“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berilah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Q. S. al-Baqarah: 155)
Dari keterangan ayat di atas, dapat kita ambil sebuah pelajaran bahwa hendaknya kita senantiasa bersabar dalam menghadapi segala macam musibah dan bencana, serta selalu bersyukur jika musibah itu sudah dihindarkan dari kita. Dengan landasan bahwa semua yang terjadi itu pasti mengandung pesan moral serta hikmah, maka hendaknya kita selalu berprasangka baik terhadap Allah.
Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam salah satu hadis Qudsi: Rasulullah Saw bersabda: “Allah Swt berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hambaku kepadaku. Dan Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku pun akan mengingatnya dalam diri-Ku…”(Muttafaqun ‘alaih)
Dalam tinjauan kacamata agama, bencana serta musibah yang menimpa kita semua umat manusia, dapat dibedakan menjadi dua macam kemungkinan:
Pertama, bencana serta musibah yang terjadi dan menimpa kita itu sebagai ujian untuk mengukur sampai di mana kadar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kedua, bencana serta musibah yang menimpa kita, masyarakat kita, bangsa kita merupakan peringatan keras dari Allah Swt.
Lantas, bagaimana untuk mengetahui bahwa bencana serta musibah yang menimpa kita itu sebagai ujian ataukah peringatan keras dari Allah Swt?
Untuk mengetahuinya, kita dapat menilai, mengamati serta meneliti secara jujur perilaku kita, masyarakat kita dalam kehidupan sehari-hari. Kalau kita, masyarakat kita, lingkungan sekitar kita sudah benar-benar taat pada Allah, menjalankan segala perintah-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya, maka bencana itu merupakan ujian, sebagai batu loncatan agar kita lebih meningkat dan bertambah iman serta taqwa kita kepada-Nya, sekaligus menyadari sepenuhnya bahwa manusia itu memang kecil dan lemah.
Tetapi sebaliknya, jika perilaku kita, masyarakat kita, bangsa kita sudah jauh melenceng dari ajaran Allah, telah banyak melanggar aturan-aturan Allah, menyimpang dari ajaran yang benar, menghalalkan yang haram, menjadikan kemaksiatan dan kemungkaran sebagai menu harian, serta berperilaku dan bertindak melawan hukum-hukum Allah, maka bisa dikatakan bahwa segala bentuk musibah dan bencana yang datang silih berganti menimpa kita merupakan teguran keras dari Allah Swt agar kita kembali ke jalan-Nya.
* Ruang Inspirasi, Jumat, 4 Desember 2020.
No responses yet