Catatan Muhammad Munir

Kamis malam, 1 Agustus 2019, Dr Muhamnad Zain Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan, dan Pendidikan dan Pelatihan Kementerian Agama mengundangku untuk bertemu dengan Tim Program Peneluauran Jejak dan Genealogi Ulama Nusantara yang terdiri dari Dr. Ahmad Ginanjar Sya’ban (Filolog dan Alumni Al Azhar Kairo Mesir) dan Dr. Zainuk Milal Bizawie (Penulis Buku jejaring Ulama Pangeran Dipenegoro) di Jalan Kiri Kiri Polewali ubtuk membincang agenda sampai hari minggu.

Kesepakatan awal adalah Sholat Jumat di
Masjid Raya Campalagian sebab beliau dipercayakan sebagai Khatib di Masjid yang sudah berumur 229 tahun sejak berdirinya sekitar tahun 1790 M itu. Masjid Raya Campalagian bukanlah masjid yang asing bagi Muhammad Zain, sebab 38 tahun lalu masjid ini menjadi saksi betapa semangat untuk belajar agama itu sangat kuat. Ia pun merupakan saksi sejarah bangkit dan berkembangnya kajian ilmu agama di era Pukkali Buta, Muhammad Zein.

Sholat di Masjid bersejarah ini merupakan sebuah keberkahan apalagi datang bersama rombongan tim Kemenag. Untuk kali pertamanya, saya benar benar menikmati maksyuknya proses sholat jumat di Masjid yang dibangun pertama kali di Kampung Banua (Desa Parappe sekarang) dan lalu dipindahkan ke Kappung Masigi (Desa Bonde) ini.

Dr. Wajidi Sayadi menerangkan bahwa Banua artinya Daerah yang pada masanya adalah Pusat pemerintahan Campalagian oleh Mara’dia Ammana Ma’ju.
Di Banua inilah makam To MantinroE ri Dara’na yang dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam di Campalagian pertengahan abad ke 18 M, sekitar tahun 1750-an. To MantinroE ri Dara’na ini adalah keturunan dari Syekh Muhammad Amin To Salama’ ri Panyampa yang merupakan keturunan dari Syekh Sulaiman To Salama’ ri CumeddaE yang juga keturunan dari Syekh Abdurrahim Kamaluddin atau To Salama’ ri Benuang yang dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Lita’ Balanipa (Bumi) Mandar Sulawesi Barat awal abad ke 17 M, yakni sekitar tahun 1606 M.

Masjid di Banua ini letaknya tidak jauh dari Makam To MantinroE ri Dara’na. Setelah masa To MantinroE ri Dara’na dilanjutkan penyebaran dan pengembangan agama Islam oleh To Ilang yang memperkenalkan hukum syariat khususnya tata cara membayar zakat fitrah dengan sukatan gantang yang lebih populer dengan nama Gantang To Ilang. Namanya sudah diabadikan menjadi nama Jalan dan nama Pekuburan To Ilang di Kampung Masigi Desa Bonde, Makamnya terdapat di Pekuburan tersebut.

Pada periode ini adalah masa pendirian awal berupa langgar atau surau atau mushalla yang sangat sederhana sekitar tahun 1790. Pada masa ini ada 5 orang yang pernah menjadi Qadhi (Qadhi pemutus perkara masalah agama dan budaya) walaupun awalnya masih sebagai imam shalat berjamaah dan guru ngaji, baca Al-Qur’an dan Ilmu-ilmu persilatan, ilmu bisa menghilangkan diri, ilmu kebal dan lainnya.

Adapun nama-nama 5 orang Qadhi adalah Puanna Laumma’; Hadji Pua’ Djamila; Pua’ Tjani; Pua’ Tipa dan Hadji Djannatong

Pada periode ini berlangsung selama 38 tahun, dari tahun 1790 sampai 1828 M.
Pada tahun 1825 M datanglah seorang ulama dari Jawa Timur tepatnya dari Banyuwangi bernama Hadji Muhammad Amin. Beliau inilah inisiator penggagas pemindahan Masjid ini ke Kampung Masigi pada tahun 1828 M.

Usai Sholat Jumat,
Lanjut mengawal DR. Muhammad Zain dan tim Peneliti Lektur Khazanah Ilmiah Kementrian Agama Pusat, berziarah ke makam-makam Ulama/Anangguru Dari Tanah Mandar sekaligus bernostalgia dengan rumah, lingkungan dan tempat Dr. Muhammad Zain menimba ilmu 38 twhun lalu.

Beberapa Annangguru yang diziarahi adalah Annangguru Habib Alwi Bin Hamid bin Sahl bin Jamalullail; Annangguru Imam Lapeo (KH. Muhammad Tahir); Annangguru Puang Kali (KH. Muhammad Zein); Annangguru KH. Maddappungan (KH. Muhammad Arsyad); Annangguru KH. Abdul Ghofur; Annangguru KH. Mahmud Ismail; Annangguru E’da; Annangguru DR. Nawawi Yahya Abdurrazzak dan terakhir di makam
Annangguru KH. Daeng di belakang Masjid Al Hurriyah Tinambung.

Jum’at 2 Agustus 2019

sumber: FB Mandar studies

One response

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *