Categories:

Oleh : Najwa Shafa Nurbaiti & Mardiatul Zahra, Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA

  1. Definisi Ikhlas

Ikhlas merupakan salah satu akhlak mulia yang bisa diartikan dengan bersih hati atau tulus hati. Kata ikhlas berasal dari bahasa Arab dengan bentuk masdar khalaṣa (اخٍض) dan berasal dari akar kata khalaṣa (خٍض). Kata khalaṣa mengandung beberapa makna sesuai dengan konteks kalimatnya, shafā (jernih), najā wasalima (selamat), waṣala (sampai) dan i‟tazala (memisahkan diri).

Menurut istilah, ikhlas mempunyai banyak arti dari berbagai ma’am pendapat (tokoh), misalnya: Imam Al-Ghazali dalam Ya Ayyuhal Walad, menyatakan bahwa ikhlas adalah semua amal perbuatan hanya untuk Allah semata, dan hati tidak merasa gembira dengan pujian manusia dan tidak peduli dengan hinaan mereka.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailany r.a. pernah berkata, ―”Kalian harus ikhlas dalam beramal, dengan memalingkan pandangan terhadap amal yang telah kalian lakukan, tidak mengharap ganti dari pemberian kalian, dan beramallah karena Allah, serta mengharapkan ridha-Nya”.

Dalam Ihya‘ Ulumuddin, seorang syeikh bernama As-Suusi telah mengatakan bahwa ikhlas adalah kehilangan penglihatan ikhlas. Dikatakan demikian karena orang yang menyaksikan keikhlasannya ikhlas yang sebenarnya, maka keikhlasannya memerlukan adanya ikhlas.

Dari Pengertian Sebelumnya bisa disimpulkan bahwa ikhlas merupakan akhlak yang timbul dari amal kebaikan melalui kemurnian niat yang tulus (bersih) kepada Allah semata, dengan tidak melihat diri dan terus melihat Allah, tidak menyudutkan-Nya dalam segala urusan serta percaya kepada-Nya dalam segala keadaan.

Ikhlas erat kaitannya dengan niat, sementara niat bertempat di hati, yang mana di dalam hati inilah poros bagi setiap tindakan. Senada dengan salah satu sabda Rasulullah Saw. Yang mengatakan bahwa: “Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat segumpal darah, jika segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuh. Tetapi jika segumpal darah itu rusak, maka rusaklah seluruh tubuh, segumpal darah itu adalah hati.” (HR. Bukhari Muslim)

  • Ciri-ciri Ikhlas
    • Niat

Niat adalah ungkapan tentang kehendak yang menghubungkan antara ilmu terdahulu dan pengamalannya yang kemudian menyusul.

  • Keikhlasan Niat

Hakikat ikhlas adalah pemusatan motivasi. Motivasi terkandung dalam niat yang biasanya bertempat diawal setiap perbuatan, lawannya adalah dualisme (motivasi), sehingga setiap hal yang berkembang selalu dicampuri dengan unsur lain. Jika terbebas dari segala bentuk campuran unsur lain bisa disebut murni. Murni inilah yang dimaksud dengan ikhlas.

Pemusatan motivasi didalam niat dengan tanpa adanya campuran dari unsur lain (motivnya terfokus lillahi ta‟ala) inilah yang dimaksud dengan keikhlasan niat.

  • Kejujuran

Kejujuran adalah kesempurnaan ikhlas. Kejujuran dalam niat,Yakni berupa pemurnian yang menjurus pada kebaikan dan tidak ada unsur lain selain Allah.

DIMENSI KE IKHLASAN DALAM PSIKOLOGI

Dimensi ikhlas yang pertama adalah dimensi transendensi. Transendensi adalah di luar segala kesanggupan manusia. Dalam psikologi, dimensi transendensi ini merujuk pada hubungan ketika kita menyerahkan kembali kepada Allah. Meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di hidup ini adalah ketetapan Allah.

Dimensi transendensi juga berarti suatu upaya melepaskan diri dari tekanan yang kita miliki dengan menyerahkan tekanan tersebut kepada Yang Maha Kuasa. Jika suatu terjadi, kejadian itu di luar kendali kita. Dimensi transendensi adalah iklhas menyadari bahwa hal yang terjadi di alam semesta ini tidak semuanya di bawah kendali kita. Banyak hal yang terjadi di luar kuasa manusia. Sebab yang bisa mengendalikannya, yaitu penguasa alam semesta adalah Tuhan.

Ikhlas itu bukan hanya soal agama, tapi juga diajarkan dalam psikologi. Ketika kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa terhadap hidup kita, serahkanlah secara tulus dan terus terang kepada Allah mengenai ketidakmampuan kita. Ini sudah masuk ke dalam dimensi transedensi. Kemudian, dimensi yang kedua adalah dimensi personal. Dimensi ini bicara lebih banyak tentang ketulusan. Ketulusan kita memberikan kebaikan kepada orang lain secara personal. Dan segala yang kita lakukan tersebut untuk kekuatan transcendental tanpa embel-embel lain.

Dimensi personal menjadi sebuah aktivitas posesif seseorang untuk memberi atau melepaskan dan melakukan kebaikan tanpa agenda apa pun di baliknya. Itulah dua bentuk dimensi ikhlas yang bisa Anda pelajari secara perlahan.

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *