Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI) adalah salah satu organisasi Badan Otonom (Banom) Nahdlatul Ulama dibentuk berdasarkan kepentingan perjuangan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan bidang perburuhan.
SARBUMUSI adalah sarana untuk berhimpunan, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi dan hak-hak kaum buruh disegala level kebijakan perburuhan.
Buku yang ditulis Eka Fitri Rohmawati dan kawan-kawan ini menguraikan 7 BAB besar, yaitu;
BAB I menjelaskan Sejarah Gerakan Buruh di Indonesia, hal.1
Sejarah mencatat, bahwa gerakan kaum bauruh memberikan warna dalam percaturan politik dunia, dan pemerintahan suatu negara. Gerakan buruh di Indonesia yang direpresentasikan oleh kehadiran sarikat buruh-sarikat buruh merupakan salah satu garda terdepan dalam perjuangan kaum nasionalis (1908-1942). Gerakan buruh di Indonesia menjadi bibit yang tumbuh dan berkembang seiring dengan berhembusnya angin nasionalisme di bumi Indonesia, dan menjadi satu kekuatan besar melawan kapitalisme dan imperialisme penjajahan.
Sarikat buruh pada masa pergerakan Nasional dan masa pendudukan Jepang (1908-1942) diawali adanya Vereeniging Voor Spoor en Tramwegpersoneel (VTSP, serikat buruh trem dan kereta api) adalah serikat buruh tertua di Hindia Belanda. VSTP didirikan pada tahun 1908 di Semarang sebagai organisasi bagi kalangan buruh Eropa yang bekerja di Nedeerlandsch – Indische Spoorweg (NIS).
Pada rentan waktu 1945-1955, terjadilah peristiwa periode Sarikat Buruh pada masa revolusi fisik dan pasca revolusi. Hal ini ditandai lahirnya beberapa karakter sarikat buruh, afiliasi partai politik, sekaligus warna ideologinya, antara lain; pertama, Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI) berafiliasi kepada Partai Komunis Indonesia. Kedua, Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia (GASBIINDO berafiliasi kepada Partai Masyumi. Ketiga, Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI) berafiliasi kepada Partai Nahdlatul Ulama, dan keempat, Kesatuan Buruh Marhaen (KBM) berafiliasi kepada Partai Nasional Indonesia, hal.8.
BAB II menguraikan Kelahiran dan perkembangan SARBUMUSI di Masa Orde Lama (Orla), hal. 17.
Kelahiran SARBUMUSI dipabrik Gula Tulangan, Sidoarjo, Jawa Timur pada tanggal 27 September 1955 telah menjadi titik awal bagi kaum buruh Nahdliyyin untuk memperjuangkan nasibnya sekaligus ikut menentukan sejarah gerakan buruh dimasa depan. Menjelang Pemilihan Umum 1955, NU yang telah memisahkan diri dari Masyumi melalui Muktamarnya di Palembang pada tahun 1952 telah memutuskan untuk membentuk suatu sarikat buruh pada Muktamar NU tahun 1954 di Surabaya.
Lahirnya SARBUMUSI menunjukkan adanya apresiasi dari kalangan Nahdliyyin terhadap nasib kaum buruh. Kalangan Nahdliyyin yang biasa menggunakan kitab-kitab klasik Islam sebagai acuan menjawab permasalahan sosial, dalam konteks perburuhan juga menggunakan argumentasi normatif keagamaan untuk menunjukkan apresiasinya terhadap permasalahan perburuhan.
BAB III memaparkan Kiprah SARBUMUSI pada masa Orde Baru (Orba), hal. 33.
Berpindahnya kekuasaan dari rezim demokrasi terpimpin kepada rezim orde baru pada awalnya telah menumbuhkan harapan bagi dimulainya sebuah masa transisi menuju atmosfer demokrasi. Namun perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa harapan itu musnah. Rezim orde baru yang didominasi oleh militer yang bersekutu dengan modal asing, pengusaha chinesse overseas, modal besar pribumi dan kalangan teknokrat pada hakikatnya adalah merupakan sebuah rezim otoriter yang secara substansial setali tiga uang dengan rezim demokrasi terpimpin.
SARBUMUSI sebagai satu-satunya sarikat buruh yang mampu bersuara vokal menentang kebijakan perburuhan orde baru akhirnya harus tunduk pada kehendak “sepatu lars” orde baru. Melemahnya posisi tawar SARBUMUSI agaknya disebabkan kekalahan NU pada Pemilu 1971. Sebelum Pemilu 1971, SARBUMUSI mampu mengkritik kebijakan perburuhan orde baru dengan tegas, karena NU merupakan garda terdepan kekuatan masyarakat dalam membersihkan sisa-sisa PKI, hal. 55.
BAB IV menerangkan Kiprah SARBUMUSI Pasca Reformasi 1998 dan Deklarasi Kebangkitan Kembali, hal. 57.
SARBUMUSI mulai bangkit kembali pada masa Reformasi tahun 1998, setelah pemerintahan Presiden BJ Habibie melaui Keputusan Presiden No 83 tahun 1998 meratifikasi konvensi ILO No 87 tentang kebebasan berserikat dan perlindungan hak berorganisasi yang kemudian di implementasikan dalam UU No 21/ 2000 tentang sarikat pekerja/sarikat buruh.
Tokoh-tokoh SARBUMUSI seluruh Indonesia mendesak kepada fungsionaris SARBUMUSI tingkat nasional, khususnya Bapak H. Sutanto Martoprasono yang secara yuridis formal masih sebagai Ketua Umum (1969) guna memfasilitasi forum silaturahmi Nasional pada 26 Juni 1998 di Jakarta. Forum ini menghasilkan keputusan menunjuk Bapak H. Sutanto Martoprasono sebagai Ketua tim deklarator kebangkitan dan berfungsinya kembali SARBUMUSI dan melengkapi kepengurusan DPP SARBUMUSI.
BAB V menjelaskan Re-Strukturisasi SARBUMUSI, perubahan Federasi ke Konfederasi SARBUMUSI, hal 61.
SARBUMUSI merupakan sebuah organisasi profesional yang beretika dan bertujuan meningkatkan taraf hidup, perlindungan dan kesejahteraan kaum buruh serta keluarganya, guna mewujudkan martabat kehidupan manusia yang layak, damai, adil dan sejahtera lahir dan batin serta di ridhoi Allah SWT.
Kekuatan SARBUMUSI tidak hanya terletak pada histori organisasi, sebagai organisasi tertua yang dilahirkan pada 27 September 1955 dan merupakan Badan Otonom Nahdlatul Ulama, tetapi profesionalisme dari anggotanya yang secara rutin berkesinambungan melakukan penguatan dan pengalaman kerja yang sangat bermanfaat bagi dunia perburuhan di Indonesia.
Melalui Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) pada tanggal 24 – 25 Mei 2014 yang bertempat di Wisma Balai Besar Pembangunan dan Perluasan Kerja Kementrans RI, Lembang, Jawa Barat, Federasi SARBUMUSI berubah menjadi Konfederasi SARBUMUSI dengan mengambil seluruh potensi-potensi pekerja-pekerja NU yang tersebar di seluruh Indonesia, hal. 62.
BAB VI memaparkan Peranan SARBUMUSI di Kancah Internasional, hal. 69.
SARBUMUSI cukup berkiprah dalam kancah dunia internasional. Ini terbukti dari banyaknya dokumen yang membeberkan berbagai kegiatan perburuhan internasional yang pernah diikuti SARBUMUSI sejak awal mulai berdirinya hingga menjelang meleburnya dengan FBSI. Beberapa dokumen yang termuuat dalam Berkala SARBUMUSI pada tahun 1960-an antara lain menyatakan bahwa dalam Kongres Akbar II di Jakarta pada bulan Maret 1965 telah diputuskan bahwa hubungan SARBUMUSI dengan luar negeri adalah menjalankan politik partai NU yang pararel dengan politik pemerintah Republik Indonesia yaitu bebas aktif bersahabat dengan semua bangsa di dunia atas dasar hormat menghormati.
Tidak hanya sekedar menghadiri undangan berbagai kegiatan perburuhan di kancah internasional, SARBUMUSI juga cukup vokal mensuarakan berbagai persoalan perburuhan, hal.71.
BAB VII menguraikan SARBUMUSI ditengah kendala dan tantangan, serta harapan kedepan, hal. 75.
Kehadiran sebuah sarikat buruh, dalam hal ini SARBUMUSI dilingkungan Nahdlatul Ulama sangat diperlukan. Oleh karena itu, NU harus memberikan perhatian yang memadai terhadap penguatan struktur SARBUMUSI dengan cara melakukan sosialisasi kepada PWNU dan PCNU didaerah-daerah terutama yang banyak aktiivitas industrinya.
Menurut H. Tosari Widjaya salah satu aktivis SARBUMUSI pada tahun 1960-an, pelatihan membangun manajemen dikalangan basis sangat penting dilakukan, selain itu pendidikan membaca neraca perusahaan untuk mengetahui berapa besar omset perusahaan, berapa biaya produksi, berapa besar jumlah cadangan yang tersedia, berapa besar keuntungan yang dimiliki, lalu untuk menentukan berapa besar kenaikan upah yang bisa dituntut atau diajukan buruh harus diberikan kepada buruh, untuk membekali wawasan dan keilmuan buruh ketika menuntut hak pada perusahaan.
Sebagai salah satu sumber referensi literasi, para buruh, para aktivis, para akademisi atau para peneliti, para sosiolog, pemerhati perburuhan hendaknya membaca buku ini. Dinamika apa yang terjadi lebih dalam sehingga SARBUMUSI bangkit kembali pada tahun 1998, dan agenda besar apa yang hendak dilakukan agar terus berkiprah untuk NU dan Indonesia ? silahkan membaca dan temukan jawabannya dalam buku ini. Hidup buruh, pekerja sejahtera Indonesia maju. Tabik.
IDENTITAS BUKU :
Judul : Sejarah Gerakan SARBUMUSI Spirit Membangkitkan Kejayaan
Kembali
Penulis : Eka Fitri Rohmawati, dkk
Penerbit : DPP Konfederasi SARBUMUSI, Jakarta
Terbit : Juli, 2015
Tebal : x + 128 Halaman
Nomor ISBN : 978-6027-293007
No responses yet