Segala ungkapan manusia kalau tidak menyertakan nama Allah, pasti salah. Kata Syekh Abu Hasan as-Syadzili. 

Pengejawantahannya, segala sesuatu yang kita miliki, jangan dianggap milik kita; tapi milik Allah, nikmat Allah, titipan Allah sekaligus ujian dariNya apakah mampu bersyukur atau tidak. Jadi kalau ditanya, apakah itu mobil Anda? Maka sebagai manusia bertauhid, hendaklah menjawab: dari segi zhohirnya memang mobil saya, tapi secara hakekat itu anugerah Allah yang patut disyukuri, milik Allah dan titipanNya yang suatu saat bisa diambil lagi olehNya sebagai pemilik yang sesungguhnya. Dengan bahasa begitu, niscaya  memiliki harta benda apapun tidak akan menyebabkan seseorang menjadi sombong.

Begitu pula anak, isteri, santri, murid yang kita miliki jangan diperlakukan sebagai milik kita. Melainkan sebagai titipan sekaligus amanah Allah yang harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya. Sehingga dengan begitu, tidak akan terjadi tindak kedzaliman terhadap mereka. Kita akan menghormati mereka, merawat dan mendidik mereka dengan apik. Sikap kita terhadap mereka pun harus lembut, penuh kasih sayang.

Menukil penjelasan Gus Baha bahwa ungkapan “ini istri saya” itu sudah salah secara hakekat tauhid. Karena bisa jadi suatu saat akan bercerai, atau kita mati, maka istri kita bisa jadi akan menjadi istri orang lain. Tapi jangan juga dikatakan begini : “ini istri saya untuk sementara”, nanti sang istri bisa ngamuk..wk wk wk.

Begitu pula istilah “Al-Mukarram/ah (yang terhormat)” yang ditujukan.kepada Presiden, menteri, pejabat, ataupun kyai, itu juga tidak akan terus menerus begitu. Bisa jadi nanti tersandung kasus hukum, atau kelak masuk neraka (na’udzu billah) maka predikat Al-Mukarram/ah tadi akan hilang dengan sendirinya. Seharusnya menurut bahasa tauhid  uangkapannya : “Al-Mukarram/ah sekarang dan menurut saya..” tapi cukup diniatkan di hati saja lho, bukan diucapkan dengan lantang, agar orang lain tidak tersinggung.

Alhasil segala sesuatu yang berkenaan dengan kehidupan ini jangan dilepaskan dari keterkaitan kepada Allah. Hanya kalimat yang disertakan namaNya saja yang sudah pasti benar. Bahkan istilah “al-Baqiyyattush Sholihaat ” yakni kata-kata baik yang abadi dikarenakan menyertakan nama Allah di situ yakni ucapan Subhanallah (Maha.Suci Allah), Alhamdulillah  (segala puji bagi Allah), Laa ilaaha illallaah (tiada tuhan selain Allah), dan Allahu Akbar (Maha besar Allah).

No responses yet

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *