wafat, dan dimakamkan di Ma’la, Mekkah
Terima kasih saya ucapkan kepada Ust. H. Ahmad Fauzi Ilyas, Lc., M.Si. (dosen STIT-Arraudhatul Hasanah, Medan) yang telah mengirimi saya kitab Syarah al-Muqaddimah al-Kubra karangan Syaikh Isma’il al-Minangkabawi (cetakan Mathba’ah al-Miriyyah Bulaq, Mesir, tahun 1309 H). Kitab setebal 180 halaman itu berisi penjelasan panjang lebar tentang Akidah Ahlussunnah wal Jama’ah (Asy’ariyah dan Maturidiyah).
Selain itu Ust. Ahmad Fauzi juga mengirimi saya buku terbaru beliau, yaitu “Pustaka Naskah Ulama Nusantara: Fatwa, Polemik, Sanad Ijazah, dan Korespondensi” (2019). Buku gemuk setebal 616 halaman itu memuat informasi sekitar 700 karya ulama Indonesia. Buku ini sangat penting dimiliki oleh peneliti, atau yang mempunyai minat terhadap khazanah pemikiran ulama Nusantara.
Perlu juga saya sebutkan bagaimana susur jalur hubungan sanad saya dengan Maulana Syaikh Isma’il al-Khalidi al-Syadzili tersebut. Saya menerima Ijazah Irsyad Thariqat Naqsyabandiyah Khalidiyah, salah satunya, dari guru saya Haji Tuanku Mudo Nahrawi, beliau menerima dari alm. Syaikh Sa’in bin Yusuf Dt. Kondo nan Bajolai (Batulabi), beliau menerima dari alm. Syaikh Mahmud Abdullah Tarontang Harau, beliau menerima dari alm. Syaikh Yahya al-Khalidi Magek (w. 1940), beliau menerima dari Syaikhul Masyaikh Syaikh Muhammad Sa’ad al-Khalidi Mungka (w. 1920), beliau menerima dari alm. Maulana Syaikh Abu Bakar Tobiang Pulai, beliau menerima dari Syaikh Muhammad Jamil “Baliau Tungkar”, beliau menerima dari Maulana Syaikh Muhammad Thahir Barulak, dan beliau menerima dari Syaikh Isma’il al-Khalidi al-Minangkabawi, kemudian bertali-tali hingga Junjungan Alam Sayyiduna Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa-Sallam.
Selain itu saya menerima ijazah Hizib Bahar, dengan syarat dan kaifiyat khas Minangkabau, dari guru saya alm. Tuanku Mudo Baliau Rasyid Zaini (1916-2008), beliau menerima dari Masyaikh di Limbukan Payakumbuh, bertali dengan Syaikh Muhammad Thaha “Baliau Limbukan” (w. 1912). Sanad ijazah ini, dalam penelusuran saya, akan terhubung dengan Syaikh Isma’il sebagai khadim Thariqat Syadziliyyah untuk Minangkabau.
No responses yet